5 Dampak Positif buat RI usai Trump Pangkas Tarif Jadi 19 Persen

- Pemangkasan tarif impor resiprokal Trump menjadi 19 persen menguntungkan ekspor Indonesia, meningkatkan daya saing produk dan sentimen pasar positif.
- Sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia, investor asing lebih percaya diri, arus modal masuk mendukung IHSG dan obligasi. Rupiah diperkirakan lebih stabil.
- Komitmen pemerintah untuk meningkatkan impor energi dan pesawat dari Amerika Serikat, diuntungkan sektor aviasi dan infrastruktur dengan kerja sama jangka panjang.
Jakarta, IDN Times - Pemangkasan tarif impor resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menjadi sebesar 19 persen jadi kabar baik bagi pelaku usaha Indonesia.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia, Juan Permata Adoe membeberkan setidaknya ada lima dampak positif dari pemangkasan tarif itu.
1. Daya saing ekspor naik dan pelaku ekspor diuntungkan

Dampak positif pertama adalah daya saing ekspor produk Indonesia akan meningkat, sebab tarif yang dikenakan Trump pada produk Indonesia lebih rendah, dari semula 32 persen menjadi 19 persen. Kedua, pemangkasan tarif akan menguntungkan ekspor tekstil hingga manufaktur.
"Tekstil, alas kaki, furniture, agrikultur, manufaktur, beban turun, profit naik, saham sektor ini bisa menguat," kata Juan kepada IDN Times, Rabu (16/7/2025).
2. Sentimen pasar positif dan rupiah menguat

Pemangkasan tarif itu juga jadi kabar baik bagi pelaku pasar keuangan. Dia mengatakan, hasil negosiasi dengan Trump itu akan memberi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia.
"Tarif turun sinyal hubungan dagang membaik, investor asing lebih percaya diri, arus modal masuk mendukung IHSG dan obligasi," ucap Juan.
Dampak positif keempat adalah pergerakan rupiah yang diperkirakan lebih stabil.
"Ekspor dan investasi masuk, tekanan ke rupiah berkurang, stabilitas makro lebih terjaga," ujar Juan.
3. Menguntungkan sektor aviasi dan infrastruktur

Untuk meraih kesepakatan dengan Trump, pemerintah berkomitmen meningkatkan impor energi dan pesawat.
Dari dokumen yang didapat IDN Times, Indonesia sebelumnya telah mengakukan proposal penawaran ke AS, yakni Indonesia akan mengimpor gas senilai 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp48,6 triliun, dan minyak mentah senilai 4,25 miliar dolar AS atau sekitar Rp68,85 triliun. Begitu juga dengan bensin senilai 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp129,6 triliun.
Di sektor aviasi, ada komitmen pembelian pesawat dari Boeing hingga 50 unit, dengan nilai 3,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp51,8 triliun. Indonesia juga berkomitmen memakai layanan perawatan pesawat AS dengan nilai 11,2 miliar dolar AS atau setara Rp181,4 triliun.
Menurut Juan, sektor energi dan aviasi akan diuntungkan dengan kerja sama itu.
"Impor pesawat dan energi jadi beban devisa, tapi mendukung kerja sama jangka panjang, sektor aviasi dan infrastruktur diuntungkan," ucap Juan.
