Serangan AS Dinilai Gagal Hancurkan Total Nuklir Iran

Jakarta, IDN Times - Serangan udara Amerika Serikat (AS) ke Iran dilaporkan gagal menghancurkan program nuklir negara tersebut. Bocoran laporan intelijen dari Defense Intelligence Agency (DIA) menyimpulkan, serangan tersebut kemungkinan hanya memundurkan kemampuan nuklir Iran selama beberapa bulan.
Penilaian ini bertentangan dengan klaim yang disampaikan Presiden AS Donald Trump dan pejabat tinggi pemerintahannya. Mereka sebelumnya menyatakan bahwa serangan ke tiga fasilitas di Fordo, Natanz, dan Isfahan telah menghancurkan total program pengayaan uranium Iran.
Sementara itu, Gedung Putih telah membantah laporan ini.
1. Fasilitas nuklir bawah tanah Iran dilaporkan selamat
Menurut sumber yang mengetahui laporan DIA, komponen vital dari program nuklir Iran berhasil selamat dari serangan bom AS. Stok uranium yang telah diperkaya milik Iran tidak hancur dalam pengeboman tersebut.
Selain itu, sebagian besar dari ribuan sentrifugal yang merupakan alat krusial untuk proses pengayaan uranium juga dilaporkan masih utuh. Penilaian awal menduga Iran kemungkinan besar telah memindahkan material nuklirnya ke lokasi aman sebelum serangan terjadi.
Keterbatasan serangan juga disebabkan oleh sulitnya menghancurkan fasilitas yang dibangun jauh di bawah tanah. Dilansir dari CNN, kerusakan signifikan hanya terjadi pada bangunan dan infrastruktur di atas permukaan tanah, sementara fasilitas bawah tanah lolos dari dampak terburuk.
Bahkan bom penetrator bunker seberat 14 ribu kilogram tidak mampu melenyapkan sepenuhnya fasilitas di Fordo dan Natanz. Di fasilitas Isfahan yang terkubur lebih dalam, AS dilaporkan memilih menggunakan rudal Tomahawk karena bom penetrator dinilai tidak akan efektif.
2. Gedung Putih bantah serangan gagal
Bocoran laporan DIA ini memicu respons keras dari Gedung Putih. Pemerintahan Trump menyangkal kebenaran laporan tersebut dan menyerang kredibilitas sumber yang membocorkannya.
"Penilaian ini salah total dan diklasifikasikan sebagai 'sangat rahasia' tetapi masih saja dibocorkan ke CNN oleh pecundang tingkat rendah anonim di komunitas intelijen. Pembocoran ini bertujuan merendahkan Presiden Trump dan mendiskreditkan para pilot pemberani yang terlibat dalam misi ini," ujar Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dilansir NBC.
Perbedaan pandangan juga terlihat di Kongres AS. Michael McCaul, anggota parlemen dari Partai Republik, bahkan menyatakan bahwa misi tersebut memang tidak pernah dirancang untuk kehancuran total.
Sebaliknya, politisi dari Partai Demokrat menuntut transparansi lebih dari pemerintah. Mereka mempertanyakan apakah klaim kemenangan mutlak yang disampaikan Trump kepada publik merupakan kebohongan yang disengaja.
3. Israel klaim kemampuan nuklir Iran mundur dua tahun

Israel mengeluarkan penilaian yang berbeda mengenai tingkat kerusakan serangan ini. Pejabat Israel meyakini bahwa serangan gabungan AS-Israel telah berhasil memundurkan program nuklir Iran selama dua tahun.
Meskipun begitu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa konflik dengan Iran kini memasuki fase baru dan mengisyaratkan risiko eskalasi di masa depan. Di sisi lain, Iran juga mengklaim telah menang karena merasa berhasil bertahan dari serangan dan kini siap untuk kembali bernegosiasi, dilansir Middle East Eye.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth berusaha membela keberhasilan serangan AS tersebut.
"Berdasarkan semua yang telah kami lihat, kampanye pengeboman kami telah melenyapkan kemampuan Iran untuk membuat senjata nuklir. Bom-bom kami menghantam titik yang tepat di setiap target dan bekerja dengan sempurna. Dampak dari bom-bom itu terkubur di bawah gunungan puing-puing di Iran, jadi siapa pun yang meragukannya hanya berusaha merusak citra Presiden dan misi ini," ujar Hegseth.