Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screen Shot 2025-06-25 at 22.50.46.png
ilustrasi berkendara (pexels.com/JÉSHOOTS)

Intinya sih...

  • Terlalu sering menginjak rem atau gas secara mendadak. Perilaku ini bisa membahayakan dan memicu reaksi negatif dari pengemudi lain.

  • Tidak memahami rambu dan etika berlalu lintas. Pemahaman aturan lalu lintas penting untuk kelancaran dan keselamatan di jalan.

  • Terlalu fokus pada kaca spion atau sensor parkir. Keseimbangan antara teknologi dan kewaspadaan visual adalah kunci keselamatan di jalan.

Menjadi pengemudi baru adalah momen yang mendebarkan sekaligus menyenangkan. Ada rasa bebas saat bisa mengendarai mobil sendiri untuk pertama kalinya. Namun di balik kebebasan itu, terselip banyak tantangan dan potensi kesalahan yang kerap dilakukan oleh pengemudi pemula. Karena kurangnya pengalaman, banyak dari mereka tanpa sadar membuat keputusan yang bisa membahayakan diri sendiri maupun pengguna jalan lainnya.

Kesalahan ini bukan semata karena ketidaktahuan, melainkan juga karena rasa gugup, terlalu percaya diri, atau terburu-buru. Oleh karena itu, penting bagi para pemula untuk mengenali pola-pola yang umum terjadi agar dapat lebih waspada dan berkembang menjadi pengemudi yang andal.

1. Terlalu sering menginjak rem atau gas secara mendadak

ilustrasi melamun saat menunggu lampu merah (pexels.com/Pixabay)

Salah satu ciri paling umum dari pengemudi baru adalah cara mereka menginjak pedal gas dan rem yang belum halus. Terkadang mereka tiba-tiba menekan gas terlalu dalam saat ingin menyalip, atau menginjak rem mendadak karena panik melihat kendaraan di depan melambat. Padahal, perilaku seperti ini bisa sangat membahayakan, apalagi saat berkendara di jalanan yang padat atau licin.

Gerakan yang terlalu agresif juga membuat penumpang merasa tidak nyaman dan mempercepat keausan komponen kendaraan. Selain itu, kebiasaan seperti ini bisa memancing reaksi negatif dari pengemudi lain dan menciptakan potensi konflik di jalan raya. Dibutuhkan latihan dan kesabaran agar kaki bisa menyesuaikan tekanan pedal secara proporsional dan konsisten.

2. Tidak memahami rambu dan etika berlalu lintas

ilustrasi kondisi lalu lintas saat lampu merah (pexels.com/Ozge Alpaslan)

Banyak pengemudi pemula merasa cukup percaya diri hanya karena bisa mengoperasikan mobil. Namun kenyataannya, kemampuan mengemudi bukan hanya soal teknik, tapi juga soal pemahaman aturan dan etika berlalu lintas. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah menerobos lampu kuning karena mengira itu berarti "masih boleh jalan", atau berhenti sembarangan tanpa melihat rambu larangan.

Tak sedikit juga yang bingung di jalan bercabang, tidak tahu siapa yang harus diberi jalan terlebih dahulu, atau tidak menggunakan lampu sein saat berpindah jalur. Hal-hal kecil seperti ini sebenarnya sangat penting karena menentukan kelancaran dan keselamatan di jalan. Menguasai aturan bukan hanya untuk lulus ujian SIM, tetapi untuk dipraktikkan setiap hari.

3. Terlalu fokus pada kaca spion atau terlalu percaya pada sensor

ilustrasi mengemudi (pexels.com/Kenneth Surillo)

Pengemudi pemula sering kali terlalu fokus pada kaca spion atau sensor parkir hingga lupa memperhatikan situasi sekeliling secara menyeluruh. Misalnya, saat mundur, mereka hanya mengandalkan sensor tanpa mengecek langsung dengan menoleh ke belakang. Atau saat menyalip, terlalu lama melihat spion sehingga tidak sadar jarak dengan kendaraan di depan sudah terlalu dekat.

Sebaliknya, ada juga yang terlalu percaya diri dan mengabaikan penggunaan kaca spion sepenuhnya, terutama saat berpindah jalur. Padahal keseimbangan antara teknologi dan kewaspadaan visual adalah kunci keselamatan. Sensor dan spion hanyalah alat bantu, bukan pengganti insting dan kehati-hatian pengemudi.

So, dengan mengenali kesalahan-kesalahan umum ini, seorang pengemudi baru bisa lebih cepat beradaptasi, lebih percaya diri, dan tentu saja lebih aman di jalan. Mengemudi bukan hanya soal membawa kendaraan dari titik A ke B, tetapi tentang bagaimana melakukannya dengan bertanggung jawab dan penuh kesadaran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team