Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Mobil CBU dan CKD, Beneran Beda Kualitas?

Ilustrasi pabrik Toyota (global.toyota.com)
Intinya sih...
  • Mobil CBU diimpor utuh dari luar negeri, tinggal didistribusikan dan lebih mahal karena pajak impor.
  • Mobil CKD dirakit di dalam negeri, lebih murah karena beban pajak ringan dan memiliki kualitas yang baik.
  • Mobil CBU memiliki standar konsisten, namun CKD unggul dalam suku cadang dan nilai jual kembali.

Saat membeli mobil baru, kamu mungkin pernah mendengar istilah CBU dan CKD. Kedua istilah ini merujuk pada asal-usul dan proses produksi mobil sebelum sampai ke tangan konsumen.

Meski terdengar teknis, memahami perbedaan antara CBU dan CKD penting agar kamu bisa mempertimbangkan harga, kualitas, hingga layanan purnajual. Lalu, apa sebenarnya yang membedakan mobil CBU dan CKD?

1. Asal dan proses perakitan

Pabrik mobil (honda.co.uk)

CBU (Completely Built-Up) adalah mobil yang diimpor dalam keadaan utuh dari luar negeri. Artinya, mobil sudah sepenuhnya dirakit di negara asalnya, lengkap dengan semua komponen dan fitur. Ketika sampai di Indonesia, mobil ini tinggal didistribusikan ke dealer dan dijual ke konsumen.

Sebaliknya, CKD (Completely Knocked Down) adalah mobil yang dikirim dalam bentuk komponen terurai, lalu dirakit di dalam negeri oleh produsen atau mitra lokal. Pabrik perakitan akan menyusun kembali seluruh bagian mobil hingga siap pakai.

Karena proses perakitannya berbeda, asal-usul CBU dan CKD sangat memengaruhi harga, waktu distribusi, dan dukungan industri dalam negeri.

2. Perbedaan harga dan pajak

ilustrasi STNK motor (suzuki.co.id)

Mobil CBU cenderung lebih mahal karena dikenakan berbagai pajak impor, seperti bea masuk, pajak barang mewah (PPnBM), dan PPN. Pajak ini bisa mencapai 50% atau lebih dari harga mobil, tergantung jenis dan kapasitas mesinnya. Biaya pengiriman dan logistik dari luar negeri juga menambah harga jual mobil CBU.

Sementara itu, mobil CKD biasanya lebih murah karena sebagian besar komponennya dirakit di dalam negeri, sehingga beban pajaknya lebih ringan. Pemerintah juga sering memberikan insentif pada mobil CKD, terutama yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi, sebagai bentuk dukungan terhadap industri otomotif lokal.

3. Kualitas, ketersediaan suku cadang, dan nilai jual

Ilustrasi bengkel mobil (Pexels/Artem Podrez)

Dari sisi kualitas, mobil CBU umumnya dianggap memiliki standar yang lebih konsisten karena dirakit langsung di pabrik pusat dengan tenaga kerja dan teknologi asli dari negara asal. Namun, banyak mobil CKD yang kini juga memiliki kualitas sangat baik karena pabrik perakitan di Indonesia telah menerapkan standar global.

Dalam hal suku cadang, mobil CKD lebih unggul karena komponen-komponennya sudah tersedia secara lokal. Sementara mobil CBU bisa mengalami keterlambatan pengiriman suku cadang jika terjadi kerusakan, apalagi jika modelnya belum banyak beredar di Indonesia.

Untuk nilai jual kembali (resale value), mobil CBU terkadang lebih tinggi jika berasal dari merek premium atau memiliki eksklusivitas tertentu. Namun, mobil CKD bisa lebih stabil nilainya karena biaya servis dan perawatan lebih murah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us