Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Pertimbangkan Undang Zelenskyy saat Bertemu Putin di Alaska

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy (kiri), dan Presiden AS, Donald Trump, saat bertemu di Gedung Putih pada Februari. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy (kiri), dan Presiden AS, Donald Trump, saat bertemu di Gedung Putih pada Februari. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Keputusan final mengundang Zelenskyy masih dalam pembahasan
  • Pertemuan Trump-Putin dianggap meremehkan Ukraina
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk bergabung dengannya dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pekan depan.

Trump dan Putin dijadwalkan bertemu untuk pertemuan puncak di negara bagian Last Frontier, Jumat pekan depan (15/8/2025), guna membahas perang di Ukraina.

“Pengajuan undangan kepada pemimpin Ukraina sedang dibahas,” lapor NBC News, mengutip tiga orang yang mendapatkan pengarahan tentang percakapan internal mengenai pertemuan tersebut.

1. Belum ada keputusan final undang Zelenskyy

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (President Of Ukraine from Україна, CC0, via Wikimedia Commons)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (President Of Ukraine from Україна, CC0, via Wikimedia Commons)

Seorang pejabat senior AS mengatakan, kehadiran Zelensky sangat mungkin. Namun, belum ada keputusan final.

"Semua orang sangat berharap itu akan terjadi," ujar pejabat tersebut, dikutip dari The Independent, Minggu (10/8).

Ketika ditanya apakah undangan resmi telah diberikan kepada Zelensky, seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan, "Presiden tetap terbuka untuk pertemuan puncak trilateral dengan kedua pemimpin. Saat ini, Gedung Putih sedang berfokus pada perencanaan pertemuan bilateral yang diminta oleh Presiden Putin."

2. Pertemuan Trump-Putin dianggap meremehkan Ukraina

Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri), dan Presiden AS, Donald Trump (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri), dan Presiden AS, Donald Trump (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Sementara itu, reaksi Zelenskyy terhadap pertemuan puncak Trump–Putin bersifat meremehkan. Ia memperingatkan, negosiasi apa pun untuk mengakhiri konflik terbesar Eropa sejak Perang Dunia II harus melibatkan Kyiv.

“Keputusan apa pun yang tidak melibatkan Ukraina sekaligus merupakan keputusan yang menentang perdamaian. Keputusan itu tidak akan menghasilkan apa pun. Ini adalah keputusan yang sia-sia. Keputusan itu tidak akan pernah berhasil,” kata Zelenskyy.

Putin diperkirakan akan memanfaatkan pertemuan puncak tersebut untuk menyampaikan tuntutan Rusia akan kesepakatan gencatan senjata. Sementara saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat lalu, Trump mengakui, kesepakatan damai apa pun mungkin melibatkan pertukaran wilayah.

“Pertemuan yang sangat dinantikan antara saya, sebagai Presiden Amerika Serikat, dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia, akan berlangsung Jumat depan, 15 Agustus 2025 di Negara Bagian Alaska,” tulis Trump di Truth Social.

Meski menghadapi surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional, pertemuan yang dijadwalkan pada 15 Agustus akan menandai pertama kalinya dalam satu dekade Putin menginjakkan kaki di tanah AS.

3. Pertemuan terakhir 2018

Presiden AS, Donald Trump (kiri), dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Presiden AS, Donald Trump (kiri), dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Terakhir kali kedua pemimpin bertemu adalah di Helsinki, Finlandia pada Juli 2018, saat Trump menjabat sebagai presiden untuk pertama kalinya. Setelah pertemuan tersebut, Trump secara terbuka membantah badan intelijen AS dan tampaknya mempercayai pernyataan Putin mengenai temuan mereka terkait campur tangan Rusia dalam pemilu.

Pernyataan tersebut memicu kemarahan bipartisan di Washington, dengan banyak pihak menuduh Trump telah berpihak pada musuh. Negosiasi perundingan damai berjalan lambat, dan terkadang menegangkan.

Zelenskyy disergap di Ruang Oval awal tahun ini oleh Trump dan Wakil Presiden JD Vance. Wakil presiden mengkritik Zelenskyy karena tidak cukup menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan finansial dan militer AS, menuduhnya tidak sopan. Trump juga secara terbuka menyalahkan Zelenskyy, alih-alih Putin, yang memulai perang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us