Sering Merasa Ada yang Mengikuti Saat Naik Motor? Ini Penjelasannya

- Mekanisme pertahanan diri: waspada terhadap potensi ancaman
- Persepsi dan pengaruh lingkungan
- Pengaruh stres dan kelelahan
Kalau kamu sering merasa seperti ada yang mengikuti saat naik motor, kamu gak sendiri. Banyak banyak biker merasakan hal yang sama. Meskipun tidak selalu ada biker lain yang benar-benar mengikuti, perasaan dikuntit tetap saja muncul. Fenomena ini sering terjadi, terutama di jalan-jalan yang ramai atau saat pengendara merasa tertekan.
Dari sudut pandang psikologi, ada beberapa alasan mengapa perasaan ini muncul, yang berkaitan dengan mekanisme pertahanan diri, persepsi, dan faktor-faktor lingkungan sekitar. Yuk, kita bahas mengapa biker sering merasa ada yang mengikuti dan faktor psikologis apa saja yang memengaruhi perasaan tersebut.
1. Mekanisme pertahanan diri: waspada terhadap potensi ancaman

Alasan utama perasaan ini muncul adalah mekanisme pertahanan diri manusia yang secara alami berusaha menjaga keselamatan. Otak manusia, khususnya bagian amigdala yang berperan dalam pengolahan emosi dan ancaman, secara terus-menerus memindai lingkungan untuk potensi bahaya.
Ketika pengendara motor merasa ada kendaraan yang mendekat terlalu cepat atau terlalu dekat, tubuhnya secara otomatis akan memicu respons "fight or flight" (lawan atau lari). Meskipun sebenarnya kendaraan tersebut tidak mengancam, perasaan ini muncul sebagai reaksi terhadap kemungkinan ancaman yang dirasakan, membuat pengendara merasa dia sedang diikuti.
Pada beberapa pengendara, terutama mereka yang sering mengendarai motor di jalan raya yang padat, perasaan ini bisa diperburuk karena kelelahan, ketegangan, atau kecemasan. Sensasi seperti ini adalah hasil dari otak yang bekerja secara berlebihan untuk melindungi tubuh, meskipun mungkin tidak ada ancaman nyata yang dapat membahayakan pengendara.
2. Persepsi dan pengaruh lingkungan

Persepsi kita terhadap situasi dapat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Di jalan raya yang sibuk, pengendara motor sering kali merasa ada kendaraan yang terlalu dekat atau terus mengikuti meskipun jaraknya aman. Lingkungan yang penuh dengan kendaraan lain, suara bising dari lalu lintas, dan kebutuhan untuk selalu waspada dapat menciptakan perasaan tertekan dan cemas, yang meningkatkan kemungkinan perasaan "diikuti".
Dalam kondisi seperti ini, pengendara bisa saja melihat atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, kendaraan yang berada di belakang terlalu lama atau terlalu dekat, meskipun tidak dimaksudkan untuk menguntit, dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menciptakan persepsi bahwa kendaraan tersebut selalu mengikuti.
Selain itu, media dan film sering kali menggambarkan skenario jalan raya dengan adegan kejar-kejaran atau penguntitan, yang memperburuk kecemasan dan persepsi pengendara dalam kehidupan nyata. Dengan terus terpapar gambaran tersebut, seseorang bisa menjadi lebih sensitif terhadap situasi yang mirip, meskipun tidak ada ancaman nyata.
3. Pengaruh stres dan kelelahan

Stres dan kelelahan fisik juga dapat memengaruhi persepsi seseorang saat berkendara. Pengendara yang merasa cemas, lelah, atau terganggu oleh masalah pribadi dapat lebih mudah merasa tertekan dan merasa ada yang mengikuti. Saat otak sudah terbebani oleh stres, kita cenderung lebih fokus pada potensi ancaman atau bahaya, yang sering kali tidak benar-benar ada. Selain itu, kelelahan dapat mengurangi ketajaman pengamatan, membuat pengendara kurang mampu menilai situasi secara objektif dan lebih mungkin merasa ada yang mengikuti tanpa alasan yang jelas.
Kelelahan juga mengurangi kemampuan pengendara untuk tetap tenang dan fokus, sehingga setiap pergerakan kendaraan lain di jalan bisa terkesan lebih mengancam atau lebih dekat dari yang sebenarnya. Perasaan "diikuti" sering kali lebih intens ketika pengendara merasa tertekan, lelah, atau tidak memiliki kontrol penuh atas situasi di sekitarnya.