TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IHSG Melemah Gegara Rupiah Keok Lawan Dolar AS

Harmonis sekali IHSG dan Rupiah ini

Petugas membelakangi layar informasi pergerakan harga saham pada layar elektronik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/9/2020) (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Jakarta, IDN Times - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berkorelasi positif dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dikutip dari riset Lifepal.co.id, Jumat (22/10/2020), IHSG kerap melemah seiring dengan tersungkurnya mata uang Garuda terhadap mata uang Negeri Paman Sam.

Selama kurun waktu 1998 hingga 2011, pergerakan rata-rata tukar rupiah tahunan terhadap dolar AS berada pada kisaran Rp7.855 hingga Rp10.390 per dolar AS dengan pola yang bergerak naik-turun bergantian setiap tahun.

Naik turunnya rupiah yang relatif tidak melebar di antara range tersebut terjadi lantaran pada periode itu, Indonesia menikmati apa yang disebut surplus akun lancar atau transaksi berjalan (current account).

Baca Juga: Cegah Pelemahan IHSG di Tengah Virus Corona, Begini Strategi BEI

1. Nilai tukar rupiah terjun bebas di 2012

Ilustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada 2012, transaksi berjalan berbalik menjadi defisit hingga sekarang. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjun bebas dari Rp8.770 per dolar AS pada tahun 2011 menjadi Rp9.387 per dolar AS pada tahun 2012, lalu turun menjadi Rp10.461 per dolar AS di 2013, dan kembali merosot menjadi Rp11.879 pada tahun 2014.

Penurunan paling tajam terjadi pada tahun 2015 di mana 1 dolar AS setara dengan Rp13.392. Sempat menguat tipis menjadi Rp13.307 di 2016, rupiah kembali melemah ke arah Rp13.384 pada 2017 dan akhirnya meluncur ke titik terendah Rp13.949 pada 31 Agustus 2018 (year to date). Pada tanggal 21 Oktober 2020 kemarin, rupiah kembali melemah ke Rp14.688.

2. Penyebab keoknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Ilustrasi Rupiah (ANTARA FOTO/Rahmad)

Berdasarkan riset Lifepal, penyebab fundamental dari pelemahan Rupiah selama ini tidak terlepas dari defisit neraca pembayaran. Berapa pun besaran defisit transaksi berjalan, rupiah tertekan.

Hanya saja, tekanan sedikit mereda jika arus masuk modal asing (capital inflows) melebihi defisit akun lancar seperti terjadi pada 2014, 2016, dan 2017.

Karena arus modal masuk lebih banyak berupa 'uang panas' alias investasi portofolio, nasib rupiah sangat rentan terhadap tekanan eksternal. Sedikit saja terjadi gejolak keuangan global, yang kerap dijadikan kambing hitam oleh para pembuat kebijakan ekonomi, rupiah langsung lunglai. Pelemahan Rupiah berkorelasi positif terhadap pelemahan IHSG

"Lifepal melihat, pelemahan Rupiah ini juga pasti berimbas terhadap banyak hal seperti pergerakan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), IHSG adalah indeks pasar saham yang secara efektif digunakan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)," kata Data Analyst Lifepal, Aldo Jonathan.

"Indeks ini merupakan daftar seluruh saham yang saat ini diperjualbelikan di BEI. Pada umumnya, IHSG digunakan sebagai acuan kenaikan maupun penurunan pasar investasi saham secara nasional," tambah dia.

 

Baca Juga: Investasi di Tengah Pelemahan Rupiah? Catat Dulu Do and Don't-nya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya