Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Serukan Akhiri Perang, Israel Malah Minta Warga Gaza Dievakuasi

Dua warga tengah duduk di tengah reruntuhan bangunan di Gaza (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)
Dua warga tengah duduk di tengah reruntuhan bangunan di Gaza (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)
Intinya sih...
  • Militer Israel memerintahkan warga Gaza utara dievakuasi sebelum pertempuran sengit melawan Hamas.
  • Pemboman tentara Israel meningkat di Jabalia dan Khan Younis, menewaskan sedikitnya 11 orang.
  • Upaya gencatan senjata baru dilakukan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 20 bulan dan mengamankan pembebasan sandera.

Jakarta, IDN Times - Militer Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi wilayah di Gaza utara sebelum pertempuran sengit melawan Hamas. Padahal, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan diakhirinya perang di tengah upaya baru untuk menengahi gencatan senjata.

"Buat kesepakatan di Gaza, dapatkan kembali para sandera," tulis Trump di platform Truth Social miliknya pada Minggu (29/6/2025) pagi, melansir Channel News Asia.

1. Tak ada tempat aman di Gaza

Serangan Israel ke Gaza pada 5 Februari 2025. (dok. X/@Timesofgaza)
Serangan Israel ke Gaza pada 5 Februari 2025. (dok. X/@Timesofgaza)

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan mengadakan pembicaraan di kemudian hari mengenai kemajuan serangan Israel. Seorang pejabat keamanan senior mengatakan, militer akan memberitahunya bahwa operasi militer hampir mencapai tujuannya.

Sumber itu memperingatkan perluasan pertempuran ke wilayah baru di Gaza dapat membahayakan para sandera Israel yang tersisa. Namun dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X dan pesan teks yang dikirim ke banyak penduduk, militer mendesak orang-orang di wilayah utara daerah kantong itu untuk menuju ke selatan menuju wilayah Al-Mawasi di Khan Younis, yang ditetapkan Israel sebagai wilayah kemanusiaan.

Pejabat Palestina dan PBB mengatakan, tidak ada tempat di Gaza yang aman.

"Pasukan Pertahanan (Israel) beroperasi dengan kekuatan ekstrem di wilayah-wilayah ini, dan operasi militer ini akan meningkat, mengintensifkan, dan meluas ke arah barat hingga pusat kota untuk menghancurkan kemampuan organisasi-organisasi teroris," kata militer.

2. Serangan ke Jabalia dan Khan Younis

Tentara Israel saat melakukan operasi militer di Jalur Gaza, Palestina, pada Oktober 2023. (IDF Spokesperson's Unit, SoI-War 23-10-31 IDF 05-03, CC BY-SA 3.0)
Tentara Israel saat melakukan operasi militer di Jalur Gaza, Palestina, pada Oktober 2023. (IDF Spokesperson's Unit, SoI-War 23-10-31 IDF 05-03, CC BY-SA 3.0)

Perintah evakuasi mencakup wilayah Jabalia dan sebagian besar distrik Kota Gaza. Petugas medis dan penduduk mengatakan pemboman tentara Israel meningkat pada dini hari di Jabalia, menghancurkan beberapa rumah dan menewaskan sedikitnya enam orang.

Di Khan Younis di selatan, lima orang tewas dalam serangan udara di perkemahan tenda dekat Mawasi, kata petugas medis.

3. Dorongan gencatan senjata terbaru

sudut Kota Gaza. (unsplash.com/emad_el_bayed)
sudut Kota Gaza. (unsplash.com/emad_el_bayed)

Eskalasi terjadi saat mediator Arab, Mesir dan Qatar, yang didukung oleh Amerika Serikat, memulai upaya gencatan senjata baru untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama 20 bulan dan mengamankan pembebasan sandera Israel dan asing yang masih ditahan oleh Hamas. Ketertarikan untuk menyelesaikan konflik Gaza meningkat setelah pemboman AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.

Seorang pejabat Hamas mengatakan, telah memberi tahu para mediator bahwa mereka siap untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata. Ia menegaskan kembali tuntutan kelompok tersebut yang belum pernah diajukan bahwa kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan mengamankan penarikan Israel dari wilayah pesisir tersebut.

Hamas mengatakan bersedia membebaskan sandera yang tersisa di Gaza, 20 di antaranya masih hidup, hanya dalam kesepakatan yang akan mengakhiri perang. Israel mengatakan, mereka hanya dapat mengakhirinya jika Hamas dilucuti dan dibubarkan. Namun, Hamas menolak untuk meletakkan senjatanya.

Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dipicu pada Oktober 2023 ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang, menurut penghitungan Israel.

Serangan militer Israel berikutnya telah menewaskan lebih dari 56 ribu warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Hal ini membuat hampir seluruh 2,3 juta penduduk mengungsi, menjerumuskan daerah kantong itu ke dalam krisis kemanusiaan dan meninggalkan sebagian besarnya dalam reruntuhan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us