Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Subsidi Berarkhir, Penjualan Mobil Listrik di AS Diprediksi Anjlok!

ilustrasi membeli mobil baru (pexels.com/gustavo fring)
ilustrasi membeli mobil baru (pexels.com/gustavo fring)
Intinya sih...
  • Dampak berakhirnya subsidi terhadap pasar EVSubsidi 7.500 dolar AS membantu konsumen beralih ke mobil listrik, namun tanpa subsidi harga EV menjadi mahal dan pangsa pasarnya turun drastis.
  • Respons produsen menghadapi penurunan tajamProdusen seperti Tesla, Hyundai, dan GM menurunkan harga dan memberikan diskon tinggi untuk mempertahankan minat pasar di tengah hilangnya insentif pemerintah.
  • Prospek pasar kendaraan listrik ke depanMeski mengalami penurunan besar, para eksekutif otomotif masih optimistis bahwa pasar EV akan kembali pulih dalam waktu beberapa bulan ke depan dengan adanya skema dukungan baru dari pemerintah AS.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penjualan mobil listrik di Amerika Serikat diperkirakan mengalami penurunan besar pada Oktober 2025 setelah pemerintah mencabut subsidi sebesar 7.500 dolar AS atau sekitar Rp124,5 juta. Berakhirnya subsudi akan membuat harga mobil listrik menjadi jauh lebih mahal sehingga kurang menarik bagi banyak konsumen.

Menurut laporan J.D. Power dan GlobalData, seperti dikutip dari Carscoops, penjualan ritel mobil listrik pada Oktober 2025 diperkirakan hanya mencapai sekitar 54.673 unit. Angka itu turun tajam 43,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat 96.085 unit. Jika dibandingkan dengan September 2025 yang mencapai 136.211 unit, penurunannya bahkan hampir mencapai 60 persen.

1. Dampak berakhirnya subsidi terhadap pasar EV

ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Jae P)
ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Jae P)

Subsidi sebesar 7.500 dolar AS selama ini menjadi faktor penting yang membantu konsumen beralih ke kendaraan listrik. Tanpa bantuan tersebut, banyak pembeli menilai harga EV tidak sebanding dengan manfaatnya, apalagi ketika harga baterai masih tinggi dan infrastruktur pengisian daya belum merata. Pangsa pasar EV yang sebelumnya mencapai 12,9 persen pada September kini anjlok menjadi hanya 5,2 persen. Hal ini memperlihatkan betapa besar ketergantungan pasar terhadap insentif fiskal untuk mempertahankan permintaan.

Selain itu, berakhirnya subsidi juga membuat harga mobil baru secara keseluruhan naik. Data menunjukkan harga rata-rata mobil kini mencapai sekitar 46.057 dolar AS atau setara Rp764,8 juta, meningkat sekitar 1.000 dolar dibanding tahun lalu. Kenaikan ini turut mempersempit ruang gerak konsumen menengah untuk beralih ke mobil listrik, sehingga mereka lebih memilih kendaraan konvensional yang lebih terjangkau.

2. Respons produsen menghadapi penurunan tajam

ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Hyundai Motor Group)
ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Hyundai Motor Group)

Beberapa produsen otomotif besar seperti Tesla, Hyundai, dan General Motors mencoba menahan dampak penurunan ini dengan strategi berbeda. Tesla, misalnya, menurunkan harga beberapa model populernya, sementara Hyundai dan GM berfokus pada pengembangan varian EV yang lebih murah.

Upaya ini dimaksudkan untuk mempertahankan minat pasar di tengah hilangnya insentif pemerintah. Menurut analis J.D. Power, Tyson Jominy, industri sedang berada dalam fase penyesuaian besar, di mana produsen harus menyeimbangkan antara efisiensi biaya dan daya tarik harga di pasar.

Selain menurunkan harga, beberapa produsen juga memberikan potongan tambahan. Diskon rata-rata untuk kendaraan listrik tercatat mencapai 13.161 dolar AS atau sekitar Rp218,5 juta, jauh lebih tinggi dibanding diskon mobil bermesin bensin yang hanya sekitar 2.423 dolar AS (Rp40,2 juta). Strategi ini memangkas margin keuntungan, tetapi setidaknya membantu menjaga volume penjualan agar tidak jatuh lebih dalam.

3. Prospek pasar kendaraan listrik ke depan

ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Hyundai Motor Group)
ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Hyundai Motor Group)

Meski mengalami penurunan besar, para eksekutif otomotif masih optimistis bahwa pasar EV akan kembali pulih dalam waktu beberapa bulan ke depan. Mereka memperkirakan konsumen akan menyesuaikan diri dengan kondisi harga baru, terutama jika teknologi baterai semakin murah dan daya jelajah kendaraan meningkat. Pemerintah AS juga disebut tengah menyiapkan skema dukungan baru untuk mempercepat adopsi EV, meski belum ada keputusan resmi.

Dalam jangka panjang, tren elektrifikasi kendaraan diperkirakan tidak akan berhenti. Namun, kasus ini menjadi pengingat penting bahwa transisi menuju kendaraan ramah lingkungan membutuhkan keseimbangan antara kebijakan, insentif, dan kemampuan daya beli masyarakat. Jika keseimbangan ini tidak terjaga, maka pasar EV akan terus menghadapi gejolak seperti yang terjadi pada Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

Subsidi Berarkhir, Penjualan Mobil Listrik di AS Diprediksi Anjlok!

28 Okt 2025, 21:05 WIBAutomotive