Menteri Kuba Dikecam soal Ucapan Tak Ada Pengemis di Negaranya
- Pernyataan kontroversial Menteri Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Kuba, Marta Elena Feitó, menyebut tidak ada pengemis di negaranya.
- Presiden Miguel Díaz-Canel memberikan kritik terbuka terhadap pernyataan menterinya, menunjukkan tekanan politik di pemerintahan Kuba.
- Laporan Cuban Observatory of Human Rights menemukan 89% keluarga Kuba hidup dalam kemiskinan ekstrem, bertolak belakang dengan pernyataan Feitó.
Jakarta, IDN Times - Pernyataan kontroversial disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Kuba, Marta Elena Feitó, dalam sidang komisi parlemen, pada Senin (14/7/2025). Ucapannya menuai reaksi keras dari berbagai kalangan masyarakat dan pejabat tinggi Kuba.
Presiden Miguel Díaz-Canel secara langka memberikan kritik terbuka terhadap pernyataan menterinya tersebut, pada Selasa (15/7/2025). Situasi ini memperlihatkan terjadinya tekanan politik di tubuh pemerintahan Kuba.
1. Kronologi pernyataan menteri di parlemen
Marta Elena Feitó menyampaikan di hadapan parlemen bahwa Kuba tidak memiliki pengemis.
"Kita telah melihat orang-orang yang tampak seperti pengemis, tetapi jika Anda melihat tangan dan pakaian mereka, mereka sebenarnya menyamar. Di Kuba tidak ada pengemis,” ujarnya, dilansir ABC News.
Feitó juga menyebut orang yang membersihkan kaca mobil atau mengorek sampah sebagai penyamar yang mencari uang dengan mudah.
Klaim keras Feitó mendapat sorotan karena berlawanan dengan realitas di Kuba yang tengah dilanda krisis ekonomi berat.
Pada Selasa (15/7/2025), pernyataan itu menyebar luas di masyarakat dan memicu kemarahan publik, terutama di media sosial. Banyak warga dan pengamat menilai ucapan menteri tidak peka terhadap penderitaan rakyat.
2. Reaksi Presiden Miguel Díaz-Canel dan tokoh publik
Presiden Miguel Díaz-Canel menanggapi isu ini di media sosial tanpa menyebut nama menteri secara langsung.
“Kurangnya kepekaan dalam menangani kerentanan sosial sangat patut dipertanyakan. Revolusi tidak boleh meninggalkan siapa pun di belakang, itu moto dan tanggung jawab militan kita," tulisnya.
Sejumlah ekonom, aktivis HAM, dan warga Kuba juga melontarkan kritik.
“Jika ada orang yang menyamar sebagai pengemis, berarti ada pula perempuan yang menyamar sebagai menteri," kata ekonom Pedro Monreal, dilansir Havana Times.
Beberapa akademisi dan jurnalis lokal membagikan kesaksian dan gambar nyata tentang meningkatnya kemiskinan di jalanan Havana.
Kecaman ini muncul tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari komunitas internasional yang menilai pejabat Kuba menutup-nutupi masalah sosial yang sebenarnya terjadi.
3. Fakta di lapangan dan data kemiskinan
Laporan Cuban Observatory of Human Rights menemukan 89 persen keluarga Kuba hidup dalam kemiskinan ekstrem, bertolak belakang dengan pernyataan Feitó.
Pada Februari 2025, Feitó sebelumnya telah mengakui di depan Presiden Díaz-Canel bahwa terdapat 1.236 komunitas di Kuba yang hidup dalam kemelaratan, namun menurutnya 96 persen dari persoalan tersebut sedang ditangani pemerintah.
Penghasilan pensiunan di Kuba hanya sekitar 2 ribu peso Kuba (Rp1,3 juta), jumlah yang bahkan tak mencukupi untuk membeli satu kotak telur, memperlihatkan peliknya masalah sosial dan ekonomi di negara itu