Warga Gaza Ketakutan soal Rencana Pendudukan Israel

- Warga Gaza tidak lagi punya sumber daya untuk mengungsi, situasi finansial, emosional, dan mental semakin buruk
- Netanyahu sebut militer akan segera duduki Kota Gaza untuk melucuti senjata Hamas dan membentuk administrasi sipil non-Israel
- Rencana Israel menuai kecaman luas dari dalam maupun luar negeri karena dapat membahayakan keselamatan puluhan sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza
Jakarta, IDN Times - Rencana Israel untuk menguasai Jalur Gaza memicu kebingungan dan ketakutan di kalangan warga Palestina. Media Israel melaporkan bahwa pendudukan akan dimulai dengan pengusiran massal sekitar satu juta penduduk dari Kota Gaza, diikuti pengepungan dan invasi darat.
"Mereka telah membom kami, membuat kami kelaparan, dan membunuh kami. Apa lagi yang bisa mereka lakukan?. Seperti kata pepatah: membutakan seorang siklop. Satu-satunya yang tersisa adalah mereka mengebom kami dengan senjata nuklir agar semuanya berakhir," ujar Mustafa Ja’rour, yang telah beberapa kali mengungsi sejak awal perang, dikutip dari MEE.
“Jika invasi terjadi, akan ada satu juta orang di sini yang tidak punya tempat untuk pergi. Jika pengeboman semakin parah dan mereka memaksa kami untuk pergi, saya akan pergi, karena tetap tinggal berarti kematian," tambahnya.
1. Warga Gaza tidak lagi punya sumber daya untuk mengungsi
Warga Gaza lainnya, Abed al-Daqour, menolak tawaran bahwa seluruh warga harus meninggalkan tanah Gaza.
“Bahkan jika tentara memasuki pusat kota, saya akan berpindah dari satu kawasan ke kawasan lain, tapi saya tidak akan meninggalkan tanah air saya. Situasinya mengerikan, tapi kami berharap hal itu tidak sampai terjadi," ujarnya.
Sementara itu, Mahmoud Mahmoud mengungkapkan bahwa meskipun orang-orang ingin mengungsi, situasi saat ini jauh lebih buruk dibandingkan pada masa-masa awal perang. Kini, masyarakat tidak lagi memiliki uang, sarana transportasi, maupun tempat-tempat aman untuk berlindung.
“Rafah telah musnah, Khan Younis hancur dan kami kelelahan – secara finansial, emosional dan mental. Kami, sebagai warga sipil yang tidak bersenjata, memerlukan solusi. Kami tidak dapat menanggung ini lebih lama lagi. Kami dihukum dengan cara yang seberat mungkin," tutur Mahmoud.
2. Netanyahu sebut militer akan segera duduki Kota Gaza
Pada Jumat (8/8/2025), Kabinet Keamanan Israel menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menduduki Kota Gaza sepenuhnya. Pemimpin Israel itu mengklaim bahwa rencananya tersebut bertujuan untuk melucuti senjata Hamas, membebaskan seluruh sandera Israel, mendemiliterisasi Gaza, mengendalikan keamanan Israel, dan membentuk administrasi sipil non-Israel yang dikelola pihak ketiga.
Dilansir dari Anadolu, Netanyahu, pada Minggu (10/8/2025), menyatakan bahwa pasukannya akan segera menduduki Kota Gaza sepenuhnya. Ia mengaku ingin administrasi sipil dibentuk di wilayah tersebut.
“Kami telah melakukan banyak hal. Kami menguasai sekitar 70 hingga 75 persen Gaza, tetapi masih ada dua benteng terakhir, yaitu Kota Gaza dan kamp-kamp pusat di Al-Mawasi, Gaza selatan," kata Netanyahu dalam konferensi pers.
3. Rencana Israel menuai kecaman
Rencana Israel untuk menguasai Jalur Gaza menuai kecaman luas dari dalam maupun luar negeri. Bagi sebagian besar masyaratat Israel, rencana ini dinilai dapat membahayakan keselamatan puluhan sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
Beberapa sekutu dekat Israel di Eropa juga mendesak Tel Aviv untuk mempertimbangkan kembali rencana tersebut. Jerman bahkan mengambil langkah dengan menghentikan ekspor senjata militer yang berpotensi digunakan di Jalur Gaza.
Sejak Oktober 2023, perang mematikan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 61.400 warga Palestina. Kampanye militer ini juga telah menghancurkan wilayah tersebut dan menyeret penduduknya ke ambang kelaparan.
Program Pangan Dunia (WFP) mengungkapkan bahwa sepertiga penduduk Gaza sudah beberapa hari tidak makan, dan menyebut situasi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. PBB memperkirakan ratusan truk bantuan harus masuk ke wilayah tersebut setiap hari untuk mengakhiri kelaparan yang disebabkan oleh blokade dan perang.