Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Mobil Suzuki Jimny (auto.suzuki.co.id)

Intinya sih...

  • Impor mobil CBU ke Indonesia meningkat pesat pada Januari 2025, mencapai 7.923 unit
  • Suzuki menjadi pabrikan terbanyak dalam impor mobil ke Indonesia, diikuti oleh Toyota dan BYD
  • Tren impor kendaraan listrik dan model premium yang belum diproduksi lokal menandai perubahan preferensi konsumen

Pada awal tahun 2025, industri otomotif Indonesia mencatatkan perubahan signifikan dalam impor kendaraan secara utuh (completely built up/CBU). Total impor mobil CBU yang masuk ke Indonesia pada Januari 2025 mencapai 7.923 unit, meningkat pesat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 4.657 unit.

Peningkatan ini menunjukkan pentingnya peran impor dalam memenuhi kebutuhan pasar domestik, meskipun sebagian besar mobil yang beredar di Indonesia diproduksi secara lokal. Uniknya, peningkatan impor terjadi di tengah penurunan produksi kendaraan dalam negeri yang turun 12,6 persen pada Januari 2025, dengan hanya 92.792 unit yang diproduksi.

Penurunan produksi ini memberi ruang bagi produk impor untuk mengisi kekosongan yang ada di pasar. Nah, berikut 10 parbikan yang paling banyak mengimpor mobil ke Indonesia pada awal 2025.

1. Suzuki dan Toyota menguasai pasar impor

Ilustrasi Mobil Suzuki Jimny (auto.suzuki.co.id)

Posisi pertama dalam daftar pabrikan yang mengimpor mobil terbanyak pada Januari 2025 ditempati oleh Suzuki, dengan 2.573 unit. Angka ini didorong oleh permintaan tinggi terhadap model Suzuki Jimny yang diimpor dari India dan Jepang, baik dalam versi tiga pintu maupun lima pintu. Selain itu, model-model lain seperti Baleno dan S-Presso juga turut memberikan angka impor yang signifikan.

Di posisi kedua, Toyota mengimpor 1.993 unit mobil. Meskipun sebagian besar model Toyota diproduksi di Indonesia, pabrikan asal Jepang ini tetap aktif mengimpor model premium, seperti Alphard , Land Cruiser , Corolla Cross , dan Voxy , yang banyak diminati oleh konsumen kelas menengah atas. Model-model ini tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen yang mencari mobil dengan fitur lengkap dan performa tinggi.

2. Mobil listrik Tiongkok meningkatkan pangsa pasar

Ilustrasi mobil BYD DOLPHIN (byd.com)

Salah satu kejutan terbesar datang dari BYD , pabrikan mobil listrik asal Tiongkok, yang berada di urutan ketiga dengan 1.740 unit impor. BYD mengimpor beberapa model listrik, termasuk Dolphin , Atto 3 , Seal , dan MPV listrik M6. Semua model ini masih diimpor sepenuhnya karena pabrik BYD di Indonesia, yang terletak di Subang, Jawa Barat, direncanakan mulai beroperasi baru pada akhir tahun 2025. Keberhasilan BYD menunjukkan bahwa kendaraan listrik semakin diminati di pasar Indonesia, meskipun infrastruktur pengisian daya masih dalam tahap pengembangan.

Tak hanya BYD, Denza , sub-merek premium milik BYD, juga mencatatkan impor sebanyak 566 unit, dengan model andalan Denza D9 , sebuah MPV listrik mewah yang menyasar segmen pasar eksekutif dan keluarga kelas atas. Kehadiran kendaraan listrik dari Tiongkok ini semakin memperkaya pilihan mobil listrik di pasar Indonesia.

3. Pabrikan lain aktif mengimpor mobil

Ilustrasi Mobil Hyundai Tucson (hyundaimobil.co.id)

Selain Suzuki, Toyota, dan BYD, ada sejumlah pabrikan lain yang juga aktif mengimpor mobil ke Indonesia, meskipun dengan angka yang lebih kecil. Hyundai mengimpor 347 unit mobil, meskipun mereka sudah memiliki pabrik di Cikarang, Jawa Barat. Hyundai mengimpor model-model listrik yang belum diproduksi di Indonesia, terutama kendaraan.

Mazda, yang sepenuhnya mengimpor kendaraan dari Jepang, mengandalkan model seperti CX-5 dan CX-60 untuk memenuhi permintaan pasar. Citroen, yang baru kembali ke pasar Indonesia, mengimpor 101 unit mobil, termasuk model C3 dan C5 Aircross .

Morris Garage (MG), yang merupakan bagian dari SAIC Motor, mengimpor 67 unit mobil, termasuk SUV dan mobil listrik dari Tiongkok. UD Trucks dan FAW, yang fokus pada kendaraan komersial dan truk berat, masing-masing mengimpor 65 dan 60 unit.

4. Tren impor dan tantangan industri otomotif Indonesia

Ilustrasi Mobil Hyundai Tucson (hyundaimobil.co.id)

Tren impor yang terus meningkat ini mencerminkan adanya pergeseran preferensi konsumen terhadap kendaraan listrik dan model premium yang belum diproduksi lokal. Meski demikian, sektor otomotif Indonesia menghadapi tantangan terkait dengan penurunan produksi lokal, yang kemungkinan besar akan mempengaruhi daya saing mobil buatan Indonesia di pasar domestik.

Kedepannya, para pabrikan otomotif diprediksi akan semakin mengoptimalkan antara produksi lokal dan impor untuk menjawab permintaan yang beragam. Pabrik juga perlu mempertimbangkan investasi dalam teknologi ramah lingkungan dan kendaraan listrik agar dapat bersaing di pasar global yang semakin berkembang.

Dengan adanya tren ini, strategi impor dan produksi lokal akan menjadi kunci utama bagi keberlangsungan industri otomotif di Indonesia di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team