4 Kiat Sukses Jalani Bisnis ala Founder Artotel dan Bos Aladin Syariah

Dyota M Marsudi menuturkan, sebagai orang yang diberikan kepercayaan untuk memimpin Aladin Syariah, dia tak pernah mau berhenti belajar. Tak hanya perlu menggunakan kesempatan yang baik untuk bertanggung jawab atas bisnis yang dijalankan, Dyota juga tetap mau belajar. 

"Ya ini kan kita diberikan kepercayaan ya, jadi dari semua orang yang diberikan kesempatan, yang diberikan tanggung jawab, ya kita menjadi di posisi yang ga cuma untuk membangun bisnis atau mitra, tetapi juga sambil belajar," kata Dyota. 

Dyota juga menambahkan bahwa belajar bisa dari siapa saja.

"Terus dekat keluarga, teman, kita bisa dengerin bermentor, autodidak. Saat melakukan itu kita bisa belajar dengan siapa itu penting, bisa belajar dengan teman, minta pendapat senior. Jadi kalau ada tantangan bidang tertentu ya kita ke orang tertentu," jelas Dyota. 

Sementara itu, Founder dan CEO Artotel Group Erastus Radjimin yang akrab disapa Eri mengatakan belajar dari pengalaman orang lain pun penting dilakukan pebisnis. Membuka pikiran dengan berdiskusi, kata Eri, menjadi awal mula pebisnis. 

"Sebenernya pengalaman ya, jadi kita pasti banyak denger orang tua karena kita muda tapi belum gua, sedangkan yang tua udah pernah muda. Jadi open minded aja ngobrol pengalaman, itu bisa membantuk untuk kerjasama, nasihat itu penting," jelas Eri.

Bagi Dyota, mindset mempengaruhi kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaan. Berat atau tidaknya pekerjaan yang dijalani akan tergantung pada mindset sesorang. "Itu kan mindset ya, jadi kalo menganggap ini sebagai beban jadinya berat," kata Dyota.

Perasaan senang menjadi kiat sukses Dyota dalam membangun bisnis. "Prinsipnya dipegang terus, happy itu dari dalam."

Dia mengatakan dirinya selalu menganggap apa yang ia jalani saat ini merupakan kesempatan yang baik. 

"Kalau misalnya kita melihat ini sebagai kesempatan ya betul untuk berkontribusi ke tim atau customer atau masyarakat ya belajar, jadinya beberapa hari yang lumayan capek itu menjadi senang. Jadi saya pribadi ga merasa terbebani," tambahnya.

Eri punya kiat khusus terkait persoalan mental yang perlu dibentuk dalam perusahaan. Dia menuturkan, dirinya selalu mengangap dirinya menjadi seseorang yang paling bodoh di kantor. 

"Jadi memang mentalnya harus jadi orang paling bodoh aja di kantor. Jadi gimana melihat orang yang di sekeliling kita adalah orang-orang hebat," ungkap Eri. 

Eri juga mengutarakan, seorang pebisnis juga memerlukan tim yang mampu bekerja dengan sejalan sesuai visi dan misi perusahaan. Bisnis tidak akan bisa maju hanya dengan apa yang dilakukan founder atau pemimpinnya.

"Sehebat-hebatnya founder atau pebisnis, kalo timnya loyo ga bakal bisa jalan," ujar Eri. 

Dalam diskusi tersebut, Dyota juga menyebutkan seseorang perlu menjadi apa adanya dan menjalani porsi masing-masing dalam membangun bisnis. "Jadi kita kan kontribusinya beda-beda, macem-macem, jadi ga semuanya bisa sama atau jago."

Dia tidak pernah mempersoalkan pakaian seseorang dalam timnya.Baginya, selagi orang tersebut mampu bekerja sama dengan baik itu hal yang perlu diperhatikan.

"Yaudah apa adanya, mau pakai batik, jas, kaos, yang penting sopan itu tidak terlalu masalah," kata Dyota. "Jadi kita punya culture yang pas, bekerjasama dengan baik ga itung-itungan itu yang kita tekankan," tambahnya.