Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengertian Derivatif Investasi: Jenis, Dasar Hukum, dan Manfaat

ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/rawpixel.com)

Derivatif adalah salah satu instrumen investasi yang kompleks namun menjanjikan potensi keuntungan besar. Nilainya berasal dari aset acuan, seperti saham, komoditas, obligasi, hingga indeks. Instrumen ini kerap digunakan investor profesional untuk lindung nilai (hedging ) maupun spekulasi.

Di Indonesia, transaksi derivatif telah memiliki dasar hukum yang jelas. Namun, sebelum mulai berinvestasi, penting untuk memahami mekanisme, manfaat, dan risiko yang menyertainya. Mari telusuri lebih dalam lewat ulasan berikut!

1. Pengertian derivatif secara sederhana

ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/Freepik)
ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/Freepik)

Secara sederhana, derivatif adalah kontrak keuangan antara dua pihak yang nilainya bergantung pada harga aset lain. Aset yang dimaksud bisa berupa saham, komoditas, indeks, atau bahkan suku bunga.

Dalam praktiknya, derivatif digunakan untuk membeli atau menjual aset di masa depan pada harga yang telah disepakati. Karena melibatkan proyeksi harga, derivatif memiliki potensi imbal hasil tinggi sekaligus risiko yang signifikan.

Derivatif juga diperdagangkan dalam dua bentuk: di bursa resmi atau over-the-counter (OTC). Di Indonesia, derivatif keuangan diawasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan derivatif komoditas diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Meski peluang keuntungannya besar, risiko instrumen ini juga tinggi karena bergantung pada prediksi harga di masa mendatang.

2. Landasan hukum dan regulasi derivatif

ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/pressfoto)
ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/pressfoto)

Transaksi derivatif di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang jelas. Tujuannya untuk memberikan kepastian hukum serta perlindungan bagi pelaku pasar. Beberapa regulasi yang menjadi landasan hukum derivatif adalah:

  • UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
  • PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
  • SE Bapepam No. SE-01/PM/2002 tentang Kontrak Berjangka Indeks Efek
  • Kep Bapepam No. Kep-07/PM/2003 tentang Penetapan Kontrak Berjangka atas Indeks Efek sebagai Efek
  • Peraturan Bapepam No. III.E.1 Tahun 2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek
  • Persetujuan tertulis Bapepam No. S-356/PM/2004 terkait KBIE-LN (DJIA & DJ Japan Titans 100)

Dengan regulasi tersebut, investor mendapat perlindungan dalam melakukan aktivitas investasi derivatif. Aturan ini memberikan kepastian hukum dan meningkatkan kepercayaan pelaku pasar terhadap instrumen keuangan tersebut. Meski begitu, penting bagi investor untuk memahami isi kontrak dan legalitas perusahaannya sebelum terjun agar tidak terjebak dalam praktik yang merugikan.

3. Ketentuan pajak dalam transaksi derivatif

ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/yanalya)
ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/yanalya)

Salah satu hal penting dalam transaksi derivatif adalah kewajiban pajak yang melekat. Pemerintah mengaturnya dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2009 tentang PPh atas transaksi derivatif berupa kontrak berjangka. Pajak yang dikenakan termasuk dalam kategori PPh final.

Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa derivatif dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) final sebesar 2,5% dari margin awal. Ketentuan ini berlaku untuk kontrak yang diperdagangkan di bursa berjangka resmi. Pajak ini tidak berlaku untuk derivatif over-the-counter yang tidak melalui bursa, tetapi bisa dikenakan pajak penghasilan umum sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Manfaat derivatif bagi investor

ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/rawpixel.com)

Salah satu manfaat utama derivatif adalah sebagai instrumen lindung nilai (hedging ). Perusahaan atau investor dapat menggunakan derivatif untuk melindungi nilai asetnya dari risiko fluktuasi harga, seperti nilai tukar atau suku bunga. Misalnya, perusahaan eksportir dapat menggunakan kontrak forward untuk mengunci nilai tukar tertentu agar terhindar dari risiko depresiasi mata uang.

Di sisi lain, derivatif juga dimanfaatkan untuk diversifikasi portofolio dan peningkatan likuiditas aset. Instrumen ini juga memungkinkan investor mengambil posisi di pasar tanpa perlu memiliki aset fisiknya. Oleh karena itu, derivatif adalah pilihan tepat bagi yang ingin mengejar peluang investasi dari fluktuasi harga jangka pendek.

