Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi motor balap (Pexels/Luis Contf)
Ilustrasi motor balap (Pexels/Luis Contf)

Intinya sih...

  • Tenangkan diri sebelum berkendara

  • Hindari kecepatan tinggi dan manuver agresif

  • Fokus pada tujuan, bukan perasaan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap orang pasti pernah merasa kesal atau marah, entah karena pekerjaan, urusan rumah, atau masalah di jalan. Dalam kondisi emosi seperti itu, banyak orang memilih untuk “melarikan diri” sejenak dengan naik motor. Angin jalanan memang bisa membantu menenangkan pikiran. Namun, naik motor dalam keadaan marah juga bisa berbahaya jika tidak dikendalikan dengan baik. Emosi yang belum stabil bisa memengaruhi konsentrasi, refleks, dan cara mengemudi.

Tak sedikit kecelakaan di jalan yang berawal dari pengendara yang sedang marah atau frustrasi. Saat pikiran penuh emosi, pengendara cenderung memacu motor lebih cepat, menyalip secara agresif, atau tidak memperhatikan sekitar. Oleh karena itu, kalau kamu memang harus berkendara meski sedang emosi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tetap aman dan tidak menyesal kemudian.

1. Tenangkan diri sebelum menyalakan mesin

Ilustrasi memanaskan mesin motor (pexels.com/Pragyan Bezbaruah)

Sebelum menarik gas, ambil waktu sebentar untuk menarik napas dalam-dalam. Jangan langsung tancap gas hanya karena ingin cepat pergi. Duduklah di atas motor, hirup udara pelan-pelan, dan fokuskan pikiranmu kembali ke kondisi jalan di depan. Kadang, dua atau tiga menit menenangkan diri bisa mengubah cara berpikirmu.

Kalau emosi sedang benar-benar tinggi, lebih baik tunda perjalanan sebentar. Minum air putih, dengarkan musik santai, atau duduk di tempat teduh. Dengan begitu, kamu memberi kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk menurunkan kadar adrenalin sebelum benar-benar berkendara.

2. Hindari kecepatan tinggi dan manuver agresif

ilustrasi motor sport (pexels.com/ClickerHappy)

Ketika marah, tangan dan kaki cenderung refleks bergerak lebih cepat — gas diputar lebih dalam, rem ditekan mendadak, atau belokan diambil terlalu tajam. Inilah momen paling berisiko. Cobalah untuk sadar pada kebiasaan ini. Atur kecepatan agar tetap dalam batas aman, dan hindari keinginan untuk “menyalurkan emosi” lewat kecepatan.

Jika kamu merasa tidak bisa menahan diri, pilih rute yang lebih sepi atau lebih pendek agar tidak tergoda untuk ngebut. Ingat, motor bukan alat pelampiasan amarah. Sekali saja kamu kehilangan fokus, akibatnya bisa fatal — bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain di jalan.

3. Fokus pada tujuan, bukan perasaan

ilustrasi touring naik motor (pexels.com/Zaur Takhgiriev)

Saat emosi, pikiran sering melayang ke hal yang membuat marah. Akibatnya, fokus pada jalan jadi menurun. Coba ubah cara berpikir: tanamkan dalam diri bahwa tujuan utama sekarang adalah sampai di tempat tujuan dengan selamat. Jangan biarkan pikiran soal pertengkaran, pekerjaan, atau masalah pribadi menguasai konsentrasi.

Jika perlu, alihkan pikiran dengan mengingat hal-hal positif, seperti orang yang menunggu di rumah atau rencana kecil yang menyenangkan setelah sampai nanti. Motor hanyalah alat untuk bergerak, bukan untuk melampiaskan perasaan.

Marah adalah hal manusiawi, tapi keselamatan di jalan tetap nomor satu. Dengan sedikit kesabaran dan kesadaran diri, naik motor bisa justru membantu menenangkan emosi, bukan memperburuk keadaan. Karena pada akhirnya, lebih baik sampai dengan selamat daripada menyesal karena terbawa emosi di jalan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team