Mengapa Harga Jual Kembali Mobil Eropa Terjun Bebas?

Mobil Eropa identik dengan kenyamanan, kecanggihan, dan kemewahan. Itu sebabnya mereka yang naik mobil Eropa seolah berada di level yang berbeda dengan orang kebanyakan. Wajar saja, sebab harga mobil Eropa baru biasanya lebih mahal dibandingkan mobil garapan pabrikan Jepang atau Korea Selatan.
Tapi tahu gak sih kalau harga bekas mobil Eropa itu hampir selalu terjun bebas? Yup, kalau kamu suka melipir ke showroom mobil bekas, kamu pasti akan ngeh kalau harga bekas mobil dengan merek BMW, Mercedes-Benz, dan Audi ternyata tidak semahal yang kamu bayangkan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan nilai jual kembali mobil Eropa. Berikut beberapa di antaranya.
1. Biaya perawatan dan harga suku cadang mahal
Faktor terbesar yang membuat nilai jual kembali mobil Eropa terjun bebas adalah biaya perawatan yang tinggi. Mobil Eropa, khususnya dari merek premium, dibekali teknologi canggih dan spesifikasi yang tinggi dan karenanya rumit.
Hal ini membuat perawatannya membutuhkan teknisi yang terampil dan peralatan khusus, yang sering kali tidak tersedia di bengkel umum. Selain itu, suku cadang asli untuk mobil Eropa cenderung mahal dan lebih sulit ditemukan, terutama di negara-negara di luar Eropa. Sementara suku cadang KW jarang tersedia dan kalau pun ada biasanya tidak selalu cocok dengan suku cadang yang akan diganti.
Faktor tingginya biaya perawatan ini akhirnya membuat calon pembeli cenderung menghindari mobil Eropa bekas karena khawatir akan biaya perawatan yang mahal, yang pada akhirnya menurunkan harga jual kembali mobil-mobil tersebut.
2. Konsumsi bahan bakar cenderung lebih boros
Mobil Eropa dirancang untuk bisa menghasilkan performa yang tinggi dan kenyamanan maksimal. Itu sebabnya mobil-mobil Eropa cenderung menggunakan mesin berkubikasi besar. Efeknya tenaga yang dihasilkan menjadi lebih besar tapi konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros.
Nah, konsumsi bahan bakar yang tinggi ini menjadi salah satu faktor yang membuat harga jual kembali mobil-mobil Eropa terjun bebas. Sebab kebanyakan pembeli mobil bekas tidak mencari mobil dengan performa tinggi, tapi mobil yang irit bahan bakar.
3. Depresiasi cepat
Mobil Eropa umumnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai lebih cepat. Misalnya, mobil Mercedes-Benz atau BMW dengan usia dua hingga tiga tahun bisa dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga barunya.
Fenomena ini bisa terjadi karena kebanyakan pembeli mobil Eropa, terutama mobil premium, lebih memperhatikan teknologi, kenyamanan, serta kemewahan yang ditawarkan mobil. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan harga saat membeli mobil.
4. Mobil Eropa dinilai terlalu manja
Mobil Eropa biasanya tidak setangguh mobil buatan Jepang. Ini antara lain bisa terjadi karena mobil Eropa jauh lebih canggih dan rumit sistemnya dibandingkan mobil-mobil Jepang. Dan semakin canggih, semakin rumit sistemnya, semakin sulit pula perawatannya.
Sehingga kemudian muncul kesan mobil Eropa lebih manja atau tidak lebih bandel dari mobil Jepang. Kesan inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat harga jual kembali mobil Eropa terjun bebas.
5. Jaringan bengkel tidak seluas pabrikan Jepang
Faktor penentu lain yang membuat harga jual kembali mobil-mobil Eropa terjun bebas adalah ketersediaan bengkel yang terbatas. Kebanyakan bengkel resmi mobil-mobil Eropa hanya berada di kota-kota besar saja.
Hal ini membuat calon pembeli mobil Eropa bekas menjadi ragu. Sebab, kalau bengkelnya terbatas, bagaimana jika nanti mobilnya tiba-tiba rusak? Apalagi mobil Eropa dikenal rewel dan suka minta jajan suku cadang. Itu sebabnya mobil Eropa jarang dilirik di bursa mobil bekas.