Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sempat Dijual Bebas, Kini Thailand Kembali Batasi Penggunaan Ganja

ilustrasi ganja (unsplash.com/Jeff W)
ilustrasi ganja (unsplash.com/Jeff W)
Intinya sih...
  • Thailand menjadi negara pertama yang melegalkan ganja di Asia Tenggara.
  • Karena adanya legalisasi ganja, para pengusaha ganja Thailand mendirikan sekitar 18 ribu toko di seluruh negeri.

Jakarta, IDN Times - Thailand kini kembali memberlakukan serangkaian pembatasan ketat terhadap tanaman ganja. Pemerintah kembali melarang penjualan ganja tanpa resep medis.

"Ganja akan diklasifikasikan sebagai narkotika di masa depan," kata Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Somsak Thepsuthin, dikutip dari CNN, Minggu (29/6/2025).

Thepsuthin menegaskan, larangan tersebut sudah mulai berlaku pekan ini. Sementara itu, Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand yang bertugas menegakkan aturan baru ini memberikan panduan kepada toko penjual ganja untuk beralih fungsi menjadi apotek medis.

1. Dilegalkan selama 3 tahun

ilustrasi ganja (unsplash.com/Jeff W)
ilustrasi ganja (unsplash.com/Jeff W)

Thailand menjadi negara pertama yang melegalkan ganja di Asia Tenggara. Negeri Gajah Putih sebelumnya melegalkan ganja medis pada Desember 2018 dan ganja rekreasional pada September 2022 di bawah pemerintahan sebelumnya.

Pada Februari lalu, pemerintah Thailand sudah mengisyaratkan jika ganja akan kembali ilegal pada akhir tahun ini. Namun, upaya untuk mempercepat perubahan ini makin gencar usai sebuah partai pro-ganja keluar dari koalisi pemerintahan Thailand pada 18 Juni lalu.

Situasi ini memberikan keleluasaan lebih besar bagi Partai Pheu Thai yang berkuasa, meskipun dengan mayoritas yang jauh berkurang, untuk secara penuh melakukan rekriminalisasi ganja.

2. Ada 18 ribu toko ganja di seluruh Thailand

ilustrasi bendera Thailand. (unsplash.com/Markus Winkler)
ilustrasi bendera Thailand. (unsplash.com/Markus Winkler)

Karena adanya legalisasi ganja, para pengusaha ganja Thailand mendirikan sekitar 18 ribu toko di seluruh negeri. Bahkan, negara ini dibanjiri oleh bisnis baru yang dilegalkan, mulai dari apotek mewah hingga tur pertanian tanaman ganja.

Namun, era dekriminalisasi yang singkat namun berkembang pesat itu diwarnai oleh terbelahnya opini publik dan kritik. Publik merasa toko-toko ganja hanya menghadapi sedikit regulasi serta pengawasan.

3. Akses mudah bagi anak-anak jadi penyebab larangan diberlakukan kembali

Ilustrasi ganja. (Unsplash.com/Add Weed)
Ilustrasi ganja. (Unsplash.com/Add Weed)

Pemerintah Thailand mengungkapkan, tingginya tingkat ketergantungan dan adanya kekhawatiran akses yang mudah bagi anak-anak menjadi pertimbangan mereka mengambil kebijakan baru ini. Usia legal mengonsumsi ganja di Thailand, yakni 20 tahun.

"Banyak toko dibuka untuk menjual ganja dengan tujuan rekreasi dan medis, dan memungkinkan anak-anak serta masyarakat umum mengaksesnya. Ini bertentangan dengan tujuan pemerintah untuk menindak narkoba," ucap juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Huangsab.

Thailand menjadi satu-satunya negara yang secara drastis mencabut kebijakan dekriminalisasi ganja. Namun, kebijakan ini mendapat tentangan dari sejumlah masyarakat

Writing Thailand's Cannabis Future Network, kelompok advokasi pro-ganja, salah satu yang menetangnya. Mereka menyerukan protes publik di luar Kementerian Kesehatan Masyarakat pada 7 Juli sebagai respons terhadap larangan tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us