Nissan Bakal Ekspor Mobil Listrik Buatan China!

- EV N7 menjadi andalan ekspor Nissan
- Nissan berinvestasi dalam perusahaan teknologi otomotif China
- Nissan menatap masa depan mobil listrik global dengan strategi ekspansi pasar
Nissan bersiap untuk memperluas pasar kendaraan listriknya dengan strategi baru yang menjanjikan. Mulai tahun 2026, pabrikan otomotif asal Jepang ini akan mengekspor kendaraan listrik (EV) buatan China ke berbagai kawasan, termasuk Asia Tenggara dan Timur Tengah. Langkah ini diambil untuk memperkuat daya saing global Nissan, sekaligus memanfaatkan jaringan layanan purnajual yang sudah mereka miliki di pasar internasional.
Langkah ekspor ini menjadi bagian dari peninjauan ulang terhadap jejak produksi global Nissan. Di tengah tantangan keuangan yang sedang dihadapi, ekspansi lewat ekspor mobil listrik dari China diharapkan menjadi solusi efisien untuk memperluas jangkauan pasar tanpa harus menambah kapasitas produksi di negara-negara tujuan ekspor.
1. EV N7 jadi ujung tombak ekspor Nissan

Salah satu model yang akan menjadi andalan dalam ekspor ini adalah sedan listrik N7. Mobil ini merupakan EV pertama yang dirancang dan dikembangkan secara penuh oleh perusahaan patungan Nissan di China. Diluncurkan pada April lalu, N7 telah mencatat penjualan yang menjanjikan dengan harga mulai dari 119.900 yuan (sekitar Rp266 juta). Kendaraan ini diproduksi di pabrik Nissan di Guangzhou, Provinsi Guangdong.
Daya tarik N7 bukan hanya dari sisi harga, tetapi juga fitur teknologi yang ditanamkan. N7 menggunakan sistem perangkat lunak berbasis AI buatan perusahaan teknologi China. Namun, untuk bisa memasuki pasar global, terutama negara-negara yang membatasi penggunaan teknologi AI China, Nissan perlu menyesuaikan spesifikasi perangkat lunak agar memenuhi regulasi ekspor masing-masing negara.
2. Strategi investasi dan kerja sama baru

Guna menunjang kesiapan ekspor ini, Nissan telah berinvestasi di perusahaan teknologi otomotif IAT Automobile Technology. Investasi ini difokuskan pada pengembangan sistem perangkat lunak alternatif untuk pasar ekspor, sehingga produk Nissan tetap bisa kompetitif dan legal secara regulasi di berbagai negara tujuan.
Selain itu, Nissan juga membentuk perusahaan patungan baru bersama Dongfeng Motor dan anak usaha NCIC. Perusahaan patungan ini akan fokus menangani ekspor kendaraan dari China. Dengan modal awal sebesar 1 miliar yuan atau sekitar Rp2,2 triliun, struktur kepemilikan terdiri dari 60 persen saham milik NCIC dan 40 persen milik Dongfeng Motor.
3. Menatap masa depan mobil listrik global

Langkah ekspor ini memperlihatkan tekad Nissan untuk mempertahankan eksistensinya di tengah persaingan ketat industri otomotif global, khususnya dalam segmen kendaraan listrik. Dengan biaya produksi yang lebih rendah di China, Nissan yakin mobil listrik mereka dapat bersaing dari segi harga tanpa mengorbankan kualitas.
Ke depannya, Nissan juga berencana memperluas jajaran kendaraan listriknya di pasar Tiongkok dengan menambahkan model plug-in hybrid dan memperkenalkan truk pikap listrik pertama mereka pada akhir 2025. Dengan kombinasi strategi produksi efisien dan ekspansi pasar, Nissan berharap bisa menciptakan peluang baru di era elektrifikasi kendaraan.