Australia dan Industri Teknologi RI Belajar Bangun Ketahanan Nasional

- Masyarakat Telekomunikasi (MASTEL) dan Pemerintah Victoria gelar simposium dan menandatangani nota kesepahaman.
- Ketua MASTEL, Sarwoto Atmosutarno, menyebut kerja sama ini penting untuk membangun ketahanan nasional Indonesia.
- Nota kesepahaman ini mewakili janji bersama untuk mendorong inovasi, pertukaran pengetahuan lintas batas, dan pengembangan tenaga kerja digital kelas dunia.
Dalam rangka memperkuat kolaborasi internasional untuk memperkuat ketahanan digital Indonesia melalui pengembangan teknologi artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan), penguatan keamanan siber dan tata kelola privasi data yang berkelanjutan, Masyarakat Telematika (MASTEL) dan Victoria Government gelar simposium dan menandatangi nota kesapahaman.
Pertemuan ini mengumpulkan para pemimpin dan visioner dari pemerintah, akademis hingga sektor swasta, untuk meningkatkan ketahanan digital Indonesia, yang diadakan dalam acara Symposium & MoU Signing dengan tema "Building a Resillient Digital Indonesia: Integrating AI, Cybersecurity and Privacy" di Jakarta, pada Kamis (26/05/2025).
Membangun ketahanan nasional

Ketua MASTEL, Sarwoto Atmosutarno menyebut bahwa kerja sama ini menjadi kesempatan yang bagus karena pemerintah Australia, khususnya Victoria, memiliki beberapa fokus, termasuk soal digital.
"Mereka kan juga lagi membangun kekuatan digitalisasinya itu untuk bisa ditularkan yang lain melalui penelitian dan inovasi. Ini penting karena khusus, sesuai topik, seperti cybersecurity, AI, itu kan larinya keketahanan nasional," kata Sarwoto.
Victoria tengah melakukan cross-border dengan topik yang sama untuk wilayah Asia Tenggara. Meski tidak akan pernah ada formula untuk permasalahan-permasalahan di atas, setidaknya mereka bisa menemukan manfaat untuk ketahanan nasional.
Sebuah keharusan yang harus dilakukan
Hasil akhir dari pertemuan ini adalah berupa berbagi pengetahuan dan pengalaman yang selanjutnya bisa diadopsi oleh perusahaan, berupa literasi sampai kepada kebijakan.
"Ini memang agak abstrak tapi harus dilakukan. Kalau enggak, hidupnya sendiri-sendiri tuh. Nah, kita berinisiatif untuk memulai dengan cara yang lebih akademis," lanjut Sarwoto.
Ini adalah keharusan untuk infrastruktur digital yang kuat, ekosistem yang aman, dan pengembangan talenta yang visioner. Perkembangan teknologi yang cepat, ditambah dengan tren dan peluang baru di bidang digital, menuntut pendekatan kolaboratif dan strategis.
Nota kesepahaman ini tidak hanya mewakili kerja sama institusional, tetapi juga janji bersama untuk mendorong inovasi, pertukaran pengetahuan lintas batas, dan pengembangan tenaga kerja digital kelas dunia.
Belajar menghalau serangan

Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Ismail mengatakan bahwa konektivitas mengubah setiap aspek kehidupan, cara bekerja, belajar, berkomunikasi dan berbisnis. Namun seiring dengan perluasan konektivitas, ancaman pun semakin meningkat.
"Tema hari ini adalah tentang membangun kepercayaan digital dalam kecerdasan buatan, keamanan siber, dan privasi untuk negara yang tangguh, menangkap momen krusial dalam era digital," imbuhnya.
Keamanan siber adalah isu global, yang semakin kompleks karena serangan yang semakin canggih dari berbagai pihak. Kejahatan siber menelan biaya USD10,5 triliun per tahun secara global, menurut laporan World Economy Forum.
"Inilah mengapa kita membahas ketahanan siber. Kemampuan untuk pulih dan belajar dari serangan untuk mencegahnya terjadi lagi. Dan keamanan siber benar-benar menjadi keharusan saat ini untuk menghadapi lingkungan yang sangat menantang," Ismail mengatakan.