Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BYD Geser Tesla Jadi Jawara Pasar Mobil Listrik Eropa

logo Tesla
logo Tesla (unsplash.com/Milan Csizmadia)
Intinya sih...
  • Pasar kendaraan listrik Eropa terus bertumbuh, dengan penjualan mobil listrik murni mencapai 1,011 juta unit dan hybrid mencapai 2,255 juta unit.
  • Dukungan pemerintah Inggris untuk kendaraan listrik melalui kebijakan subsidi bagi produsen mobil seperti Ford, dengan tujuan meringankan beban masyarakat.
  • Tesla menghadapi tantangan berat di Eropa akibat penurunan penjualan yang berkelanjutan, respons dingin terhadap model baru, dan dominasi produsen asal China seperti BYD.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Penjualan mobil Tesla di Eropa anjlok 40 persen pada Juli 2025 dibanding periode sama tahun lalu. Data Asosiasi Produsen Otomotif Eropa (ACEA) mencatat hanya 8.837 unit Tesla yang terjual di Uni Eropa (UE), Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), dan Inggris, turun dari 14.769 unit pada Juli 2024. Kondisi ini memperlihatkan posisi Tesla semakin terdesak di tengah persaingan ketat.

Di sisi lain, produsen mobil listrik (EV) asal Shenzhen, China, yaitu BYD, justru mencatat lonjakan besar. Pendaftaran mobil baru BYD di Eropa melonjak 225 persen menjadi 13.503 unit, jauh lebih tinggi dari 4.151 unit pada tahun sebelumnya. Menurut riset JATO Dynamics, BYD kini menguasai pangsa pasar 1,2 persen, melampaui Tesla yang hanya 0,8 persen.

1. Pasar kendaraan listrik eropa terus bertumbuh

ilustrasi logo BYD (unsplash.com/P.L.)
ilustrasi logo BYD (unsplash.com/P.L.)

Sepanjang tujuh bulan pertama 2025, ACEA mencatat ada 1,011 juta pendaftaran baru mobil listrik murni di UE, setara dengan 15,6 persen dari total pasar. Penjualan kendaraan hybrid bahkan lebih tinggi, mencapai 2,255 juta unit, terdorong pertumbuhan di Prancis sebesar 30,5 persen, Spanyol 30,2 persen, Jerman 10,7 persen, dan Italia 9,4 persen. Angka ini menunjukkan tren adopsi kendaraan ramah lingkungan semakin menguat.

Direktur Jenderal ACEA, Sigrid de Vries, menilai percepatan adopsi perlu langkah nyata.

“Untuk mempercepat adopsi, Eropa harus terus memperluas infrastruktur pengisian ulang publik, mengamankan harga pengisian ulang yang lebih rendah, dan memastikan skema insentif pembelian yang terkoordinasi dengan baik,” katanya, dikutip dari The Guardian.

Pernyataan ini menegaskan pentingnya dukungan kebijakan publik yang terarah agar pertumbuhan pasar tetap berkelanjutan.

ACEA juga mencatat bahwa penurunan Tesla bukan karena pasar yang melemah. Penjualan kendaraan listrik justru naik di bulan Juli, sementara BYD memperluas showroom dan meluncurkan model baru. Sebaliknya, jajaran mobil Tesla belakangan jarang mendapat pembaruan sehingga kalah bersaing.

2. Dukungan pemerintah Inggris untuk kendaraan listrik

ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Gustavo Fring)

Pemerintah Inggris pada Kamis (28/8/2025) mengumumkan kebijakan subsidi untuk kendaraan listrik. Ford menjadi produsen pertama yang menerima subsidi 3.750 pound sterling (setara Rp82,8 juta) bagi dua modelnya, Gen-E dan e-Tourneo Courier. Selain itu, 26 model lain juga bisa mendapatkan potongan 1.500 pound sterling (setara Rp33,1 juta) jika harganya tidak melebihi 37 ribu pound sterling (setara Rp817 juta), dengan diskon otomatis saat pembelian.

Menteri Transportasi, Heidi Alexander, mengatakan bahwa kebijakan ini bertujuan meringankan beban masyarakat.

“Kami mengembalikan uang ke kantong masyarakat dan membuatnya lebih mudah dan murah bagi keluarga untuk beralih ke kendaraan listrik, dengan memberikan diskon hingga 3.750 pound sterling untuk EV. Langkah-langkah kami mendorong persaingan di pasar EV Inggris, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung lapangan kerja serta keterampilan sebagai bagian dari rencana perubahan kami,” ujarnya.

Insentif tersebut diharapkan mempercepat peralihan konsumen Inggris ke mobil listrik.

Di sisi lain, data Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT) menunjukkan produksi mobil di Inggris pada Juli naik 5,6 persen. Kepala eksekutif SMMT, Mike Hawes, mengatakan bahwa kondisi industri masih penuh dinamika.

“Ini adalah waktu yang penuh gejolak di pasar, dengan kepercayaan konsumen yang lemah, arus perdagangan yang tidak stabil, dan investasi besar-besaran dalam teknologi baru sedang berlangsung di dalam dan luar negeri,” ujarnya.

3. Tantangan berat dan rencana Tesla ke depan

Tesla (unsplash.com/Tesla Fans Schweiz)
Tesla (unsplash.com/Tesla Fans Schweiz)

Tesla sudah tujuh bulan berturut-turut mengalami penurunan penjualan di Eropa. Persoalan reputasi, respons dingin terhadap model baru, dan dominasi produsen asal China semakin memperburuk kinerja perusahaan.

“Mereka berbicara tentang hampir segala hal kecuali mobil yang mereka jual dengan kecepatan lebih lambat sekarang karena pada dasarnya, usia kendaraan mereka jauh lebih tua dibandingkan dengan pesaing dan produk terbaru mereka belum sesukses yang diharapkan, terutama Cybertruck,” kata Thomas Bessen, kepala riset otomotif di Kepler Cheuvreux, kepada CNBC Squawk Box Europe pada Kamis (28/8/2025).

Menurut JATO Dynamics, merek asal China termasuk BYD berhasil merebut pangsa pasar 5 persen di Eropa pada paruh pertama 2025. Tesla berupaya membalikkan keadaan dengan mengembangkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau, dengan target produksi massal pada paruh kedua tahun ini. Langkah itu memunculkan harapan investor bahwa penjualan bisa kembali terdongkrak lewat model baru.

Namun, kesulitan Tesla makin berat akibat kontroversi yang menyeret Elon Musk. Keterlibatannya dengan pemerintahan Donald Trump, termasuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), memicu aksi protes di berbagai showroom Tesla. Bahkan, ada mobil Tesla yang dirusak hingga dilempar molotov saat demonstrasi berlangsung di luar restoran futuristik milik Musk di Hollywood.

Di sisi finansial, pendapatan penjualan mobil Tesla turun pada kuartal II-2025. Musk juga mengingatkan ancaman kondisi sulit.

“Perusahaan pembuat mobil ini bisa menghadapi beberapa kuartal yang sulit ke depan,” katanya, dikutip dari New York Post.

Pesan itu memperlihatkan bahwa Tesla tengah memasuki fase penuh tantangan, meski masih menaruh harapan pada rencana peluncuran produk baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us