5 Pelatih Termuda yang Menangani Klub Premier League 2025/2026

- Fabian Huerzeler (32 tahun) pelatih termuda Premier League 2025/2026, melatih Brighton & Hove Albion dengan pendekatan yang baik.
- Ruben Amorim (40 tahun) dituntut membawa Manchester United kembali ke papan atas setelah musim sebelumnya yang buruk.
- Andoni Iraola (43 tahun) membuat AFC Bournemouth diperhitungkan meski kehilangan pemain kunci, sementara Mikel Arteta (43 tahun) dituntut membawa Arsenal juara dan Scott Parker (44 tahun) membawa Burnley promosi.
English Premier League (EPL) 2025/2026 kembali hadir pada pertengahan Agustus 2025. Pada musim ini, banyak klub mempercayakan timnya kepada sosok pelatih muda dibandingkan pelatih senior. Hanya 2 dari 20 klub EPL yang mempercayakan timnya kepada pelatih berusia di atas 55 tahun.
Fenomena ini menunjukkan, usia bukan lagi tolok ukur utama dalam menentukan kapasitas seorang pelatih. Dengan visi modern dan pendekatan yang lebih erat, para pelatih muda dinilai makin relevan. Sebgai gambaran, berikut ini lima pelatih termuda yang menangani klub Premier League 2025/2026.
1. Fabian Huerzeler (32 tahun) menjadi pelatih termuda Premier League 2025/2026
Fabian Huerzeler masih mendapatkan predikat sebagai pelatih termuda Premier League. Predikat ini didapatkan sejak 2024/2025 lalu atau musim pertamanya melatih Brighton & Hove Albion. Pelatih asal Jerman ini juga tercatat sebagai pelatih termuda kedua dalam sejarah EPL. Sebab, Huerzeler sendiri lahir pada 26 Februari 1993.
Meski masih muda, pria berusia 32 tahun ini sangat cakap dalam melatih The Seagulls. Ia memiliki pendekatan yang sangat baik dengan para pemainnya. Hal tersebut membuat sistem permainan Brighton & Hove Albion juga baik.
2. Ruben Amorim (40 tahun) memiliki beban berat di Manchester United
Ruben Amorim pertama kali ditunjuk sebagai pelatih Manchester United pada pertengahan 2024/2025. Pada musim tersebut, The Red Devils hanya bertengger di posisi 15 Premier League. Mereka gagal menjuarai UEFA Europa League. Oleh karena itu, ia harus membuktikan diri dengan membawa klub lebih berprestasi pada 2025/2026 ini.
Membawa Manchester United kembali ke papan atas tentu bukan perkara mudah. Sebab, mereka memiliki saingan yang berat dan skuad yang belum matang. Hal tersebut menjadi tantangan besar bagi pria yang lahir pada 27 Januari 1985 (40 tahun) ini.
3. Andoni Iraola (43 tahun) membuat AFC Bournemouth diperhitungkan
Andoni Iraola kembali melatih AFC Bournemouth pada 2025/2026. Pelatih asal Spanyol ini sudah terbukti dapat meningkatkan kualitas tim, dari klub papan bawah menjadi klub kuda hitam yang bertengger di papan tengah. Hal tersebut membuatnya makin diperhitungkan.
Pada musim ini, Iraola mendapatkan tantangan besar. Sebab, sejumlah pemain kunci AFC Bournemouth justru meninggalkan klub pada musim panas 2025. Jika pria kelahiran 22 Juni 1982 (43 tahun) ini bisa konsisten seperti musim lalu, ini bisa menjadi pembuktian terhadap kualitasnya.
4. Mikel Arteta (43 tahun) dituntut untuk membawa Arsenal juara
Sama seperti Andoni Iraola, Mikel Arteta juga berusia 43 tahun. Namun, ia lebih tua 3 bulan karena lahir pada 26 Maret 1982. Dibandingkan Iraola, Arteta memiliki tanggung jawab yang lebih besar karena harus melatih klub sebesar Arsenal.
Target utama Arsenal saat ini adalah menjadi juara. Hal tersebut merupakan tuntutan besar bagi Arteta yang sudah melatih klub ini sejak 2019. Sebab, sejak ia melatih, Arsenal baru mendapatkan satu gelar juara, yakni Piala FA 2019/2020.
5. Scott Parker (44 tahun) membawa Burnley promosi
Scott Parker membawa Burnley kembali promosi ke Premier League. Baginya, ini bukan kali pertama melatih klub EPL. Ia pernah membesut Fulham (2018 2019 dan 2020/2021) dan AFC Bournemouth (2022/2023).
Namun, pria berusia 44 tahun ini memiliki rekor yang sangat buruk. Dari 3 musim yang pernah ia jalani sebagai pelatih di EPL, klub besutannya selalu berakhir degradasi. Hal ini menjadi alarm tersendiri baginya, apalagi Burnley terhitung lemah dan berstatus sebagai klub promosi.
Kehadiran para pelatih muda menjadi bukti, Premier League terus berkembang. Mereka menawarkan inovasi segar dan keberanian untuk merevolusi taktik sepak bola. Namun, inovasi dan keberanian tak mudah diterapkan, terutama di kompetisi yang ketat seperti EPL.