4 Faktor SRG.OG Kalah Atas Mythic SEAL di MSC x EWC 2025

- Mythic SEAL membuat comeback mengejutkan di game pertama, merubah keadaan dalam 65 detik terakhir dan memenangkan pertandingan.
- SRG hanya menang karena blunder lawan, bukan dominasi penuh, menunjukkan performa kurang meyakinkan dari SRG.
- Game penentuan dimenangkan oleh kedisiplinan dan adaptasi Mythic SEAL, sementara tekanan sebagai juara bertahan menjadi bumerang mental bagi SRG.
Pertandingan MSC x EWC 2025 Grup A menyuguhkan salah satu kejutan terbesar di fase semifinal Upper Bracket, ketika Selangor Red Giants (SRG.OG) harus mengakui keunggulan wakil Myanmar, Mythic SEAL. Digadang-gadang sebagai salah satu favorit juara karena statusnya sebagai kampiun MSC 2024, SRG justru harus menelan kekalahan 1-2 yang mengirim mereka ke Lower Bracket lebih awal.
Dalam pertandingan yang berlangsung pada Jumat (25/7/2025), SRG.OG sebenarnya sempat mencuri satu game dan menunjukkan potensi permainan solid. Meski begitu performa disiplin dari Mythic SEAL yang diiringi dengan strategi cermat, adaptasi cepat, dan konsistensi tinggi membuat SRG.OG kehilangan kendali atas tempo permainan. Lantas, apa saja faktor SRG.OG kalah atas Mythic SEAL di MSC x EWC 2025? Simak uraian lengkapnya berikut!
1. Comeback mengejutkan dari Mythic SEAL di game pertama

Game pertama awalnya menunjukkan dominasi SRG.OG yang unggul dalam jumlah kill dan kontrol map, sehingga publik sempat menduga bahwa kemenangan mudah akan berpihak kepada tim asal Malaysia ini. Namun Mythic SEAL membalikkan keadaan secara dramatis lewat satu rotasi cepat dan team fight besar yang terjadi dalam 65 detik terakhir pertandingan. Tanpa banyak celah, mereka memanfaatkan keunggulan kecil menjadi peluang emas untuk langsung menghancurkan base turret SRG.OG, menutup laga di menit ke-22 dengan kemenangan mengejutkan.
Kemenangan ini jelas tidak hanya mengubah skor pertandingan, tapi juga berdampak besar pada kepercayaan diri dan kondisi mental kedua tim. Sementara Mythic SEAL tampil semakin percaya diri, SRG.OG justru mulai kehilangan ketenangan, terlihat dari bagaimana mereka memulai game kedua dengan permainan yang jauh lebih berhati-hati dan tidak seagresif biasanya.
2. SRG.OG hanya menang karena blunder, bukan dominasi penuh

Pada game kedua, situasi sebenarnya lebih mengarah pada kemenangan Mythic SEAL yang kembali unggul dalam perolehan kill dan tekanan map. Akan tetapi, satu blunder dari Zippy sang gold laner tim Myanmar membuka celah yang dimanfaatkan dengan sangat cepat oleh SRG.OG. Turret utama Mythic SEAL pun hancur, dan skor pertandingan berakhir imbang 1-1. Namun, kemenangan SRG.OG pada match ini lebih didorong oleh kesalahan lawan, bukan karena dominasi mutlak dari strategi dan eksekusi mereka sendiri.
Hal ini justru menunjukkan bahwa SRG.OG tidak sedang dalam performa terbaiknya. Mereka tidak mampu memegang kendali penuh atas jalannya pertandingan, bahkan ketika unggul dalam komposisi hero. Kurangnya sinergi saat team fight dan kesulitan dalam pengambilan objektif penting seperti Turtle dan Lord membuat kemenangan mereka terasa kurang meyakinkan secara keseluruhan.
3. Game penentuan dimenangkan oleh kedisiplinan dan adaptasi

Ketika memasuki game ketiga, Mythic SEAL tampil jauh lebih matang, disiplin, dan adaptif dibanding dua game sebelumnya. Zippy yang sempat melakukan kesalahan justru bangkit sebagai MVP dengan penempatan posisi yang lebih aman dan kontribusi besar dalam setiap team fight. Permainan makro dari Mythic SEAL juga sangat solid mereka menjaga lane dengan baik, tidak over-commit saat war, serta terus menjaga visi map yang memberi mereka kontrol penuh terhadap objektif.
Sebaliknya, SRG.OG tampil lebih pasif dan lambat dalam melakukan rotasi, bahkan sering kali tertinggal saat terjadi kontestasi Lord atau Turtle. Kesalahan demi kesalahan kecil akhirnya menumpuk dan berujung pada kehilangan momentum secara menyeluruh. Game penentuan ini seolah memperlihatkan ketimpangan arah permainan antara tim unggulan dan tim yang jauh lebih siap secara teknis.
4. Tekanan sebagai juara bertahan jadi bumerang mental

SRG.OG datang ke MSC 2025 dengan label “juara bertahan” yang jelas memberi beban mental tersendiri bagi para pemain. Ekspektasi tinggi dari publik, tekanan untuk mempertahankan gelar, serta keharusan tampil sempurna di setiap pertandingan justru menjadi tekanan yang menekan kreativitas dan keberanian mereka dalam bertanding. Pada match ke-3, SRG terlihat bermain terlalu aman dan kehilangan fleksibilitas saat draft maupun in-game, seolah tidak ingin melakukan kesalahan, tapi justru jadi terlalu pasif.
Sebaliknya, Mythic SEAL bermain tanpa beban dan penuh keberanian. Mereka memanfaatkan status underdog dengan baik dan tampil all out tanpa ragu untuk bereksperimen dalam komposisi maupun strategi eksekusi. Perbedaan kondisi mental ini menjadi penentu besar yang tampak jelas dalam cara kedua tim menyikapi momentum pertandingan dan tekanan saat tertinggal.
Faktor SRG.OG kalah atas Mythic SEAL di MSC x EWC 2025 adalah pengingat bahwa di turnamen besar seperti MSC, bukan hanya pengalaman dan prestasi masa lalu yang menentukan, tetapi juga kesiapan mental, kemampuan adaptasi, dan permainan kolektif yang matang. Sementara Mythic SEAL melaju ke playoff dengan penuh percaya diri, SRG harus segera membenahi kelemahan mereka jika ingin bangkit di Lower Bracket dan menjaga peluang untuk mempertahankan gelar. Pertanyaannya kini, mampukah SRG menjawab tekanan ini dengan kebangkitan nyata?