Siksa Royal Enfield Meteor 350, Tangguh di Segala Medan

Royal Enfield Meteor 350 ternyata cocok buat keseharian juga

Jakarta, IDN Times - Royal Enfield Meteor 350 sekilas hanya terlihat seperti motor yang cocok buat jalan beraspal. Jangan salah, Meteor 350 ternyata juga sanggup menjelajahi trek ekstrem berbatu.

IDN Times berkesempatan buat mencoba asyiknya berkendara dengan Meteor 350, khususnya jenis Supernova. Kali ini, kami mencobanya dalam trek yang cukup panjang, dari markas Royal Enfield di Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan, hingga Gunung Cabe, Parung, Minggu (26/9/2021) dalam acara One Ride.

Perjalanan sekitar dua jam kami tempuh. Itu juga sudah termasuk istirahat di jalan beberapa kali, cuma sekadar menunggu rekan komunitas yang di belakang, hingga menenggak seteguk minuman yang kami bawa.

Kami melalui trek yang cukup menarik. Selama perjalanan, kami melewati kawasan Ciputat, Cisauk, hingga ke Gunung Cabe.

Medan yang kami lalui juga beragam. Mulai dari jalan beraspal, hingga bebatuan.

Meteor 350 memang bukan motor dengan tipe adventure seperti jenis Himalayan. Namun, Meteor 350 ternyata cukup tangguh dalam menjelajahi medan bebatuan. Tapi, kamu harus cermat dalam memilih jalan. Karena, salah sedikit, motornya bisa selip atau bahkan jatuh di medan tersebut.

Bagaimana keseruannya? Yuk disimak dan sekalian kami ulas ya.

Baca Juga: Daftar Harga Lengkap Motor Royal Enfield

1. Gagah dipakai di jalan

Siksa Royal Enfield Meteor 350, Tangguh di Segala MedanTest Ride Royal Enfield Meteor 350. (dok. Royal Enfield Indonesia)

Mulai dari jalan beraspal, start di markas Royal Enfield di Arteri Pondok Indah, kami gaspol Meteor 350. Dalam kecepatan sedang, motor ini terbilang begitu nyaman saat dikendarai.

Stabil, lalu cukup bersahabat karena suspensinya yang empuk. Meski harus menghantam sejumlah rintangan kecil seperti jalan tak rata konturnya, hampir sama sekali tak terasa.

Meski bertubuh bongsor, karena bobotnya yang mencapai 191 kilogram, motor ini tetap asyik diajak manuver. Bahkan, buat selap-selip kala jalan padat, masih bisa juga.

Ada beberapa alasan mengapa kondisi ini bisa terjadi. Pertama, memang bobot Meteor 350 cenderung ada di depan. Handling pun terasa lebih nyaman dan ringan.

Lalu, jok Meteor 350 juga begitu empuk. Jadi, tak terasa capek saat kamu harus berkendara dengan jarak yang jauh. Kalau pakai jenis Supernova, ada sandarannya di belakang dan bikin jadi lebih enak.

Buat masalah suspensi, redamannya ampuh ketika harus melewati jalan susak. Suspensi teleskopik dengan as 41 milimeter yang dipasang, membuat motor ini tak terlalu kasar saat melewati jalan rusak.

Namun, patut diakui kalau buat suspensi belakang, terasa begitu keras. Hanya saja, suspensi keras di belakang ini justru memberikan keuntungan karena lebih stabil saat tikungan.

2. Tangguh di jalan bertanah dan bebatuan

Siksa Royal Enfield Meteor 350, Tangguh di Segala MedanTest Ride Royal Enfield Meteor 350. (dok. Royal Enfield Indonesia)
Siksa Royal Enfield Meteor 350, Tangguh di Segala MedanTest Ride Royal Enfield Meteor 350. (dok. Royal Enfield Indonesia)

Kami juga coba Meteor 350 di jalan berbatu, tepatnya saat mendaki Gunung Cabe. Treknya adalah jalanan tanah yang dipenuhi batu.

Himalayan pastinya cocok lewat jalan macam ini. Namun, bagaimana dengan Meteor 350?

Nyatanya Meteor 350 bisa mendaki pula. Tapi, kamu harus hati-hati dengan kontur jalannya. Sebab, jarak antara mesin dengan permukaan tanah cuma 170 milimeter. Jadi, harus hati-hati juga, salah sedikit, mesin bisa terbentur atau bahkan nyangkut.

Selain itu, kalau jatuh, pasti kamu akan begitu kesulitan mengangkatnya. Maklum saja, karena bobotnya yang mencapai 191 kilogram.

3. Performa prima tapi irit bensin

Siksa Royal Enfield Meteor 350, Tangguh di Segala MedanTest Ride Royal Enfield Meteor 350. (dok. Royal Enfield Indonesia)

Bergeser ke performa, berkapasitas 349cc dengan satu silinder SOHC dua katup, lima percepatan, memiliki pendingin oli dan udara, serta sudah injeksi, motor ini punya tenaga yang cukup prima.

Mesin Meteor 350 mampu menghasilkan 20,2 horse power, torsinya 27 Nm pada 4.000 rpm. Tapi, mesinnya minim getaran meski suara-suara menderu khas Royal Enfield begitu terasa.

Napas antar gear juga cukup panjang dan itu terbukti saat kami menggunakannya sepanjang acara One Ride Royal Enfield kemarin. Satu yang patut jadi sorotan adalah motor ini irit bensin.

Kami mencobanya dalam posisi bensin yang full tank, 15 liter. Bensin yang digunakan adalah Pertamax dengan angka oktannya minimal 92 (RON 92). Jarak dari markas Royal Enfield Pondok Indah ke Gunung cabe adalah 44 kilometer.

Untuk perjalanan pergi-pulang, bensinnya cuma termakan satu bar saja! Irit sekali bukan?

Makanya, Meteor 350 terbilang cocok buat keseharian. Namun, kalau jalannya cukup macet, kamu harus sedikit kasih effort ya buat mengendalikannya karena memang bobotnya begitu berat.

Baca Juga: Sejarah Royal Enfield, Dulunya Pabrik Senjata Api

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya