Bisakan Rem ABS Motor Dinonaktifkan?

- Secara teknis sih bisa, tapi ada yang harus dikorbankan
- Rem jadi tidak berfungsi maksimal
- Bisa menurunkan harga jual kembali
Sistem pengereman ABS (Anti-lock Braking System) dirancang untuk memberikan keamanan tambahan dengan mencegah roda terkunci saat pengereman mendadak. Sistem ini sangat berguna, terutama di jalan licin atau saat pengendara melakukan pengereman darurat. Karena kelebihannya, banyak motor modern, terutama di kelas menengah ke atas, sudah dilengkapi fitur ABS bawaan dari pabrik.
Namun, ada saja pertanyaan dari pemilik motor ABS, terutama mereka yang mengalami kerusakan modul atau ingin mengurangi biaya servis: bisakah sistem ABS dimatikan atau diubah menjadi sistem pengereman biasa? Jawabannya secara teknis bisa, tetapi hal ini tidak direkomendasikan karena melibatkan banyak risiko, baik dari sisi keselamatan maupun legalitas kendaraan.
1. Secara teknis sih bisa, tapi ada yang harus dikorbankan

Mengubah sistem ABS menjadi rem biasa berarti menghilangkan peran modul kontrol ABS dan mengembalikan alur pengereman langsung dari tuas ke kaliper. Proses ini bisa dilakukan dengan mencopot sensor roda, modul ABS, dan mengganti jalur hidrolik dengan sistem rem konvensional. Tapi tindakan ini tidak sesederhana melepas kabel, karena modul ABS sering terintegrasi ke dalam sistem ECU dan sistem kelistrikan motor secara keseluruhan.
Modifikasi semacam ini juga berpotensi menimbulkan error pada panel instrumen atau bahkan menyebabkan rem tidak bekerja optimal. Jika terjadi kesalahan pemasangan atau kegagalan sistem, akibatnya bisa fatal. Selain itu, dalam beberapa motor, jika ABS dicabut, rem belakang bisa jadi sangat agresif karena tidak lagi dibatasi oleh sistem elektronik.
2. Rem jadi tidak berfungsi maksimal

Alasan lain kenapa tidak disarankan menonaktifkan ABS adalah demi keselamatan berkendara. ABS bukan sekadar fitur tambahan, tapi sistem penting yang menjaga roda tidak mengunci saat terjadi pengereman keras. Tanpa ABS, pengendara berisiko kehilangan kendali saat mengerem di jalan licin atau basah.
Data dari berbagai studi menunjukkan bahwa kendaraan dengan ABS memiliki tingkat kecelakaan yang lebih rendah dalam situasi darurat. Oleh karena itu, menghilangkan ABS berarti mengurangi faktor perlindungan yang sudah disediakan pabrikan, dan bisa membahayakan tidak hanya pengendara, tapi juga orang lain di jalan.
3. Harga jual kembali bakal turun

Motor dengan ABS sudah terdaftar sebagai kendaraan dengan fitur keselamatan tambahan. Menghapus atau menonaktifkan sistem ini bisa menjadi masalah dalam hal legalitas—terutama jika terjadi kecelakaan, asuransi dapat menolak klaim karena motor tidak lagi sesuai spesifikasi pabrik. Selain itu, motor yang sudah dimodifikasi seperti ini akan mengalami penurunan nilai jual, karena pembeli umumnya mencari motor dengan fitur keselamatan lengkap.
Beberapa negara bahkan melarang secara hukum modifikasi sistem ABS karena dinilai membahayakan. Di Indonesia sendiri, belum ada regulasi yang spesifik, tetapi mengubah sistem pengereman bisa membuat pemilik kesulitan saat melakukan uji KIR, perpanjangan STNK, atau klaim asuransi.
So, motor dengan rem ABS bisa saja secara teknis diubah menjadi rem biasa, tetapi tindakan ini sangat tidak direkomendasikan karena dapat mengurangi keselamatan berkendara, menimbulkan error teknis, serta berisiko dalam aspek hukum dan nilai jual motor. Jika sistem ABS rusak, jauh lebih aman memperbaikinya di bengkel resmi daripada menonaktifkannya secara permanen.