Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi isi bensin di SPBU (pexels.com/Engin Akyurt)
ilustrasi isi bensin di SPBU (pexels.com/Engin Akyurt)

Intinya sih...

  • Etanol meningkatkan oktan dan pembakaran bersih

  • Risiko korosi dan kerusakan komponen bahan bakar

  • Konsumsi lebih boros dan performa menurun

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pasokan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia belakangan menjadi sorotan setelah beberapa SPBU swasta, seperti Vivo dan BP-AKR, dikabarkan enggan membeli base fuel dari Pertamina. Alasannya, yaitu karena bahan bakar dasar yang ditawarkan Pertamina disebut mengandung etanol sekitar 3,5 persen.

Etanol sendiri berasal dari sumber biomassa seperti tebu, singkong, atau jagung. Karena sifatnya yang terbarukan, etanol lebih ramah lingkungan dibanding bensin murni berbasis minyak bumi. Namun, etanol juga membawa sejumlah tantangan bagi mesin kendaraan. Efeknya bisa berbeda tergantung kadar campuran, teknologi mesin, serta kebiasaan perawatan yang dilakukan oleh pemilik kendaraan.

1. Etanol bisa meningkatkan oktan dan pembakaran lebih bersih

ilustrasi isi bensin (pexels.com/Erik Mclean)

Salah satu efek positif utama dari pencampuran etanol dalam bahan bakar adalah peningkatan angka oktan. Etanol memiliki oktan tinggi sehingga bisa membantu mesin mengurangi risiko knocking atau ngelitik, terutama pada mesin berkompresi tinggi. Dengan pembakaran yang lebih sempurna, emisi gas buang juga bisa lebih rendah. Hal ini membuat kendaraan yang menggunakan bensin bercampur etanol menghasilkan udara yang lebih bersih, sesuai tujuan kebijakan energi ramah lingkungan.

2. Risiko korosi dan kerusakan komponen bahan bakar

ilustrasi tangki bensin pada mobil (pexels.com/RDNE Stock project)

Meski membawa keuntungan, etanol juga memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap air. Air yang tercampur dalam sistem bahan bakar dapat menyebabkan karat pada tangki, pipa, maupun injektor. Pada kendaraan lama yang belum dirancang untuk bahan bakar campuran etanol, risiko kerusakan komponen seperti seal karet, gasket, atau pipa plastik bisa meningkat. Itulah sebabnya di beberapa negara, bahan bakar dengan kadar etanol tinggi hanya diperuntukkan bagi kendaraan flex-fuel yang memang kompatibel secara desain.

3. Konsumsi lebih boros dan performa menurun

ilustrasi mobil mogok (pexels.com/Alex P)

Etanol memiliki kandungan energi lebih rendah dibanding bensin murni. Akibatnya, ketika etanol dicampurkan dalam jumlah besar, konsumsi bahan bakar bisa terasa lebih boros karena mesin perlu membakar lebih banyak untuk menghasilkan tenaga setara. Beberapa pengguna kendaraan di negara yang sudah mengadopsi E20 atau E85 melaporkan bahwa jarak tempuh per liter bahan bakar menjadi lebih pendek. Pada mesin yang tidak disiapkan untuk etanol tinggi, performa juga bisa menurun, terutama saat akselerasi atau beban berat.

So, secara keseluruhan, etanol dalam bahan bakar bisa membawa dampak positif maupun negatif. Pada kadar rendah seperti E5 atau E10, umumnya mesin modern masih bisa menyesuaikan tanpa masalah berarti. Namun, pada kadar lebih tinggi seperti E20 hingga E85, dibutuhkan kendaraan dengan teknologi khusus agar performa tetap optimal dan risiko kerusakan bisa dihindari.

Bagi Indonesia, tantangannya bukan hanya soal kesiapan teknis mesin, tetapi juga edukasi kepada konsumen agar memahami cara merawat kendaraan ketika menggunakan bahan bakar campuran etanol.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team