10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar Utang

10 negara ini perlu mendapatkan bantuan

Jakarta, IDN Times - Jumlah negara berkembang yang ada di pinggir jurang akibat krisis utang diperkirakan bertambah. Hal itu seiring dengan semakin dekatnya pertemuan musim gugur Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) yang menghadirkan para gubernur bank sentral, menteri keuangan, dan pemimpin dunia.

Inflasi meninggi, meningkatnya bunga pinjaman, dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS), membuat pembayaran utang jadi semakin berat. Hal itu kemudian membuat beberapa negara berkembang terdorong ke jurang kesulitan tahun lalu.

Berikut ini 10 negara yang tengah menghadapi krisis utang atau telah gagal dalam membayar pinjaman internasional seperti dikutip dari theeastafrican.co.ke.

1. Mesir

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar UtangIllustrasi peradaban Mesir kuno (unsplash.com/@spencerdavis)

Perekonomian Mesir yang bergantung pada pariwisata mendapatkan pukulan telak saat pandemik COVID-19 menyerang tiga tahun lalu. Lonjakan harga makanan dan energi membuat Mesir kekurangan dolar hingga terpaksa harus berjuang membayar utang yang terus meningkat.

Pembatasan impor dan mata uang telah membebani aktivitas ekonomi dan kekurangan mata uang asing terus berlanjut meskipun terjadi tiga devaluasi yang cukup besar sejak Maret 2022. Inflasi Mesir sekarang berada pada level tertinggi lebih dari lima tahun di atas 30 persen.

Baca Juga: AHY: Sembilan Tahun Ekonomi Mandek, Utang Meroket

2. El Salvador

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar UtangPotret suasana di El Salvador (instagram.com/elsalvador_bello)

El Salvador menyelesaikan pembayaran obligasi 600 juta dolar AS pada Januari. Negara Amerika Tengah itu kini memiliki sekitar 6,4 miliar Eurobonds yang beredar. Adapun pembayaran berikutnya belum jatuh tempo hingga 2025.

Kekhawatiran tentang biaya layanan utang El Salvador yang tinggi dan rencana pembiayaan serta kebijakan fiskalnya telah menekan obligasinya ke dalam wilayah sangat tertekan.

Tekanan terhadap perekonomian El Salvador semakin berat setelah mereka melegalkan bitcoin pada September 2021. Hal itu otomatis menutup pembiayaan dari IMF.

Kendati begitu, IMF mengakui risiko atas penggunaan bitcoin di El Salvador sampai saat ini masih belum terwujud.

3. Ghana

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar Utangfreepik.com/natanaelginting

Ghana tengah berada dalam titik nadir. Krisis ekonomi yang dideritanya merupakan terburuk dalam satu generasi.

Negara di Afrika Barat tersebut menghabiskan 40 persen APBN-nya untuk pembayaran utang tahun lalu.

Ghana telah mendapatkan pinjaman dari IMF senilai tiga miliar dolar AS pada Desember 2022 lalu. Kendati begitu, Ghana masih perlu mendapatkan jaminan pembiayaan dari pemberi pinjaman bilateral untuk mencapai kesepakatan akhir.

Produsen kakao, emas, dan minyak tersebut, telah mencapai kesepakatan untuk menghapus utang dalam negeri. Pekan lalu, Ghana telah memulai pembicaraan utang formal dengan pemegang obligasi internasional.

4. Lebanon

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar UtangKeadaan di wilayah pelabuhan yang mengalami kerusakan akibat ledakan yang terjadi kemarin di Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Azakir)

Sistem keuangan Lebanon mulai goyang pada 2019, setelah dalam beberapa dekade salah urus dan maraknya korupsi di awal 2020. Sistem tersebut perlahan mulai hancur. Lebanon pun tidak memiliki kepala negara dan kabinet yang diandalkan secara penuh sejak 31 Oktober 2022.

Lebanon kemudian meraih kesepakatan pinjaman dari IMF sebesar tiga miliar dolar AS pada April 2022. Namun, IMF baru-baru ini memberi peringatan, Lebanon tengah berada dalam situasi berbahaya lantaran penundaan reformasi yang berdampak pada lambatnya perbaikan perbankan dan nilai tukar.

Beirut kemudian mendevaluasi nilai tukar resmi untuk pertama kalinya dalam 25 tahun pada Februari 2023. Bulan lalu, Bank Sentral Lebanon mengatakan akan mulai menjual dolar AS dalam jumlah tak terbatas guna menghentikan devaluasi yang melonjak.

5. Malawi

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar UtangMalawi menjadi salah satu negara dengan tarif internet termahal di dunia (britannica.com)

Malawi bergulat dengan kekurangan devisa dan defisit anggaran sekitar 1,30 miliar dolar AS atau 8,7 persen dari PDB.

