Benarkah Mobil Listrik Lebih Berpolusi Dibandingkan Mobil Hybrid?

- Produksi baterai mobil listrik masih bergantung pada barang tambang
- Tren energi bersih meningkat
- EV dianggap lebih efisien dari segi energi
Chairman Toyota, Akio Toyoda, sempat membuat heboh dunia otomotif. Dalam sebuah wawancara dengan Automotive News pada April lalu, Akio mengatakan kalau sembilan juta mobil listrik (EV) memiliki dampak emisi yang sama dengan 27 juta mobil hybrid. Artinya, menurut dia, polusi yang dihasilan satu EV setara dengan tiga mobil hybrid.
Pernyataan ini sontak menuai banyak tanggapan. Namun Akio memiliki alasannya sendiri. Ia mengatakan, di Jepang, di mana listrik masih banyak dihasilkan dari pembangkit berbahan bakar fosil, memproduksi EV justru bisa menambah emisi karbon dibandingkan memproduksi mobil hybrid. Itu sebabnya, Akio menegaskan pentingnya strategi multi-jalur untuk menurunkan emisi, yakni dengan tetap memproduksi beragam jenis mesin, seperti mesin bensin yang efisien, mesin hybrid, hidrogen, dan tentu saja EV.
1. Produksi baterai mobil listrik masih bergantung pada barang tambang

EV memang menghasilkan lebih banyak emisi saat diproduksi, terutama karena proses pembuatan baterainya yang intensif dan bergantung pada bahan tambang, seperti lithium, kobalt, dan nikel. Penelitian menunjukkan bahwa mobil bensin atau hybrid menghasilkan 6–9 ton CO2 saat dibuat, sedangkan EV bisa mencapai 11–14 ton CO2.
Tapi, begitu EV mulai digunakan, emisinya mulai menurun, karena tidak menghasilkan emisi saat dikendarai. Sebaliknya, mobil bensin dan hybrid justru menambah emisi seiring waktu. .Penelitian dari Argonne National Lab, seperti dikutip dari Insideevs, menunjukkan bahwa EV butuh sekitar 19.500 km untuk menutup emisi produksinya. Ada juga studi dari jurnal Nature yang menyebut angkanya sekitar 28.000 km. Angka itu tergolong cepat mengingat rata-rata kendaraan bisa bertahan lebih dari 150.000 km.
2. Tren energi bersih meningkat

Toyoda menyebut EV bisa lebih kotor jika listrik yang dipakai berasal dari batu bara, dan ini valid dalam konteks tertentu. Tapi secara global, tren energi bersih sedang meningkat. Di Amerika Serikat saja, 43 persen pasokan listrik pada akhir 2024 berasal dari sumber terbarukan. Negara seperti California bahkan menghasilkan energi dari surya dan angin dalam jumlah besar.
Memang, EV yang dikendarai di daerah seperti West Virginia yang masih bergantung pada batu bara, bisa lebih “kotor” dibanding hybrid di kota lain. Tapi perbandingan itu hanya berlaku dalam skenario ekstrem. Misalnya, Chevy Silverado EV 8.500 pon vs Toyota Prius ringan dengan kecepatan rendah.
Namun secara rata-rata, EV tetap lebih bersih dibanding hybrid, bahkan di negara bagian dengan listrik kotor. Di West Virginia sekalipun, Tesla Model Y menghasilkan 149 gram CO2/km, sedangkan Prius Plug-In Hybrid menghasilkan 177 gram.
3. EV dianggap lebih efisien dari segi energi

Selain soal emisi, EV juga unggul dari sisi efisiensi. Mobil berbahan bakar bensin hanya mengubah sekitar 20–40 persen energi dari bahan bakar menjadi tenaga ke roda. Sisanya hilang sebagai panas. EV? Mereka bisa mengubah 90 persen energi listrik menjadi gerak. Artinya, lebih sedikit energi terbuang, dan lebih sedikit bahan bakar (atau listrik) yang dibutuhkan untuk jarak yang sama.
Bahkan ketika produksi awal EV menghasilkan lebih banyak emisi, keunggulan efisiensinya membuat EV menyalip hybrid dan mobil bensin dalam waktu 1,3 hingga 2,4 tahun penggunaan, tergantung pada jenis kendaraan dan gaya berkendara. Jadi, bisa dibilang, EV memang tidak sempurna. Produksi baterainya menyimpan jejak karbon besar dan sumber listrik yang digunakan juga bisa memengaruhi emisinya. Tapi dari banyak riset global, termasuk dari IOP Science, MIT, dan EPA, bisa disimpulkan bahwa EV adalah pilihan paling bersih dalam jangka panjang.
Hybrid seperti Toyota Prius tetap jadi pilihan bagus, terutama untuk mereka yang belum siap sepenuhnya beralih ke listrik. Plug-in hybrid (PHEV) pun efisien jika rutin diisi ulang. Tapi jika target kita adalah masa depan bebas emisi, EV adalah jalan paling menjanjikan, apalagi dengan kemajuan teknologi baterai dan proses daur ulang yang terus dikembangkan.