Berapa Waktu Ideal Mendaki Gunung? Ini Penjelasannya!

- Batasi waktu mendaki sekitar 6—8 jam per hari, termasuk istirahat dan makan
- Sisipkan istirahat setiap 1—2 jam sekali untuk pulihkan tubuh dan jaga stamina
- Dengarkan sinyal tubuh, perhitungkan ketinggian, dan tingkat kesulitan jalur saat mendaki
Mendaki gunung merupakan aktivitas fisik yang sangat menantang, karena memerlukan fokus, stamina, dan kesiapan mental yang tidak mudah. Namun, jika hal ini dilakukan terlalu lama tanpa jeda atau bahkan melebihi kemampuan tubuh, maka pendaki justru berpotensi mengalami kelelahan ekstrem, dehidrasi, hingga cedera.
Tidak heran apabila penting bagi para pendaki untuk mengetahui durasi mendaki yang ideal agar kondisi tubuh tetap bugar dan dapat melanjutkan perjalanan dengan aman. Oleh sebab itu, perhatikan penjelasan berikut ini untuk mengetahui berapa waktu ideal mendaki gunung agar tubuh tidak sampai drop.
1. Batasi waktu mendaki sekitar 6—8 jam per hari

Durasi ideal untuk mendaki dalam sehari pada umumnya berkisar antara 6—8 jam, tetapi tergantung pada cuaca, kondisi medan, hingga kemampuan fisik dari masing-masing pendaki. Waktu ini sudah termasuk ke dalam jeda istirahat, makan, hingga peregangan ringan agar nantinya tubuh tidak sampai merasa diforsir.
Jika pendakian tersebut dilakukan lebih dari 8 jam tanpa adanya perencanaan yang matang, maka akan sangat rentan mengalami kram otot, kelelahan, hingga penurunan konsentrasi. Penting untuk selalu membuat jadwal harian yang realistis agar bisa memberikan ruang bagi tubuh untuk beradaptasi secara lebih bertahap.
2. Sisipkan istirahat setiap 1—2 jam sekali

Meski medan belum terlalu berat, tapi tubuh tetap memerlukan waktu untuk bisa pulih setelah terus berjalan selama periode tertentu. Sangat disarankan untuk mengambil waktu istirahat sekitar 5—10 menit setiap 1—2 jam berjalan agar nantinya detak jantung terasa lebih stabil dan otot pun tidak sampai terlalu tegang.
Selama jeda istirahat tersebut, maka pendaki bisa mengatur nafas, minum air, atau mengonsumsi camilan ringan yang mengandung tinggi karbohidrat agar bisa mengisi tenaga. Dengan istirahat yang lebih terjadwal, maka stamina pun dapat terjaga dengan baik dan pendakian akan terasa lebih nyaman tanpa beban.
3. Dengarkan sinyal tubuh ketika mendaki

Setiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda, sehingga penting untuk selalu peka terhadap setiap sinyal tubuh, seperti gemetar, mual, pusing, atau napas yang mulai tersengal. Apabila tubuh sudah mulai menunjukkan gejala-gejala tertentu, maka sebaiknya segera menepi untuk beristirahat dan jangan sampai memaksakan diri untuk melanjutkan pendakian.
Berhenti sejenak dan memberikan tubuh waktu untuk kulit ternyata bisa menjadi opsi agar menghindari potensi yang lebih serius, seperti dehidrasi berat atau bahkan hipotermia. Mendaki dengan memperhatikan kondisi tubuh setidaknya dapat membantu perjalanan untuk terasa lebih aman dan meningkatkan pengalaman mendaki yang lebih baik.
4. Perhitungkan ketinggian dan tingkat kesulitan jalur

Jalur pendakian yang menanjak curam atau berada di ketinggian ekstrem tentu memerlukan energi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan mendaki di jalur yang landai. Tidak heran apabila durasi mendaki tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik, medan, dan juga ketinggian tempat agar tubuh pun tidak sampai mudah drop.
Pada ketinggian di atas 2.500 meter di atas permukaan laut, umumnya tubuh memerlukan waktu untuk beradaptasi dikarenakan tekanan oksigen yang lebih rendah. Setidaknya dengan memperlambat ritme pendakian dan juga memberikan waktu aklimatisasi, maka nantinya bisa menghindari altitude sickness yang dapat membahayakan keselamatan diri.
Durasi mendaki yang ideal memang bukan hanya seberapa cepat kamu bisa mencapai puncak, namun juga bagaimana cara mengelola tenaga dan kesehatan selama pendakian berlangsung. Dengan membatasi waktu pendakian dan juga beristirahat dengan rutin, maka bisa meminimalisir risiko tubuh mengalami drop ketika mendaki. Selalu utamakan keselamatan dan kebugaran agar pengalaman mendakimu jadi lebih berkesan!