Penjualan BYD Turun untuk Pertama Kalinya Sejak 2020

- Penurunan penjualan BYD dipicu oleh melemahnya penjualan merek utama di pasar domestik, perang harga kendaraan listrik yang semakin intens, dan penurunan penjualan kendaraan hibrida plug-in.
- BYD masih bertahan berkat pertumbuhan submerek baru, peningkatan penjualan kendaraan listrik murni (BEV), serta ekspansi pasar luar negeri yang menunjukkan performa luar biasa.
- Persaingan ketat dengan produsen EV lain seperti Leapmotor, Nio, Xiaomi, dan Xpeng menunjukkan bahwa BYD harus beradaptasi dengan tren pasar dan menjaga daya saing harga.
Industri kendaraan listrik global kembali diguncang kabar mengejutkan. BYD Group, produsen mobil listrik terbesar di Tiongkok, melaporkan penurunan penjualan kuartalan untuk pertama kalinya sejak tahun 2020. Padahal, dalam beberapa tahun terakhir, BYD dikenal sebagai salah satu pemain paling dominan di pasar kendaraan listrik dan hibrida.
Mengacu pada laporan kuartal III (Q3) 2025, BYD mencatat penjualan global sebesar 1.105.591 unit kendaraan, turun 2,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bahkan pada September 2025 saja, penjualan turun 5,9 persen menjadi 393.060 unit. Angka ini menandai tren perlambatan yang cukup signifikan setelah bertahun-tahun mencatat pertumbuhan konsisten.
1. Faktor penurunan penjualan

Menurut laporan CarnewsChina, penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah melemahnya penjualan merek utama BYD di pasar domestik. Berdasarkan data China EV DataTracker, penjualan merek BYD turun 11,4 persen dibandingkan Agustus 2025, dan secara rata-rata, penurunan di pasar Tiongkok mencapai 20 persen selama tiga bulan terakhir.
Perang harga kendaraan listrik yang semakin intens di Tiongkok juga turut menekan kinerja. Sebagian besar produsen tidak lagi mampu menurunkan harga lebih jauh tanpa mengorbankan margin keuntungan. Selain itu, penjualan kendaraan hibrida plug-in (PHEV) milik BYD terus merosot. Pada September 2025, penjualan PHEV turun 25,6 persen menjadi 188.010 unit, menandai penurunan enam bulan berturut-turut sejak April 2025.
2. Sektor yang masih menjadi penopang

Meski menghadapi tekanan, BYD masih mampu bertahan berkat tiga faktor penopang utama: pertumbuhan submerek baru, peningkatan penjualan kendaraan listrik murni (BEV), serta ekspansi pasar luar negeri.
Untuk submerek, kinerja cukup impresif. Fang Cheng Bao, merek yang fokus pada SUV tangguh, tumbuh 345 persen dengan penjualan 24.121 unit. Merek premium Denza naik 20,5 persen menjadi 12.407 unit, sementara merek supercar Yangwang melonjak 145 persen dengan 758 unit terjual pada September 2025.
Di segmen BEV, BYD mencatat pertumbuhan 24,3 persen secara tahunan, dengan penjualan mencapai 205.050 unit. Sementara itu, pasar internasional menunjukkan performa luar biasa. Ekspor BYD pada September 2025 tercatat 71.256 unit, naik 115,8 persen dibanding tahun lalu. Pada kuartal ketiga, total ekspor mobil mencapai 232.806 unit, atau naik 146,4 persen dari periode sama 2024.
3. Persaingan ketat dengan produsen EV lain

Penurunan BYD berbanding terbalik dengan kinerja sejumlah startup kendaraan listrik yang justru mencapai rekor penjualan. Leapmotor, misalnya, berhasil menembus 60.000 penjualan bulanan untuk pertama kalinya, dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Produsen lain seperti Nio, Xiaomi, dan Xpeng juga mencatat rekor penjualan tertinggi sepanjang masa pada September 2025.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meski BYD masih menjadi salah satu pemain terbesar, persaingan di industri kendaraan listrik semakin ketat. Perusahaan harus beradaptasi dengan tren pasar, menjaga daya saing harga, sekaligus mempertahankan inovasi agar tetap relevan di tengah gempuran kompetitor baru.
Penurunan kuartalan BYD Group di Q3 2025 menjadi alarm bahwa dominasi tidak selalu berarti kebal dari tantangan pasar. Persaingan harga, penurunan PHEV, dan tekanan domestik menjadi faktor utama penurunan. Namun, pertumbuhan submerek, peningkatan BEV, dan ekspansi ekspor menjadi bukti bahwa BYD masih memiliki fondasi kuat untuk bangkit. Bagaimana langkah BYD ke depan akan sangat menentukan posisinya dalam lanskap kendaraan listrik global yang semakin kompetitif.