Mengapa Motor Listrik Belum Terlalu Laku di Indonesia?

- Penjualan motor listrik masih jauh tertinggal dibanding motor bensin
- Motor ICE terjual sebanyak 2,595 juta unit, sementara motor listrik hanya belasan ribu unit.
- Populasinya masih kalah jauh dibandingkan motor bensin.
- Konsumen menunggu kepastian subsidi dan harga
- Subsidi murah menjadi daya tarik utama motor listrik.
- Konsumen menunda pembelian hingga kepastian subsidi diumumkan.
- Prediksi penurunan penjualan hingga 30 persen karena kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.
Meski pemerintah mendukung penuh penetrasi motor listrik di Indonesia, namun penjualan motor listrik di negeri ini masih lesu. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), hingga Mei 2025, akumulasi penjualan motor listrik baru mencapai 15.000 unit (otomotif.kompas.com).
Angka itu hanya sekitar 0,58 % dari total pasar motor yang mencapai 2,595 juta unit pada periode tersebut. Artinya, sebagian besar masyarakat masih lebih memilih motor konvensional (ICE) dibandingkan motor listrik. Lalu, apa yang membuat motor listrik sepi peminat ya?
1. Penjualan motor listrik masih jauh tertinggal dibanding motor bensin

Untuk memahami seberapa kecil pasar motor listrik, yuk kita bandingkan dengan penjualan motor bensin atau ICE. Sepanjang Januari–Mei 2025, AISI mencatat sebanyak 2,595 juta unit motor ICE terjual. Jika dibandingkan, motor listrik hanya menyumbang belasan ribu unit. Artinya penjualan motor bensin ratusan kali lipat lebih banyak dibandingkan motor listrik. Itu sebabnya, meski motor listrik mulai terlihat berseliweran di jalanan, namun populasinya masih kalah jauh dibandingkan motor bensin.
2. Konsumen menunggu kepastian subsidi dan harga

Subsidi murah selama ini jadi satu-satunya daya tarik motor listrik. Namun, sejak pemerintah mulai mengevaluasi skema subsidi, dari subsidi Rp 7 juta langsung menjadi skema PPN DTP, muncul kekhawatiran di masyarakat. Banyak konsumen yang menunda pembelian hingga kepastian subsidi diumumkan. Banyak pengamat otomotif memprediksi penjualan motor listrik bisa menurun hingga 30 persen karena kebijakan pemerintah yang tidak konsisten ini.
3. Infrastruktur masih minim

Masalah klasik seperti jarak tempuh terbatas, kurangnya SPKLU/SPBKLU di banyak daerah, serta minimnya layanan purna jual membuat konsumen masih ragu (csulfinance.com). Bahkan di kota besar, jaringan pengisian daya belum merata. Belum lagi kekhawatiran soal umur baterai, kinerja saat penggunaan harian, dan ketersediaan suku cadang.
Masalah lainnya adalah harga jual motor listrik yang terjun bebas. Situasi ini membuat banyak pengguna motor bensin enggan berpindah ke motor listrik, setidaknya sampai infrastruktur dan daya tahan baterai motor listrik sudah cukup mapan. Namun, tentu saja, itu butuh waktu bertahun-tahun.
Sehingga, bisa dbilang penjualan motor listrik Indonesia masih jauh dari target meskipun sempat didorong oleh subsidi dan tren global. Hal ini antara lain disebabkan oleh kepastian kebijakan, infrastruktur pengisian daya yang belum mencukupi, jarak tempuh yang masih terbatas, hingga harga jual kembali yang terjun bebas.