Timur Tengah di Titik Krisis, Indonesia Tidak Menutup Mata

- Melemahnya multilateralisme: Konflik di Timur Tengah mengancam kepercayaan pada tatanan hukum internasional pasca Perang Dunia Kedua.
- Indonesia serukan deeskalasi: Indonesia terus mendorong deeskalasi situasi dan kembali ke langkah politik dan demokrasi untuk mencapai kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan.
- Kedok Israel mengamankan kepentingan nasional: Israel dianggap lolos dari jerat hukum internasional, mempengaruhi 'aktor-aktor lain' untuk melanggar hukum internasional dengan kedok mengamankan kepentingan nasional.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri RI Sugiono mengungkapkan, Indonesia tidak akan tutup mata terkait krisis di Timur Tengah. Menurutnya, situasi di kawasan tersebut harus dikelola dengan baik.
"Timur Tengah saat ini berada di titik krisis, dan kita tidak menutup mata, dan jika situasi ini tidak dikelola dengan baik, maka rivalitas geopolitik semakin runcing dan membuka ruang bagi konflik terbuka di belahan dunia," ucap Menlu Sugiono dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI, Senin (30/6/2025).
Menurutnya, kawasan Indo-Pasifik juga bisa ikut memanas akibat situasi di Timur Tengah tersebut.
1. Melemahnya multilateralisme

Sugiono menuturkan, konflik-konflik seperti ini menimbulkan lunturnya kepercayaan terhadap tatanan hukum internasional. Menurutnya, konflik terjadi akibat melemahnya multilateralisme.
"Yang seharusnya dapat menjaga lingkungan internasional yang rentan pasca-perang dunia kedua," jelasnya.
Ia menegaskan, rentetan kejadian dan eskalasi ini merupakan sesuatu yang diharapkan tidak terulang. Namun, tak ada jaminan konflik tersebut tidak akan terulang.
2. Indonesia serukan deeskalasi

Karenanya, kata Sugiono, dalam berbagai kesempatan Indonesia menyalurkan aspirasi untuk deeskalasi situasi dan kembali ke langkah politik dan demokrasi. Semua agar tercapai kebijaksanaan dalam mengambil keputusan tersebut.
"Karena apa yang terjadi di satu tempat, terutama di situasi global seperti ini apa yang terjadi di suatu tempat, di suatu titik, akan dengan cepat mempengaruhi kondisi dan situasi negara-negara lain," kata dia.
3. Kedok Israel mengamankan kepentingan nasional padahal langgar hukum internasional

Sugiono mencontohkan bagaimana persepsi dari berbagai kalangan bahwa kondisi di mana Israel seolah-olah lolos dari jerat hukum internasional. Ini menginspirasi 'aktor-aktor lain' untuk bersikap seperti Israel.
Dan mungkin, kata Sugiono, berani mencoba melanggar hukum-hukum internasional dengan kedok mengamankan kepentingan nasionalnya. "Saya kira kita harus cermati bersama bahwa survivability saat ini menjadi sesuatu yang semakin mengemuka dan dikedepankan, tidak lagi kolaborasi dan kerja sama, tapi harus bertahan," tegasnya.
Karenanya, ia kembali menegaskan jika Indonesia tidak tutup mata dengan situasi ini. "Tentu saja sesuatu yang sama-sama kita tidak inginkan," ucap Sugiono.