Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Beli Upin & Ipin Universe

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)
cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Upin & Ipin Universe keluar sejak 17 Juli 2025 di berbagai platform. Namun, game ini ternyata kurang diterima di kalangan publik. Apalagi, setelah serbuan komentar negatif yang membuat ulasannya di Steam campur aduk (mixed) per 28 Juli 2025.

Menurut data SteamDB, all-time peak di Steam selama 11 hari sejak perilisan hanya 141 pemain. Grafik concurrent player-nya dalam rentang waktu yang sama cenderung melandai. Ini menegaskan popularitasnya yang tidak begitu oke, mengingat harga dan kualitasnya yang dianggap tidak sebanding.

Sampai titik ini, masih tertarik mencoba gamenya? Sebelum benar-benar membeli Upin & Ipin Universe, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Apa saja hal yang perlu diperhatikan sebelum beli Upin & Ipin Universe?

1. Menjaga ekspektasi akan kualitas Upin & Ipin Universe sebagai open-world adventure game

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)
cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Upin & Ipin Universe mendaku sebagai open-world adventure game. Ia berusaha menawarkan dunia yang luas dengan petualangan yang tampaknya menarik. Namun, kualitasnya begitu rilis rupanya tidak semewah penawarannya. G.N. Putra dalam ulasannya di IDN Times berjudul “[REVIEW] Upin & Ipin Universe—Game Mahal dengan Kualitas Tak Sebanding” bahkan memberinya nilai 2/5.

Kualitas game menjadi salah satu sorotan sejak perilisannya. Grafiknya terasa istimewa karena kabarnya dikembangkan menggunakan Unreal Engine 5, tetapi sejumlah detail malah terabaikan. Misalnya, visual Upin dan Ipin, bocah kembar yang menjadi karakter utama, tidak sama dengan animasinya. Ini ditambah visual glitch pada beberapa bagian, termasuk karakter-karakter pendukung seperti Kak Ros yang matanya juling.

Gameplay-nya juga terbilang repetitif meski cukup variatif. Pada titik tertentu, pemain Upin & Ipin Universe mengaku jenuh setelah mengerjakan hal-hal yang itu-itu lagi. Ini diperparah dengan kehadiran kekutu (bug) yang sangat mengganggu. Karakter game, misalnya, bisa terantuk di antara bebatuan sehingga jalannya permainan terpaksa berhenti di situ.

Maka dari itu, kamu yang ingin membeli gamenya perlu menjaga ekspektasi. Janganlah berharap banyak kepadanya. Sebab, ia tidak menawarkan kemewahan sesuai dengan potensinya.

2. Mempertimbangkan harga yang kerap dikeluhkan pemain karena kualitasnya yang tidak sebanding

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)
cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Harga game yang tinggi umumnya bisa dimaklumi karena kualitasnya yang tinggi juga. Namun, dengan harga 500–600 ribuan, Upin & Ipin Universe justru mendapat kecaman. Ini disebabkan harganya yang dianggap tidak sebanding dengan kualitasnya.

Upin & Ipin Universe dijual seharga 654.452 rupiah di Steam dan Epic Games Store. Harga itu tidak berbeda jauh dengan harga di Nintendo Switch yang mencapai 39,99 dolar Amerika Serikat (sekitar 653.564 rupiah per 28 Juli 2025). Gamenya memang lebih murah dengan harga 579.000 ribu di PlayStation Store untuk PlayStation 4/5, tetapi masih terlalu tinggi dibandingkan game di genre serupa.

Dengan harga yang lebih murah, kamu, misalnya, bisa membeli Shin chan: Me and the Professor on Summer Vacation the Endless Seven-Day Journey (2022) seharga 499.999 rupiah di Steam. Ulasannya tentu jauh lebih baik karena kualitasnya sudah diakui. Di Steam, game Shin-chan ini mendapat respons sangat positif (very positive) dari para pemainnya–dengan respons terakhir sebagian besar sama (mostly positive).

Dengan harga sedikit lebih tinggi (659.868 rupiah), kamu bahkan bisa mendapatkan Shin chan: Me and the Professor on Summer Vacation the Endless Seven-Day Journey dan Shin chan: Shiro and the Coal Town (2024) sekaligus lewat opsi pembelian bundel di Steam. Seri terakhir itu sendiri dijual seharga 499.999 rupiah dalam opsi nonpaket. Ini masih lebih murah dari Upin & Ipin Universe. Padahal, respons pemainnya secara keseluruhan lebih dari positif (overwhelmingly positive).

3. Untuk content creator dan live streamer, hati-hatilah dengan hak cipta

cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)
cuplikan Upin & Ipin Universe (dok. Streamline Studios/Upin & Ipin Universe)

Kamu seorang content creator atau live streamer dan hidup dari sana? Cobalah berhati-hati jika ingin membuat konten atau live stream bermain Upin & Ipin Universe di YouTube. Sebab, soundtrack-nya bisa mengantarkanmu kepada persoalan hak cipta. Video-video yang memuat game ini ternyata terkendala copyright yang berdampak kepada monetization–kemampuan konten dalam menghasilkan pendapatan untukmu.

Les’ Copaque, rumah produksi yang melahirkan Upin & Upin, juga telah menegaskan persoalan ini melalui YouTube. Mereka mengaku, soundtrack dalam game memang ada hak ciptanya. Ini karena Les’ Copaque punya penerbit musik sendiri yang otomatis akan mengeklaim monetization dari soundtrack. Untuk sementara, mereka menyarankan content creator dan live streamer mengecilkan suara game, bahkan mematikannya saat membuat konten atau melakukan siaran langsung.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum beli Upin & Ipin Universe. Apalagi, kalau kamu ingin membuat konten dan melakukan siaran langsung. Harganya dinilai terlalu tinggi untuk game yang kualitasnya tidak mencapai potensinya, sementara upaya monetisasi malah tidak bisa lepas dari persoalan hak cipta. Jangan sampai pengalaman bermain dan mempromosikan game ini menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan karena luput memperhatikan tiga hal tadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us