Sudan Selatan Mau Terima Lebih Banyak Imigran yang Diusir dari AS

Jakarta, IDN Times - Sudan Selatan menyatakan setuju untuk menampung lebih banyak imigran yang akan dideportasi dari Amerika Serikat (AS) dengan syarat tertentu.
“Sudan Selatan akan menjadi sekutu dekat AS dan mendukung kebijakan dari AS, terutama kebijakan imigrasi yang diterapkan oleh presiden saat ini, Presiden Donald Trump,” ujar Duta Besar Sudan Selatan di Washington, Santino Dicken, pada Rabu (30/7/2025).
Pada awal Juli, AS sudah mendeportasi delapan warga asing ke Sudan Selatan. Kedelapan imigran tersebut diketahui berasal dari berbagai negara yang berbeda.
1. Minta AS cabut pembatasan visa bagi warga Sudan Selatan
Dicken ingin memperbaiki hubungan kedua negara dan meminta Washington mencabut pembatasan yang dilakukan warga Sudan Selatan.
“Kami sangat berharap rekan kami di pemerintahan AS memahami Sudan Selatan. Kami ingin meyakinkan AS agar membebaskan warga kami dengan bebas. Kami meminta AS mencabut pembatasan visa kepada pemegang paspor Sudan Selatan,” ujarnya, dikutip dari Politico.
Sementara, langkah ini menjadi inisiatif tersendiri dari pemerintah Sudan Selatan. AS tidak meminta secara resmi terkait deportasi tambahan warga asing ke Sudan Selatan.
2. AS gunakan pembatasan visa untuk desak negara Afrika terima imigran

Peneliti Senior dari Migration Policy Institute, Muzaffar Chishti mengatakan, Trump berusaha menawarkan kesepakatan deportasi imigran di setiap pertemuannya dengan pemimpin negara Afrika.
“Negara-negara ini berniat merayu pemerintah AS karena mereka mengharapkan sesuatu. Entah itu pengurangan tarif atau di kasus negara-negara Afrika, banyak dari mereka yang diancam larangan bepergian dan pembatasan visa kunjungan ke AS,” terangnya.
Sejauh ini, AS sudah meminta secara resmi deportasi imigran kepada 15 negara di Afrika, termasuk di Sudan Selatan dan Eswatini. Namun, tak semua pemimpin menanggapi dengan baik, seperti Nigeria.
3. AS deportasi lima imigran ilegal ke Eswatini
Pada pertengahan Juli, AS sudah mendeportasi lima imigran ilegal ke Eswatini. Kelima imigran diketahui berasal dari Vietnam, Jamaika, Laos, Kuba, dan Yaman.
Asisten Sekretaris Departemen Perlindungan Negara, Tricia McLaughlin mengungkapkan bahwa mereka dideportasi setelah divonis kasus kriminal mulai dari pemerkosaan anak hingga pembunuhan.
“Penerbangan ini untuk mengirim warga asing di AS yang negara asalnya sendiri menolak untuk menerimanya,” katanya, dikutip dari BBC.
Sementara, pemerintah Eswatini menampik adanya pembayaran dari AS terkait kesepakatan deportasi imigran ke negaranya. Terdapat dugaan bahwa Eswatini bersedia menerima imigran untuk menghindari tarif dari AS.