Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
illustrasi mengemudi mobil (freepik.com/pvproductions)
illustrasi mengemudi mobil (freepik.com/pvproductions)

Intinya sih...

  • Tekanan ban yang tidak sesuai dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar secara signifikan, namun seringkali luput dari perhatian saat servis rutin.

  • Filter udara kotor atau tersumbat dapat menyebabkan mesin bekerja lebih keras dan meningkatkan konsumsi BBM, perlu diganti sesuai jadwal untuk menjaga performa mesin.

  • Mengisi bahan bakar dengan kadar oktan yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin serta gaya mengemudi agresif juga dapat memicu pemborosan BBM, mempengaruhi efisiensi kendaraan secara signifikan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rutin servis mobil seharusnya menjadi jaminan utama agar kendaraan tetap prima dan efisien. Namun, tidak sedikit pengendara yang heran karena konsumsi bahan bakar justru semakin boros meski mobil sudah dirawat berkala di bengkel resmi. Kondisi seperti ini jelas membuat risau, apalagi saat harga BBM terus merangkak naik. Menjaga efisiensi kendaraan jadi semakin penting, bukan cuma untuk kenyamanan berkendara tapi juga demi menekan pengeluaran bulanan.

Ada banyak faktor tersembunyi yang sering luput dari perhatian pemilik kendaraan. Beberapa di antaranya bahkan tidak selalu diperiksa dalam servis rutin standar. Oleh karena itu, mengenali penyebab mobil boros BBM secara mendalam bisa menjadi langkah awal untuk mengatasi masalah ini. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan jika kendaraan tetap menguras bahan bakar meski servis rutin sudah dilakukan.

1. Tekanan ban tidak sesuai

ilustrasi mengisi ban (vecteezy.com/Panuwat Dangsungnoen)

Banyak pengemudi meremehkan tekanan angin ban, padahal dampaknya terhadap konsumsi bahan bakar cukup signifikan. Ban yang kekurangan tekanan menciptakan hambatan gulir yang lebih tinggi, sehingga mesin harus bekerja lebih keras untuk menggerakkan mobil. Akibatnya, bahan bakar yang terbakar pun lebih banyak. Hal ini sering tidak disadari karena pengurangan tekanan bisa terjadi secara bertahap.

Servis rutin umumnya tidak selalu mengecek tekanan ban secara optimal jika pemilik tidak mengeluh langsung. Padahal, tekanan ban ideal tercantum jelas pada stiker di pintu pengemudi atau buku manual mobil. Memastikan tekanan ban sesuai rekomendasi pabrikan dapat mengurangi beban kerja mesin dan menjaga efisiensi bahan bakar. Cukup dengan langkah sederhana ini, konsumsi BBM bisa lebih hemat dalam jangka panjang.

2. Filter udara kotor atau tersumbat

illustrasi filter udara mobil (vecteezy.com/Wodthikorn Phutthasatchathum)

Filter udara yang tidak bersih bisa menjadi biang keladi meningkatnya konsumsi BBM. Saat filter udara tersumbat, aliran udara ke ruang pembakaran menjadi terhambat. Mesin pun harus bekerja lebih keras karena pembakaran tidak berjalan optimal, dan itu artinya bahan bakar yang diperlukan pun meningkat. Gejala ini sering kali muncul perlahan tanpa disadari.

Meskipun filter udara termasuk komponen yang dicek saat servis, banyak pemilik mobil yang menunda penggantian karena dianggap belum terlalu kotor. Padahal, lingkungan tempat berkendara juga memengaruhi seberapa cepat filter perlu diganti. Berkendara di daerah berdebu atau padat lalu lintas bisa mempercepat penumpukan kotoran. Rajin mengganti filter udara sesuai jadwal bisa menghemat konsumsi BBM sekaligus menjaga performa mesin.

3. Kualitas BBM tidak sesuai

ilustrasi mengisi bahan bakar (freepik.com/senivpetro)

Mengisi bahan bakar dengan kadar oktan yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin juga bisa memicu pemborosan. Mesin modern dirancang untuk bekerja optimal dengan BBM beroktan tinggi. Bila diisi dengan BBM yang lebih rendah dari kebutuhan, proses pembakaran bisa jadi tidak sempurna. Dampaknya tidak cuma boros, tapi juga bisa menimbulkan knocking yang berbahaya bagi mesin.

Kebiasaan memilih BBM yang lebih murah dengan harapan bisa menekan biaya justru bisa berbalik merugikan. Konsumsi bahan bakar meningkat dan usia mesin pun terancam pendek. Pabrikan mobil biasanya sudah memberikan rekomendasi oktan tertentu yang sebaiknya dipatuhi. Dengan mengikuti saran tersebut, efisiensi bahan bakar bisa terjaga dan performa kendaraan tetap optimal.

4. Gaya mengemudi yang agresif

illustrasi mengendarai mobil (pexels.com/Roberto Nickson)

Tak semua pengemudi sadar bahwa gaya mengemudi berperan besar dalam efisiensi BBM. Akselerasi mendadak, pengereman mendadak, atau sering menekan pedal gas secara berlebihan bisa membuat konsumsi bahan bakar meningkat drastis. Mesin harus menyesuaikan beban secara tiba-tiba, dan itu artinya BBM terbakar lebih banyak dari seharusnya.

Kebiasaan seperti berkendara dengan kecepatan tidak stabil atau terburu-buru di jalanan kota juga memperburuk efisiensi. Meski kendaraan dalam kondisi prima dan sudah diservis, gaya mengemudi yang buruk akan mengabaikan semua perawatan tersebut. Berkendara secara halus, menjaga kecepatan konstan, dan menghindari kebiasaan agresif bisa membantu menurunkan konsumsi BBM secara signifikan.

Mengenali penyebab borosnya konsumsi BBM meskipun mobil sudah rutin servis bisa membantu mengambil langkah pencegahan yang tepat. Tidak semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan membawa kendaraan ke bengkel. Pemilik kendaraan perlu ikut aktif menjaga faktor-faktor lain di luar servis rutin.

Dengan memahami berbagai penyebab di atas, menghemat BBM bukan lagi sesuatu yang sulit dicapai. Kuncinya terletak pada perhatian terhadap detail kecil yang selama ini mungkin diabaikan. Mobil pun bisa tetap hemat, awet, dan nyaman digunakan setiap hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team