Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Tombol Digital Bisa Memecah Konsentrasi Pengemudi?

ilustrasi headunit mobil (pexels.com/Viralyft)
ilustrasi headunit mobil (pexels.com/Viralyft)

Dalam beberapa tahun terakhir, mobil modern semakin dipenuhi dengan teknologi layar sentuh dan tombol digital. Desain interior dibuat lebih minimalis, tampak futuristik, dan menawarkan berbagai fungsi hanya dalam satu layar. Namun, di balik kesan mewah dan canggih tersebut, muncul kekhawatiran yang semakin sering disuarakan oleh pengemudi: apakah tombol digital justru mengganggu konsentrasi saat berkendara?

Pertanyaan ini bukan sekadar opini, tetapi mulai menjadi perhatian serius dalam dunia keselamatan lalu lintas. Banyak ahli menyebutkan bahwa interaksi dengan layar digital saat mengemudi bisa sama berbahayanya dengan menggunakan ponsel.

1. Layar digital menuntut perhatian visual lebih besar

ilustrasi headunit mobil (pexels.com/Erik Mclean)
ilustrasi headunit mobil (pexels.com/Erik Mclean)

Berbeda dengan tombol fisik yang bisa dioperasikan berdasarkan memori otot dan perasaan jari, tombol digital dalam bentuk layar sentuh mengharuskan pengemudi melihat ke arah layar. Untuk sekadar menurunkan suhu AC atau mengganti stasiun radio, pengemudi perlu menatap menu di layar, menyentuh ikon yang tepat, dan sering kali harus masuk ke beberapa lapisan menu. Proses ini bisa memakan waktu 3 hingga 5 detik, cukup lama untuk membuat mobil melaju beberapa puluh meter tanpa pengawasan penuh.

Penelitian yang dilakukan oleh lembaga keselamatan jalan raya di Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa penggunaan sistem infotainment berbasis layar dapat meningkatkan risiko kecelakaan karena pengalihan fokus visual dan mental. Dalam dunia mengemudi, kehilangan perhatian selama satu atau dua detik saja bisa berarti perbedaan antara selamat atau celaka.

2. Minimnya umpan balik sentuhan membuat pengoperasian tidak instan

headunit mobil (pexels.com/M&W Studios)
headunit mobil (pexels.com/M&W Studios)

Tombol fisik memiliki satu keunggulan besar: umpan balik taktil. Ketika pengemudi menekan tombol AC atau memutar knob volume, ia bisa merasakan pergerakan dan tahu bahwa perintah telah dieksekusi tanpa harus melihat. Sebaliknya, layar sentuh tidak memberikan sensasi tersebut. Beberapa bahkan tidak merespons sentuhan pertama atau justru salah sentuh karena layar terlalu kecil atau posisi ikon terlalu rapat.

Akibatnya, banyak pengemudi akhirnya melakukan koreksi atau mengulang sentuhan, yang makin memperlama waktu interaksi dan makin besar pula gangguan konsentrasi terhadap jalan. Kondisi ini diperparah jika pengemudi melewati jalan yang tidak rata, di mana getaran membuat akurasi sentuhan menurun drastis.

3. Tidak semua pengemudi siap dengan digitalisasi penuh

ilustrasi dashboard pada mobil (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi dashboard pada mobil (pexels.com/cottonbro studio)

Digitalisasi interior mobil memang sesuai dengan selera pasar modern, namun tidak semua pengemudi mampu menyesuaikan diri dengan cepat. Pengemudi yang lebih tua, misalnya, sering merasa canggung dengan layar sentuh dan lebih nyaman dengan tombol konvensional. Bahkan pengemudi muda pun tak jarang merasa frustasi jika fitur penting mobil seperti defogger, pengatur AC, atau lampu hazard disembunyikan dalam menu digital.

Alih-alih membantu, tombol digital yang terlalu banyak justru membebani beban kognitif pengemudi. Saat pengemudi harus berpikir dua kali untuk menyalakan lampu kabin atau membuka kaca, konsentrasi terhadap lingkungan sekitar pun terganggu.

Jadi, dari semua fakta di atas, jelas bahwa tombol digital memang berpotensi memecah konsentrasi pengemudi, terutama bila tidak dirancang secara ergonomis dan intuitif. Meski teknologi ini menawarkan tampilan modern dan serba praktis, keselamatan tetap harus menjadi prioritas utama. Banyak pihak kini mendorong produsen otomotif untuk menggabungkan tombol digital dan fisik secara seimbang, agar pengemudi bisa tetap fokus tanpa harus memilih antara gaya dan keamanan. Karena sejatinya, teknologi terbaik adalah yang mampu membantu tanpa mengganggu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us