Kunjungan Kenegaraan Prabowo ke Singapura

- Kunjungan kenegaraan Prabowo ke Singapura memperkuat hubungan kedua negara dalam aspek ekonomi, keuangan, dan perdagangan serta keamanan.
- Kesepakatan yang ditandatangani meliputi pertanian, perikanan, dan perdagangan. Presiden Prabowo mengundang Temasek untuk berpartisipasi dalam Danantara.
- Presiden Prabowo juga akan bertemu dengan Presiden Putin di Rusia untuk membahas impor energi, pupuk dan gandum yang bisa disediakan oleh Rusia.
Adalah suatu yang hal menggembirakan melaporkan kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo ke Republik Singapura baru-baru ini yang akan memperkuat hubungan kedua negara dalam aspek ekonomi, keuangan, dan perdagangan serta keamanan. Sejumlah kesepakatan yang dituangkan dalam dokumen ditandatangani oleh pejabat kedua negara, yang meliputi pertanian, perikanan, dan perdagangan.
Presiden Prabowo juga mengundang Temasek untuk berpartisipasi dalam Danantara. Selaian itu juga disebutkan keinginan Presiden meniru pembangunan perumahan HDB Singapura yang sangat berhasil itu. Secara keseluruhannya, perundingan berjalan dalam suasana persaudaraan yang menyenangkan dan menghasilkan kesepakatan dalam berbagai bidang pembangunan yang tadi disebutkan. Dan sebagai suatu tambahan acara yang menyenangkan, Presiden Singapura Tharman Samugaratnam menghadiahkan Presiden Prabowo bunga anggrek yang dikembangkan Singapura dan diminta memberikan nama kepada anggrek yang indah tersebut. Presiden Prabowo menyambut hadiah tersebut dengan hormat dan menyebutkan pilihan namanya, Dora Sumitro, untuk menghormati almarhumah Ibunda Presiden yang tercinta.
Saya, sebagai orang yang selama hampir duapuluh tahun mengajar di S.Rajaratnam School of International Studies, salah satu Graduate Schools pada
Nanyang Technological University (RSIS-NTU), dan ikut mendesain program studi buat master degree dan program doctor bidang International Political Economy (IPE) bersama seorang dosen muda Profesor Helen Nesadurai, saya ikut bangga bahwa program ini kemudian menjadi pilar penting program RSIS, disamping International Relation (IR) dan Strategic Studies (SS). Juga bahwa pada waktu saya bergabung dengan sekolah ini, menurut QS World University Ranking, NTU ada pada peringkat ke-68, dalam waktu kurang dari sepuluh tahun menempati peringkat ke-12, di bawah National University of Singapore (NUS), yang ada di tingkat 11.
Tahun lalu, pada waktu saya harus memutuskan berhenti mengajar di NTU, saya terus terang sangat sedih, terpaksa menghentikan pekerjaan yang sangat saya senangi, mengajar dan mendidik mahasiswa-mahasiswi dari banyak negara. Tetapi apa hendak dikata, di usia saya yang beberapa minggu lagi 87 tahun, saya harus hidup dengan bantuan seorang caregiver untuk menolong saya dalam banyak hal, seperti menyediakan obat-obatan dan suplemen yang harus saya makan di pagi, siang dan malam, dan dalam hal lain. Dan isteri saya, Bianti, tidak dapat meninggalkan tugasnya di Jakarta sebagai Pengurus Yayasan Pendidikan Sumbangsih, yang awal tahun lima puluhan didirikan almarhumah Eyang Sitti Katumi Margono, mengelola sekolah dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruan serta SMA. Ia juga menjadi Penasihat Perempuan Indonesia Raya, organisasi sayap Perempuan Partai Gerindra, dan karenanya saya tidak mungkin lagi tinggal di Singapore.
Oleh sebab itu, meskipun dekan RSIS tetap mengharapkan saya mengajar, saya dengan berat hati harus secara sopan menolaknya. Dengan demikian saya terpaksa meninggalkan tempat kerja yang sangat saya cintai, berbagi, mengajarkan ilmu yang saya kuasai, ekonomi moneter, perdagangan internasional dan ekonomi pembangunan. Ya itulah kehidupan, saya harus realistis, tidak takabur melakukan semua yang saya inginkan tetapi tidak mungkin lagi.
Kembali ke topik utama kita, Presiden Prabowo melanjutkan kunjungannya ke Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin. Saya kurang tahu apa saja yang akan dibahas dengan Presiden Putin. Tetapi Indonesia memerlukan impor energi, pupuk dan gandum yang bisa disediakan oleh Rusia. Yang jelas kunjungan ini tentu penting untuk meningkatkan hubungan antara dua negara dalam perdagangan dan aspek lain.
Saya harus mengakui saya lebih banyak menulis tentang permasalahan luar negeri dari dalam negeri, karena saya harus berhati-hati agar tidak menimbulkan salah pengertian atau disalahmengertikan. Yang jelas, sebagai seorang patriot saya mendukung upaya pemerintah, apalagi dewasa ini ada unsur tambahan lebih mendekatkan lagi. Saya banyak menulis tentang apa yang terjadi di AS, antara lain karena saya merasa cukup mengetahui sebagai orang yang dalam pendidikan tinggi belajar di berbagi universitas di AS, dan juga selama diminta bekerja di pemerintahan banyak berhubungan dengan negara tersebut.
Dan belakangan ini, dalam pemerintahan Presiden Trump yang kedua banyak terjadi perkembangan yang menarik untuk dituliskan, meskipun tidak selalu menggembirakan, seperti perkembangan perang di Timur Tengah sekarang. Kita semua berharap bahwa perang ini tidak melebar kemana-mana, dan bahwa perang ini dalam waktu cepat bisa berakhir dalam kedamaian agar sedmua bangsa bisa kembali berjuang membangun bangsa dan negaranya masing-masing.
Seperti yang terjadi dalam Konperensi G-7 di Alberta, Canada baru-baru ini. Presiden Trump harus meninggalkan konperensi bahkan sebelum resmi berjalan, dari selesai jamuan makan malam sebelum pembukaan Presiden Trump bertolak kembali ke Washington DC. Sekretaris Pers Karoline Leavitt mengatakan bahwa Presiden Trump harus kembali mengurus masalah perang Israel-Iran, yang sebenarnya juga menjadi salah satu agenda pertemuan.
Dan tanpa membuat pengumuman dan dengan melanggar ketentuan konstitusi Presiden Trump memerintahan pemboman tiga pusat pembangungan nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan. Kemudian terjadi suatu pengumuman yang ternyata banyak dibantah bahwa operasi ini berhasil sukses dan proyek nuklir Iran dihancurkan total. Tetapi kemudian diberitakan bantahan, seperti diberitakan CNN dan New York Times bahwa suplai uranium Iran telah dipindahkan ke lokasi yang aman sebelum diserang, dan mungkin penyerangan ini hanya akan menunda pekerjaan proyek untuk beberapa bulan, tetapi jelas tidak benar bahwa proyek tersebut hancur lebur.
Presiden Trump juga diberitakan mengusulkan agar Presiden Putin Kembali diundang dalam G7 dan kembali menjadi G8. Presiden Trump jelas bikin gara-gara, bikin bingung, tapi ya apa hendak dikata. Ini Presiden negara adi kuasa yang masih punya waktu empat tahunan memerintah AS, meskipun bikin bingung pemimpin-pemimpin lain di dunia. (Dradjad, 26/06/2025).
Guru Besar Ekonomi Emeritus, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Jakarta.