[REVIEW] The Alters–Survival Game Hasil Imajinasi yang Menarik

- Cerita The Alters menggugah dengan konsep klona yang mendalam
- Gameplay sederhana namun emosional, menuntut pemikiran kritis dan strategi
- Grafik suram yang menawan, didukung oleh desain audio yang mengesankan
The Alters (2025) hadir dengan pendekatan yang tidak biasa di antara deretan game dengan tema survival dan sci-fi selama ini. Permainannya bukan hanya soal bertahan hidup di planet asing, melainkan juga tentang bertahan dari diri sendiri–lebih tepatnya dari versi-versi lain sang karakter utama. Ia membutuhkan strategi dan refleksi akan siapa kita berikut pilihan-pilihan kecil yang ikut membentuk hidup di sekitar.
Dikembangkan 11 Bit Studios, kreator This War of Mine (2014) dan Frostpunk (2018), The Alters menantang pemain dengan konsep yang kuat dan emosi yang intens. Kita bukan hanya perlu menyelamatkan tubuh, melainkan juga jiwa. Dengan lima elemen penilaian (cerita, konsep permainan, visual, audio, dan penyutradaraan), coba kita lihat saja bagaimana game ini mampu menggugah dan memikat penikmatnya lewat reviewThe Alters berikut.
1. Ceritanya mind-blowing karena melibatkan klona

Cerita The Alters berfokus kepada Jan Dolski, seorang teknisi biasa yang terdampar sendirian di planet asing berbahaya. Dalam keterasingan dan keputusasaan, dia menciptakan Alters, versi dirinya yang hadir dengan pilihan hidup berbeda. Pada kehidupan sebenarnya, mereka biasa disebut klona.
Tiap Alters membawa cerminan dari kemungkinan yang tidak karakter utama jalani, yang sekaligus menjadi eksplorasi mendalam tentang identitas, penyesalan, dan harapan yang bercabang. Narasinya terasa istimewa mengingat bagaimana tiap interaksi dengan Alters mampu membuka lapisan-lapisan emosi manusia yang kompleks. Dialognya juga kuat. Ia ditulis dengan nuansa realistis yang terkadang menyakitkan. Kita dihadapkan kepada dilema moral yang berat antara mengandalkan Alters demi bertahan hidup atau menjaga batas antara diri dan bayangan kematian sendirian.
2. Gameplay memang sederhana, tetapi emosional

Gameplay game yang rilis di berbagai platform, termasuk Xbox Series X/S, ini memadukan elemen manajemen sumber daya, eksplorasi, dan simulasi karakter secara mendalam. Kita harus merancang strategi dalam membagi tugas antara Alters dengan keahlian unik sekaligus menjaga keseimbangan psikologis mereka. Kegagalan membaca situasi atau konflik antar-Alters bisa berujung kepada kekacauan operasional. Bisa juga pemberontakan yang membuat game berakhir prematur.
Gameplay terasa menantang dengan sistem progresi yang mendorong pemain untuk berpikir kritis. Meski ritmenya cenderung lambat pada awal cerita, kompleksitasnya bertambah seiring perkembangan dan jumlah Alters yang diciptakan. Beberapa momen bisa terasa repetitif, tetapi keterlibatan emosional terhadap Alters membuat tiap keputusan di dalamnya terasa signifikan.
3. Grafik bergaya suram yang cukup menawan

Dari segi visual, The Alters tampil dengan gaya yang suram, tetapi menawan. Lingkungan planet digambarkan penuh debu, redup, dan bahaya. Visualnya telah menciptakan atmosfer isolasi yang mendalam. Efek pencahayaan yang dinamis kemudian hadir untuk memberikan kesan dramatis yang mendukung narasi kelam dalam game ini.
Desain karakter dan animasi mimik wajah cukup ekspresif, meskipun masih terasa sedikit kaku pada beberapa momen. Untungnya, itu tertutupi perhatian akan detail pada interior pangkalan, perangkat berteknologi canggih, dan ekspresi emosional karakter. User interface-nya juga bersih dan intuitif, mendukung suasana tanpa mengganggu fokus permainan.
4. Suara-suara dalam game terdengar mengesankan

Sound design dalam game yang dirilis pada 13 Juni 2025 ini terdengar mengesankan. Suara mesin yang berdengung halus, langkah kaki di lorong sempit, hingga keheningan luar angkasa mampu menjadi instrumen pencipta atmosfer yang efektif. Semua elemen audio membangun kesendirian, keterasingan, dan tekanan psikologis dengan kuat.
Musik latar juga hadir tidak untuk mendominasi. Ia justru muncul untuk menyelimuti. Musiknya sebagian besar terasa minimalis, melankolis, dan menyayat. Ini berpadu dengan voice acting yang juga patut dipuji. Tiap Alters memiliki suara yang mirip, tetapi dengan nada yang berbeda, yang sekaligus memberikan kedalaman karakter yang terasa nyata. Perpaduan mereka membuat pengalaman bermain terasa sinematik dan emosional.
5. Elemen-elemen yang ada membangun pengalaman bermain yang sinematik

The Alters agaknya digarap dengan visi yang matang dari segi penyutradaraan. Transisi cutscene dan gameplay terasa halus dengan pacing yang terkontrol. Tiap momen penting diberi penekanan yang tepat, baik melalui bingkai visual, ekspresi karakter, maupun musik pengiring.
Hal paling menonjol bisa dilihat dari bagaimana game hadir untuk tidak menggurui, tetapi membiarkan pemain merenung dan merasakan sendiri. Pemilihan arah narasi bukan hanya membentuk cerita, melainkan juga menciptakan ikatan emosional antara pemain dan para Alters. Ini wujud storytelling hasil imajinasi yang baik yang menemukan keseimbangan antara permainan dan perasaan.
The Alters bukan game biasa. Ia adalah meditasi digital tentang siapa diri kita dan opsi-opsi yang sempat kita abaikan, yang kemudian membentuk diri kita yang lain, dalam situasi yang penuh tekanan, keputusasaan, dan pilihan yang tidak bisa ditarik kembali. Ini game yang menghibur sekaligus mengajak berpikir dan merasakan lebih dalam tentang kehidupan. Dengan cerita yang kuat, gameplay yang cukup menantang, desain audio visual yang mendalam, dan arahan yang cerdas, The Alters menyajikan pengalaman bermain yang baik tahun ini. Ia pun layak atas nilai 4/5. Jika mencari lebih dari aksi dan ingin merenung di antara tiap keputusan yang kita ambil, The Alters bisa menjadi bagian dari perjalanan bermain game kita.