Di Tengah Tekanan, BYD Catat Pertumbuhan Laba Paruh Pertama 2025

Produsen otomotif asal China, BYD Company Limited, membukukan pertumbuhan laba dan pendapatan yang solid pada paruh pertama (H1) 2025. Capaian ini semakin mengukuhkan posisi BYD sebagai salah satu pemain dominan di industri mobil listrik global yang tengah menghadapi tekanan persaingan ketat.
Perusahaan yang bermarkas di Shenzhen itu melaporkan pendapatan sebesar 371,28 miliar yuan (1 yuan = Rp2.291) pada H1 2025, meningkat 23,3 persen secara tahunan (yoy). Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham mencapai 15,51 miliar yuan, naik 13,79 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Angka ini menunjukkan meskipun terjadi perlambatan ekonomi global, BYD tetap berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan berkat diversifikasi produk dan penetrasi pasar internasional.
1. Sektor otomotif jadi tulang punggung BYD

Seperti tahun-tahun sebelumnya, sektor otomotif—termasuk kendaraan listrik dan produk terkait—masih menjadi pendorong utama kinerja BYD. Penjualan kendaraan energi baru (NEV) mencapai 2.145.954 unit sepanjang H1 2025, tumbuh 33,04 persen yoy.
Angka tersebut sekaligus menegaskan dominasi BYD di pasar domestik Tiongkok, di mana mereka menguasai lebih dari 35 persen pangsa pasar EV.
Sebaliknya, pendapatan dari sektor non-otomotif, seperti komponen genggam dan jasa perakitan, mengalami penurunan. Namun, dampak tersebut relatif kecil terhadap keseluruhan kinerja, mengingat lini otomotif memberikan kontribusi terbesar terhadap laba perusahaan.
2. Investasi besar pada litbang untuk inovasi

BYD meningkatkan anggaran penelitian dan pengembangan (litbang) hingga 53,05 persen yoy, dengan total 30,88 miliar yuan pada H1 2025. Dana tersebut difokuskan untuk pengembangan teknologi baterai generasi baru, kendaraan listrik dengan jangkauan tempuh lebih panjang, serta model hibrida plug-in (PHEV).
Selain itu, perusahaan juga mempercepat riset terkait baterai semi-solid state yang digadang mampu meningkatkan keamanan dan densitas energi dibandingkan baterai lithium iron phosphate (LFP) yang saat ini mendominasi portofolio BYD. Langkah ini dianggap strategis untuk menghadapi kompetitor global seperti Tesla, Hyundai, dan Volkswagen yang juga gencar berinvestasi dalam teknologi baterai.
3. Ekspansi global semakin agresif

Di luar negeri, BYD terus memperluas jangkauannya. Pada 2025, BYD mencatat tonggak penting dengan ekspor perdana mobil listrik Dolphin dari pabrik Thailand ke Eropa, termasuk Jerman, Belgia, dan Inggris. Hal ini menjadikan Thailand sebagai pusat produksi penting untuk pasar global, sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekspor dari Tiongkok yang dikenai tarif tambahan oleh Uni Eropa.
Selain Eropa, BYD juga memperkuat penetrasi pasar di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Strategi ini sejalan dengan tren permintaan global terhadap mobil listrik yang terus meningkat, sekalipun ada hambatan berupa tarif proteksionis di beberapa negara.
Secara keseluruhan, H1 2025 menjadi periode positif bagi BYD dengan pertumbuhan pendapatan, laba, dan volume penjualan yang signifikan. Fokus perusahaan pada inovasi baterai, ekspansi internasional, dan peningkatan kapasitas produksi membuat BYD tetap berada di garis depan dalam perlombaan kendaraan energi baru. Meski tantangan global semakin kompleks, BYD tampaknya siap memanfaatkan momentum transisi energi untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar EV dunia.