Lima Anak Palestina Hilang saat Cari Bantuan di Gaza Utara

- Ibu korban yakin anaknya ditahan saat mengumpulkan sisa makanan tentara.
- Lebih dari 550 orang tewas saat mencari bantuan di Zikim.
- Penghilangan paksa merupakan kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma.
Jakarta, IDN Times - Sedikitnya lima anak laki-laki Palestina hilang dalam beberapa pekan terakhir ketika mencari bantuan makanan di Gaza utara. Keluarga dan kelompok hak asasi manusia khawatir mereka diculik oleh pasukan Israel.
Menurut dokumentasi yang dikumpulkan oleh Defense for Children International – Palestine (DCIP), lima anak laki-laki yang berusia 12-16 tahun itu hilang di daerah perbatasan Zikim antara 24 Juni dan 2 Agustus. Kelimanya berasal dari Kota Gaza. Keluarga telah melakukan pencarian hingga ke rumah sakit dan kamar mayat, tetapi hasilnya nihil.
“Pasukan Israel menembak, menahan, dan menghilangkan anak-anak Palestina yang mencari bantuan di Gaza. Pasukan Israel menolak untuk mengungkap jumlah, nama, dan keberadaan anak-anak Palestina dari Gaza yang berada dalam tahanan militer, dan anak-anak ini tidak memiliki kontak dengan dunia luar," kata Ayed Abu Eqtaish, direktur program akuntabilitas di DCIP, dikutip dari The New Arab.
1. Ibu korban yakin anaknya ditahan saat mengumpulkan sisa makanan tentara
Di antara mereka yang hilang adalah Musab Hussein Ziad Alyan. Bocah berusia 12 tahun itu menghilang setelah pergi bermain di dekat rumah bibinya pada 2 Agustus.
Sepupunya terakhir melihatnya sedang bergelantungan pada sebuah taksi yang menuju persimpangan Bahloul, yang mengarah ke Zikim. Ibu Musab meyakini bahwa anaknya itu ditahan ketika mencoba mengumpulkan makanan yang ditinggalkan oleh tentara.
“Suatu kali, Musab bercerita bahwa ia sempat sangat dekat dengan tentara (Israel) dan melihat mereka makan roti dan minum cola. Ia bilang dirinya berencana meminta makanan kepada mereka karena ia sangat lapar," ujar sang ibu.
Zain Suhail Said Dahman menghilang pada 27 Juli setelah pergi ke Zikim untuk mencari bantuan. Ibunya mengatakan bahwa putranya yang berusia 16 tahun itu sempat ditahan oleh pasukan Israel sehari sebelum ia menghilang.
“Ia bercerita bahwa mereka saat itu memanggil-manggil tentara untuk meminta tepung. Tentara menyuruh mereka mendekat, sehingga mereka percaya bantuan akan datang. Namun, begitu mereka mendekat, tentara malah menahan mereka tanpa memberikan air maupun makanan," tuturnya.
2. Lebih dari 550 orang tewas saat mencari bantuan di Zikim
Anak laki-laki lain yang hilang termasuk Ibrahim Mohammad Abu Zaher, yang terakhir terlihat pada 17 Juli di dekat tank Israel di Zikim; Khaled Ramzi Adnan Saleh, yang hilang bersama kakaknya, Luai, saat mengumpulkan kayu bakar pada 15 Juli; serta Anas Eid Mahmoud Al-Sayed, 14 tahun, yang hilang pada 24 Juni setelah pasukan Israel menembaki para pencari bantuan di Zikim. Keluarga mereka terus melakukan pencarian setiap hari tanpa henti.
“Setiap hari, kami kembali (ke rumah sakit) saat jenazah baru dibawa masuk, namun aku takut ia mungkin bukan syahid. Kami telah melacak jenazah sejak hari ia menghilang hingga sekarang, dan ia belum ditemukan," ujar ibu Zain.
Wilayah Zikim telah menyaksikan lebih dari 550 orang tewas saat berusaha mendapatkan bantuan. Sebagian besar tewas ditembak oleh penembak jitu Israel, sementara beberapa lainnya tertimpa truk.
Bantuan jarang sampai ke gudang karena kerumunan orang yang kelaparan langsung membongkar muatan truk begitu memasuki area tersebut. Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa meskipun Israel mengizinkan 45 truk masuk ke Zikim setiap hari, jumlah sebenarnya sering kali lebih sedikit, sehingga memicu keputusasaan dan insiden mematikan.
3. Penghilangan paksa merupakan kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma
Penculikan atau penghilangan paksa terhadap anak-anak dilarang berdasarkan hukum internasional. DCIP mengatakan pemindahan tahanan Palestina, termasuk anak-anak, ke penjara di Israel melanggar Konvensi Jenewa Keempat dan merupakan kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)
"Menurut Konvensi, penghilangan paksa dikategorikan sebagai kejahatan yang termasuk dalam 'kejahatan terhadap kemanusiaan' jika dilakukan secara luas atau sistematis dalam skala besar. Hal ini persis seperti yang dilakukan militer Israel dengan memasuki seluruh wilayah Jalur Gaza, menangkap ratusan orang, dan terus menahan banyak dari mereka di penjara militer Israel," kata DCIP memperingatkan.