Negara di Selatan Afrika yang bergantung pada donor tersebut sedang mencoba merestrukturisasi utangnya untuk mendapatkan lebih banyak dana dari IMF.

6. Pakistan

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar Utangpotret sudut Kota Islamabad, Pakistan (unsplash.com/Mohammad Hassan Mukhtar Ahmad)

Gejolak politik dan ekonomi selama berbulan-bulan, diperburuk oleh banjir pada tahun lalu, serta rekor inflasi menempatkan Pakistan di zona bahaya.

China setuju memberikan pembiayaan kembali senilai 1,8 miliar dolar AS yang telah dikreditkan ke Bank Sentral Pakistan. Pada bulan lalu, China juga menggulirkan pinjaman dua miliar dolar AS yang telah jatuh tempo awal Maret 2023. Itu menjadi bantuan selama krisis akut neraca pembayaran Pakistan.

Namun, pembicaraan dengan IMF untuk pinjaman 1,1 miliar dolar AS, bagian dari bailout 6,5 miliar pada kesepakatan 2019 telah tertunda dan berlarut-larut. Sementara itu, cadangan devisa Pakistan turun menjadi kurang dari empat minggu impor.

7. Tunisia

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar Utangilustrasi bendera Tunisia (pixabay.com/www_slon_pics)

Perekonomian Tunisia yang bergantung pada pariwisata berada dalam krisis. Hal itu berujung pada kekurangan bahan pokok di dalam negeri. Di sisi lain, pinjaman IMF sebesar 1,9 miliar dolar AS telah berhenti selama berbulan-bulan lantaran Presiden Tunisia minim menunjukkan tindakan dalam reformasi.

Sebagian utang yang diderita Tunisia bersifat internal, tetapi pembayaran pinjaman luar negeri bakal jatuh tempo pada akhir tahun ini.

Oleh karena itu, Lembaga Pemeringkat Kredit mengatakan Tunisia memiliki kemungkinan besar mengalami gagal bayar.

Baca Juga: Bayar Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa Juni Susut US$1,8 Miliar

8. Sri Lanka

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar UtangKolombo, Srilanka (unsplash.com/BrianKyed)

Sri Lanka gagal membayar utang internasionalnya tahun lalu setelah salah urus ekonomi dan diperburuk oleh pandemik COVID-19. Itu kemudian memicu krisis politik, hingga membiarkan Sri Lanka tanpa dolar bahkan untuk kebutuhan impor bahan-bahan penting.

IMF yang menandatangani paket bailout tiga miliar dolar AS bulan lalu dapat membantu negara kepulauan Asia Selatan itu mendapatkan dukungan tambahan hampir empat miliar dolar AS dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan pemberi pinjaman lainnya.

Pejabat Sri Lanka kemudian bertujuan untuk menyelesaikan pembicaraan restrukturisasi utang pada September. Sejalan dengan itu, Sri Lanka juga sedang mengerjakan ulang sebagian dari utang dalam negerinya dan bertujuan untuk menyelesaikannya pada Mei.

9. Ukraina

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar UtangPresiden RI Jokowi bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (dok. Sekretariat Presiden)

Ukraina baru saja mendapatkan bantuan tahap pertama senilai 2,7 miliar dolar AS di bawah program pinjaman IMF selama empat tahun dengan total 15,6 miliar dolar AS. Itu merupakan bagian dari paket dukungan global yang jumlahnya mencapai 115 miliar dolar AS.

Negara Eropa Timur itu menangguhkan semua pembayaran utang tahun lalu setelah invasi Rusia dan perlu merestrukturisasi pinjamannya ketika situasi dalam negerinya telah stabil.

IMF memperkirakan Ukraina membutuhkan tiga sampai empat miliar dolar AS per bulan untuk menjaga negaranya tetap berjalan. Sementara itu, biaya membangun kembali ekonomi Ukraina diperkirakan menelan biaya hingga 411 miliar dolar AS.

10. Zambia

10 Negara yang Ada di Titik Nadir, Gak Bisa Bayar UtangSuasana di sekitar salah satu wilayah di Zambia. (Pixabay.com/TOMCHIPONGE)

Zambia jadi negara pertama di Afrika yang mengalami gagal bayar utang pada saat pandemik COVID-19 menghantam dunia 2020 silam

Mereka dipandang sebagai ujian bagi inisiatif Kerangka Kerja Bersama G20 yang dibentuk selama pandemik untuk merampingkan restrukturisasi utang. Namun, pembicaraan untuk berjalan sangat lambat dan utang luar negeri Zambia melonjak hingga 18,6 miliar dolar AS.

Sementara itu, mata uang Zambia, kwacha, telah jatuh lebih dari 10 persen terhadap dolar AS tahun ini. Bank Sentral Zambia pun menyebut itu sebagai biang kerok meningkatnya inflasi.

Baca Juga: S&P Pertahankan Peringkat Utang Indonesia di BBB Outlook Stabil

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya