Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tiga Situs Genosida Khmer Merah di Kamboja Masuk Daftar UNESCO

Museum Genosida Tuol Sleng di Pnom Penh, Kamboja. (Christian Haugen / travelblog at www.175days.no, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Situs genosida Khmer Merah di Kamboja, termasuk Penjara S-21 dan ladang pembantaian Choeung Ek, resmi masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.
  • Pemerintah Kamboja menyambut baik keputusan UNESCO, sementara para penyintas menyambut berita ini dengan gembira dan terharu sebagai bentuk keadilan simbolis bagi para korban.
  • Penetapan ini diharapkan dapat membuat pengajaran sejarah Khmer Merah lebih efisien dan relevan, serta mencegah rezim serupa terulang kembali.

Jakarta, IDN Times - Tiga situs genosida era Khmer Merah di Kamboja resmi masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Penetapan ini diumumkan dalam sidang Komite Warisan Dunia ke-47 di Paris pada Jumat (11/7/2025).

Pengakuan ini bertepatan dengan peringatan 50 tahun berkuasanya rezim Khmer Merah (1975-1979). Rezim tersebut bertanggung jawab atas kematian sekitar 1,7 juta orang akibat penyiksaan, kelaparan, dan eksekusi massal, dilansir dari The Guardian.

1. Penjara S-21 hingga ladang pembantaian Choeung Ek

Situs utama yang diakui adalah Museum Genosida Tuol Sleng atau Penjara S-21. Bekas sekolah ini diubah menjadi pusat interogasi dan penyiksaan tempat sekitar 15 ribu orang ditahan.

Tahanan dari S-21 kemudian dieksekusi di situs kedua, Choeung Ek, yang dikenal sebagai "ladang pembantaian". Lebih dari 6 ribu jenazah ditemukan dari ratusan kuburan massal di lokasi tersebut.

Situs ketiga adalah Penjara M-13 di provinsi Kampong Chhnang. Di fasilitas inilah para kader Khmer Merah mengembangkan dan menguji berbagai metode penyiksaan dan pembunuhan.

Penetapan ini merupakan nominasi pertama Kamboja untuk kategori situs modern. Pengakuan ini juga menjadi salah satu yang pertama di dunia untuk sebuah situs yang terkait konflik modern.

2. Pemerintah Kamboja sambut keputusan UNESCO

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyambut baik keputusan UNESCO. Ia mengarahkan seluruh negeri untuk merayakannya dengan memukul genderang secara serentak.

"Semoga penetapan ini menjadi pengingat abadi bahwa perdamaian harus selalu dipertahankan. Dari babak tergelap dalam sejarah, kita dapat menarik kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi umat manusia," kata Hun Manet, dikutip dari Al Jazeera.

Sementara, Direktur Pusat Dokumentasi Kamboja, Youk Chhang, memandang pengakuan ini akan membuat pengajaran sejarah Khmer Merah lebih efisien dan relevan. Chhang, yang juga seorang penyintas, berharap situs-situs ini dapat membantu menyembuhkan luka bangsa, dilansir RFI.

3. Keadilan simbolis bagi para penyintas

Para penyintas genosida Kamboja menyambut berita ini dengan perasaan gembira dan terharu. Pengakuan dari komunitas internasional ini dianggap memiliki makna personal bagi mereka.

Pengakuan ini menjadi bentuk keadilan simbolis yang penting bagi para korban. Apalagi, pengadilan yang didukung PBB hanya menghukum tiga tokoh kunci Khmer Merah sebelum berhenti beroperasi pada 2022.

Penyintas Norng Chanphal berharap pengakuan ini dapat mencegah rezim serupa terulang kembali. Menurutnya, penetapan ini memberikan keadilan bagi arwah ibunya dan korban lainnya.

"Saya sangat senang dan gembira UNESCO mengakui museum Tuol Sleng, Choeung Ek dan M-13. Ini adalah hadiah untuk generasi berikutnya," kata Chum Mey, salah satu dari sedikit orang yang selamat dari S-21, dilansir Strait Times.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us