Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Debu Masih Bisa Masuk ke Helm Full Face?

ilustrasi helm (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi helm (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
Intinya sih...
  • Jalur udara dan ventilasi yang memang dibuat untuk bernapas Helm full face tidak sepenuhnya “kedap” karena pengendara butuh oksigen segar dan pencegahan visor berembun.
  • Seal visor dan mekanisme penguncian tidak selalu sempurna. Visor menutup rapat, tapi ia tetap komponen bergerak.
  • Fit di wajah, busa, dan neck roll jadi “filter” yang kadang kalah. Bagian yang paling sering jadi jalur debu adalah area bawah: pipi dan leher.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Helm full face sering dianggap “paling rapat” karena menutup seluruh kepala dan punya visor yang menutup wajah. Tapi kenyataannya, banyak pengendara tetap menemukan debu halus di pipi, hidung, bahkan terasa sampai tenggorokan, padahal helmnya sudah ditutup rapat.

Ini bukan berarti helmnya jelek. Debu itu licik banget. Ukurannya bisa sangat kecil, terbawa tekanan angin, dan masuk lewat celah-celah mikro yang memang ada demi kenyamanan, sirkulasi, dan fungsi mekanis helm.

1. Jalur udara dan ventilasi yang memang dibuat untuk bernapas

ilustrasi helm (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi helm (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Helm full face tidak sepenuhnya “kedap” karena pengendara butuh oksigen segar dan pencegahan visor berembun. Makanya, helm punya intake dan exhaust vent (atas, dagu, belakang). Saat kamu melaju, angin menciptakan perbedaan tekanan: sebagian udara terdorong masuk melalui ventilasi, mengalir di dalam, lalu keluar lewat jalur pembuangan.

Debu halus ikut terbawa di aliran ini. Pada kondisi jalan berdebu, atau saat kamu berada di belakang kendaraan besar, konsentrasi partikel di udara naik drastis sehingga yang masuk pun lebih banyak. Bahkan ketika vent ditutup, beberapa desain masih menyisakan celah kecil agar mekanismenya tetap bekerja dan udara tidak benar-benar stagnan, jadi debu tetap punya peluang “nyelonong” masuk.

2. Seal visor dan mekanisme penguncian tidak selalu sempurna

ilustrasi helm (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi helm (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Visor menutup rapat, tapi ia tetap komponen bergerak. Ada karet seal di sekitar frame visor untuk membantu menahan air dan angin, namun bentuk bukaan helm, toleransi produksi, dan usia pemakaian bisa membuat rapatnya tidak merata. Debu halus bisa masuk lewat area dekat engsel visor, celah di bagian “bibir” visor, atau titik yang seal-nya mulai mengeras karena panas matahari dan keringat.

Selain itu, banyak helm punya posisi visor “klik” (sedikit terbuka) untuk anti-embun. Kalau tanpa sadar kamu sering memakai posisi ini—meskipun hanya terbuka sedikit—debu akan mendapat jalur masuk yang jauh lebih besar, apalagi saat melaju cepat karena turbulensi mengarahkan udara langsung ke area wajah.

3.Fit di wajah, busa, dan neck roll jadi “filter” yang kadang kalah

ilustrasi helm motor (pexels.com/Nur Andi Ravsanjani Gusma)
ilustrasi helm motor (pexels.com/Nur Andi Ravsanjani Gusma)

Bagian yang paling sering jadi jalur debu adalah area bawah: pipi dan leher. Helm full face tetap butuh ruang agar bisa dipakai-lepas dengan nyaman. Kalau ukuran helm kebesaran, busa pipi kurang menekan, atau neck roll tidak rapat, angin dari bawah akan naik ke dalam helm saat riding.

Debu ikut terangkat ke area hidung dan mulut. Ini sering terjadi ketika kamu membungkuk sedikit, posisi jaket kerahnya terbuka, atau kamu memakai masker/buff yang justru membuat karet bawah helm jadi tidak menutup rapat. Busa yang sudah mulai kempes karena pemakaian lama juga memperbesar celah. Intinya, semakin “pas” helm menutup kontur pipi dan leher, semakin kecil peluang debu masuk, meskipun tidak akan benar-benar nol karena helm memang bukan perangkat filtrasi udara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

Deretan Mobil Ini Disuntik Mati Gegara Desainnya Gak Diterima Publik

07 Des 2025, 11:05 WIBAutomotive