TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dampak COVID-19, CORE Proyeksi Ekonomi RI Anjlok ke 2 Persen di 2020

Jauh lebih rendah dibanding capaian tahun sebelumnya

(Ilustrasi ekonomi) IDN Times/Arief Rahmat

Jakarta, IDN Times - Wabah virus corona membuat perekonomian global mengalami ketidakpastian. Hal itu turut mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini juga akan sangat dipengaruhi seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh penyebaran wabah COVID-19, dan seberapa cepat respons untuk menanggulanginya.

"Respons pemerintah dan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan, seperti penutupan sekolah, work from home khususnya pekerja sektor formal, penundaan dan pembatalan berbagai event-event pemerintah dan swasta, membuat roda perputaran ekonomi melambat," ujar Faisal dalam keterangan resmi yang dikutip, Selasa (31/3).

Baca Juga: Keluh Kesah Petani Buah Kota Batu di Tengah Wabah Virus Corona 

1. CORE memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran -2 sampai 2 persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 5 tahun di era Presiden Joko Widodo. (IDN Times/Arief Rahmat)

Faisal mengatakan, CORE memproyeksikan ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya akan tumbuh di kisaran -2 persen sampai 2 persen. Proyeksi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia itu bisa terjadi bila wabah virus corona berakhir pada Juni 2020.

Proyeksi itu jauh lebih rendah dibanding capaian tahun lalu sebesar 5,02 persen dan target dalam asumsi APBN 2020 sebesar 5,3 persen.

"CORE memastikan prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Puncak tekanan ekonomi diperkirakan akan terjadi pada kuartal kedua, dan setelahnya (kuartal ketiga dan keempat) akan masuk masa pemulihan," tuturnya.

Ia menambahkan, masih ada skenario terburuk bila virus corona masih terus terjadi melebihi perkiraan. Peluang ekonomi Indonesia untuk tumbuh positif akan semakin menipis.

"Negara-negara yang menjadi mitra utama ekspor Indonesia juga mengalami hal serupa. Dalam kondisi tersebut, tekanan permintaan domestik dan global akan lebih lama, sehingga sangat kecil peluang ekonomi akan tumbuh positif," dia menegaskan.

2. Konsumsi swasta, yang menyumbang hampir 60 persen pergerakan ekonomi nasional, dipastikan akan mengalami kontraksi

Ilustrasi Supermarket (IDN Times/Sunariyah)

Penjualan retail, baik di pasar tradisional maupun pasar modern dipastikan turun. Bahkan, sebelum kasus COVID-19 teridentifikasi di Indonesia, data Indeks Penjualan Riil yang dikeluarkan Bank Indonesia sudah menunjukkan kontraksi 0,3 persen pada Januari 2020.

"Penjualan mobil pun selama Januari dan Februari turun 2,4 persen (yoy). Indikasi turunnya konsumsi swasta juga diperlihatkan oleh anjloknya perjalanan wisata baik domestik ataupun asing," jelas Faisal.

BPS mencatat, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara turun 7,62 persen pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019. Sementara itu, wisatawan Nusantara turun 3,1 persen pada periode yang sama.

"Tekanan pada konsumsi swasta ini dipastikan akan lebih dalam pada bulan Maret dan juga bulan-bulan berikutnya," imbuh dia.

3. Terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi global, khususnya negara-negara tujuan ekspor

Ilustrasi ekspor. (IDN Times/Arief Rahmat)

Terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi global, khususnya negara-negara tujuan ekspor dan pelemahan harga-harga komoditas, akan memberikan tekanan pada ekspor Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor jasa khususnya jasa perjalanan atau pariwisata. Apalagi, negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah menjadi pusat pandemi yang telah melampaui kasus yang terjadi di Tiongkok.

Di sisi lain, sebagai akibat turunnya kegiatan ekonomi domestik, impor khususnya bahan baku dan modal juga mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu.

"Dengan demikian, penurunan ekspor juga akan dibarengi dengan penurunan impor, sehingga pengaruh net-ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini relatif kecil, sebagaimana tahun lalu yang memberikan kontribusi -0,5 persen terhadap PDB," ujarnya.

Tidak hanya itu, meluasnya kekhawatiran masyarakat dan investor terhadap wabah virus corona, menyebabkan minat investasi juga akan turun signifikan, sehingga pertumbuhan investasi baru akan melambat. Proyek-proyek investasi yang dikelola pemerintah dan BUMN akan tetap berlangsung, meskipun juga akan turun sejalan dengan imbauan social distancing bagi para pekerja.

Impor barang modal yang menjadi salah satu leading indicators Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) pada bulan Januari dan Februari 2020, sudah mengalami kontraksi 10,6 persen (yoy).

Baca Juga: Dampak Virus Corona, Nasabah KPR Bisa Tunda Bayar Cicilan Rumah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya