Jakarta, IDN Times - Iran melakukan serangan ke Israel menggunakan ratusan drone dan rudal pada Sabtu (13/3/2024) malam. Serangan Iran yang merupakan salah satu produsen minyak terebsar di dunia akan memicu naiknya harga minyak dunia.
Adapun produsen minyak terbesar di dunia tahun lalu adalah Amerika Serikat (AS), yang merupakan sekutu Israel. Diperkirakan negara Abang Sam itu akan mempertahankan posisinya pada tahun ini.
Dikutip dari Visual Capitalist, berdasarkan data dari Energy Information Administration (EIA) AS tahun lalu, AS, Rusia, dan Arab Saudi secara kolektif menyumbang 32,7 juta barel per hari terhadap produksi minyak global sepanjang tahun lalu. Volume itu setara 40 persen produksi minyak global.
Ketiga negara ini secara konsisten mendominasi produksi minyak sejak 1971. Namun, posisi terdepan di antara ketiga negara tersebut bergantian selama lima dekade terakhir.
Sebaliknya, produksi gabungan dari tiga produsen terbesar berikutnya, yakni Kanada, Irak, dan China mencapai 13,1 juta barel per hari pada 2023.
Tidak ada negara yang kemungkinan akan melampaui rekor produksi yang dicapai AS pada tahun lalu dalam waktu dekat. Itu karena tidak ada produsen lain yang pernah mencapai kapasitas harian sebesar 13 juta barel.
Perusahaan milik negara Arab Saudi, Saudi Aramco baru-baru ini, membatalkan rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 13 juta barel per hari pada 2027.
Sementara itu, para analis memperkirakan AS akan mempertahankan posisinya sebagai produsen minyak terbesar pada tahun ini. Faktanya, menurut Macquarie Group, produksi minyak AS diperkirakan akan mencapai rekor sekitar 14 juta barel per hari pada akhir tahun ini.
Berikut daftar 10 negara produsen minyak terbesar di dunia menurut data EIA AS pada 2023: