Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi merintis usaha (pexels.com/Greece-China News)

Jakarta, IDN Times – Indeks manajer pembelian (PMI) resmi China turun menjadi 49,0, level terendah sejak Mei 2023. Penurunan ini menandai kontraksi pertama sejak Januari, mematahkan tren ekspansi di Maret 2025. Data ini dirilis Biro Statistik Nasional China pada Rabu (30/4/2025).

Angka itu meleset dari proyeksi analis yang memperkirakan PMI berada di 49,8 menurut survei Reuters. Penurunan tajam terjadi setelah ekspor China melonjak bulan lalu, menyusul upaya menghindari tarif baru dari Amerika Serikat (AS). Kini, tekanan eksternal akibat perang dagang memicu gejolak baru di sektor manufaktur.

“Kontraksi ini disebabkan perubahan tajam di lingkungan eksternal dan faktor lainnya,” kata Zhao Qinghe dari Biro Statistik Nasional, dikutip dari CNN Internasional, Rabu (30/4/2025).

1. Permintaan, produksi, dan ekspor China ikut melemah drastis

ilustrasi ekspor (pexels.com/Mark Stebnicki)

Subindeks produksi dan pesanan baru masing-masing jatuh ke 49,8 dan 49,2, mengindikasikan lemahnya permintaan. Sementara itu, harga bahan baku dan harga output ikut turun menjadi 47,0 dan 44,8. Tekanan ini menandakan hilangnya momentum pemulihan industri sejak awal tahun.

Pesanan ekspor baru anjlok ke 44,7, level terendah sejak akhir 2022 saat pandemik masih berlangsung. Lapangan kerja juga merosot di hampir semua sektor, kecuali jasa yang naik tipis namun masih berada di zona kontraksi dengan indeks 46,8. Sektor non-manufaktur pun tak luput, dengan PMI jasa dan konstruksi melemah ke 50,4.

Di sisi swasta, PMI Caixin/S&P Global juga melambat ke 50,4 dari 51,2 bulan sebelumnya. Meski tetap berada di atas ambang ekspansi, perlambatan ini mencerminkan tekanan yang meluas, bahkan dalam survei non-pemerintah.

2. Tarif Trump picu kekacauan dagang dan ancaman ke PDB China

Editorial Team

Tonton lebih seru di