Jakarta, IDN Times - Perkembangan e-commerce yang begitu pesat mulai menimbulkan keresahan dari sisi konsumen terhadap janji-janji palsu. Konsumen cenderung lebih suka e-commerce yang bisa diandalkan dibandingkan dengan gimik berlebihan dan cenderung sensasional.
Data pengaduan dari berbagai kanal, termasuk Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada 2024 mencatat 144 pengaduan konsumen terhadap e-commerce. Dalam data tersebut ada tiga keluhan terbesar konsumen yang tetap sama dari waktu ke waktu, yakni pengembalian barang dipersulit, barang tidak sesuai, dan penipuan serta pembobolan.
Tiga hal mendasar yang seharusnya sudah menjadi standar, kini justru kerap terasa seperti layanan tambahan atau malah tak tersedia sama sekali.
Atas situasi tersebut, Blibli merasa perlu untuk kembali ke akar. Sejak awal berdiri, Blibli memilih untuk mau repot memastikan hal-hal dasar seperti keaslian produk, kejelasan waktu kirim, proses retur sederhana, hingga perlindungan produk yang komprehensif benar-benar terpenuhi. Bukan karena sedang tren, tetapi karena itu memang seharusnya menjadi hal yang diutamakan.
“Blibli memahami bahwa kepastian layanan adalah prioritas utama bagi pelanggan saat ini, bukan sekedar daya tarik promosi. Melalui manifesto No Blabla di Blibli, kami menegaskan kembali komitmen ini yang kini menjadi bagian dari visi, misi, dan nilai inti kami sebagai platform perdagangan dan gaya hidup omnichannel. Bagi kami, kepercayaan terwujud melalui pengalaman nyata yang dirasakan pelanggan, bukan sekadar janji manis,” kata Chief Operations Officer and Co-founder Blibli, Lisa Widodo dalam keterangan tertulis yang diteriima IDN Times, Rabu (16/7/2025).
Lisa menambahkan, No Blabla di Blibli bukan kampanye baru, melainkan penegasan atas value added yang sejak awal dipegangnya. Filosofi ini diterjemahkan ke dalam empat jaminan utama, yang kini diperkuat agar semakin relevan dengan kebutuhan pelanggan masa kini: