PM Jepang Batal Hadiri KTT NATO di Tengah Ketegangan Global

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Jepang mengumumkan bahwa Perdana Menteri Shigeru Ishiba membatalkan kehadirannya di KTT NATO yang dijadwalkan digelar di Den Haag, Belanda, pada 24-26 Juni 2025.
Keputusan pada Senin (23/6/2025) ini diambil hanya tiga hari setelah pengumuman awal bahwa Ishiba akan hadir, memicu spekulasi mengenai alasan di balik langkah mendadak tersebut.
Kementerian hanya menyebutkan berbagai keadaan sebagai penyebab, tanpa merinci lebih lanjut. Namun, menurut The Japan Times, pembatalan terkait ketidakpastian pertemuan antara NATO dan kelompok Indo-Pasifik, serta kecilnya kemungkinan dialog bilateral dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
1. Pertama kali PM Jepang tidak hadiri KTT NATO sejak 2022
Ini menjadi kali pertama sejak 2022 Jepang tidak diwakili langsung oleh perdana menterinya dalam KTT NATO. Ketegangan di Timur Tengah turut memengaruhi keputusan tersebut. Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran memperburuk situasi geopolitik.
Dilansir NHK, kondisi global yang tidak stabil mendorong Ishiba untuk tetap berada di Jepang.
“Perdana Menteri memutuskan fokus pada isu domestik dan regional yang mendesak,” ujar seorang pejabat pemerintah Jepang pada Senin (23/6/2025).
Langkah ini selaras dengan keputusan Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung dan Perdana Menteri Australia yang juga batal hadir. Lee menolak hadir karena padatnya agenda dalam negeri pasca-pelantikan serta kekhawatiran atas konflik di Timur Tengah. Ketidakhadiran tiga dari empat pemimpin Indo-Pasifik menimbulkan pertanyaan mengenai relevansi agenda Indo-Pasifik dalam KTT kali ini.
2. Jepang diwakili Menteri Luar Negeri
Meski Ishiba absen, Jepang tetap mengirimkan Menteri Luar Negeri Takeshi Iwaya sebagai perwakilan. Kementerian menyatakan Iwaya akan menghadiri acara terkait KTT serta menggelar pertemuan bilateral dengan negara-negara mitra, termasuk anggota G7.
“Kami tetap berkomitmen memperkuat hubungan dengan NATO dan mitra global,” ujar juru bicara Kementerian, dikutip Jiji Press.
Kehadiran Iwaya dinilai penting untuk menjaga posisi Jepang dalam diskusi strategis, terutama menyangkut keamanan kawasan Euro-Atlantik dan Indo-Pasifik.
Sebelumnya, pada Kamis (19/6/2025), Kementerian mengumumkan bahwa kehadiran Ishiba dirancang untuk menegaskan hubungan kedua kawasan. Namun, dinamika global memaksa perubahan pendekatan.
Menurut analis politik, pengiriman Iwaya mencerminkan langkah diplomatik Jepang untuk tetap terlibat tanpa membebani perdana menteri di tengah ketidakpastian global.
“Ini keputusan pragmatis yang mencerminkan kehati-hatian Jepang dalam menavigasi ketegangan internasional,” kata analis tersebut, dilansir Arab News.
3. Dampak pada hubungan NATO dan Indo-Pasifik
Dilansir dari Pravda, KTT di Den Haag kini diwarnai ketidakpastian, terutama akibat gagalnya pertemuan Dewan NATO-Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy disebut hanya akan hadir dalam makan malam informal, memperkuat kesan menurunnya momentum.
“KTT ini berisiko kehilangan fokus strategis karena absennya sejumlah pemimpin kunci,” ujar seorang diplomat Eropa, dikutip Pravda.
Meski demikian, NATO tetap mendorong peningkatan anggaran pertahanan, dengan Presiden Trump mendesak negara anggota menaikkan belanja hingga 5 persen dari PDB. Ketidakhadiran Ishiba dan pemimpin Indo-Pasifik lainnya berpotensi memengaruhi dinamika negosiasi, terutama terkait kontribusi kawasan Indo-Pasifik.
Jepang, yang telah menolak permintaan AS untuk meningkatkan anggaran pertahanan hingga 3,5 persen dari PDB, diperkirakan akan menegaskan sikapnya melalui kehadiran Iwaya.