5. Macam derivatif dan penerapannya

ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/jcomp)
ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/jcomp)

Secara umum, derivatif terbagi dalam dua kategori utama: over-the-counter (OTC) dan exchange-traded. Di dalamnya terdapat beberapa jenis kontrak. Berikut adalah empat jenis derivatif utama yang umum digunakan di pasar keuangan:

1. Forward contract (kontrak serah)

Perjanjian antara dua pihak untuk membeli atau menjual aset di masa depan dengan harga yang telah disepakati. Transaksi ini tidak melalui bursa dan bersifat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan kedua pihak. Kontrak forward biasanya digunakan oleh pelaku bisnis untuk melindungi diri dari fluktuasi harga yang tidak diinginkan. Dalam praktiknya, kontrak ini sangat berguna bagi eksportir dan importir yang memiliki eksposur terhadap pergerakan mata uang.

2. Futures contract (kontrak berjangka)

Mirip dengan forward, tetapi diperdagangkan di bursa resmi. Kontrak ini distandarisasi, artinya memiliki ketentuan baku seperti ukuran kontrak, kualitas aset, dan tanggal jatuh tempo. Karena diperdagangkan di bursa, futures memiliki transparansi harga yang lebih tinggi dan jaminan dari lembaga kliring. Hal ini menjadikannya lebih aman dan likuid dibanding kontrak forward.

3. Options (kontrak opsi)

Memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pembeli untuk membeli (call option ) atau menjual (put option ) aset pada harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Penjual opsi, sebaliknya, berkewajiban memenuhi kontrak bila opsi dieksekusi. Instrumen ini memberikan fleksibilitas bagi investor untuk mengambil posisi tanpa risiko penuh. Opsi juga sering digunakan untuk strategi lindung nilai atau spekulasi terarah terhadap pergerakan harga.

4. Swap

Perjanjian untuk menukar arus kas di masa depan berdasarkan parameter tertentu. Contoh yang umum adalah interest rate swap, di mana dua pihak menukar pembayaran bunga berdasarkan tingkat suku bunga tetap dan mengambang. Swap sering digunakan oleh institusi keuangan untuk mengelola eksposur risiko suku bunga dan mata uang. Instrumen ini tidak diperdagangkan di bursa, sehingga termasuk dalam kategori OTC.

Dengan variasi tersebut, derivatif adalah alat investasi fleksibel yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pelaku pasar. Investor bisa memilih jenis kontrak yang paling sesuai dengan tujuan investasinya, baik untuk lindung nilai maupun spekulasi. Fleksibilitas ini menjadi daya tarik utama derivatif di tengah dinamika pasar keuangan global.

6. Potensi risiko dalam penggunaan derivatif

ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/pressfoto)
ilustrasi kontrak kesepakatan (freepik.com/pressfoto)

Meskipun manfaatnya besar, derivatif juga memiliki risiko tinggi. Salah satunya adalah risiko pasar, yaitu perubahan harga aset dasar yang tidak sesuai prediksi sehingga menyebabkan kerugian besar. Risiko ini sering dialami oleh spekulan yang kurang cermat membaca tren pasar.

Selain itu, derivatif juga memiliki risiko likuiditas, di mana sulit untuk menjual kontrak sebelum jatuh tempo karena minimnya peminat. Hal ini bisa menghambat investor untuk melakukan penyesuaian strategi dengan cepat dalam situasi pasar yang berubah. Risiko ini dapat berdampak pada ketersediaan dana dan fleksibilitas dalam portofolio investasi.

Ada pula risiko kredit, terutama pada transaksi OTC, jika salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya. Risiko ini muncul karena tidak adanya lembaga kliring yang menjamin transaksi. Ketika salah satu pihak wanprestasi, kerugian bisa sangat besar bagi pihak lawan transaksi.

Risiko hukum dan operasional juga patut diperhatikan, misalnya ketidaksesuaian regulasi atau kesalahan administratif. Kesalahan kecil dalam pencatatan atau pelaksanaan kontrak bisa menimbulkan konsekuensi hukum yang merugikan. Oleh karena itu, pemahaman mendalam dan manajemen risiko yang baik sangat penting bagi siapa pun yang ingin terjun ke dunia derivatif.

Derivatif adalah kontrak keuangan kompleks yang bisa membawa keuntungan besar sekaligus kerugian mendalam. Dengan dasar hukum yang kuat dan potensi diversifikasi investasi, derivatif tetap layak dipertimbangkan, asalkan disertai pemahaman mendalam. Bagi kamu yang ingin menjelajah dunia investasi lebih dalam, derivatif bisa jadi langkah lanjutan yang menantang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us