TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Mobil Listrik Belum Jadi Solusi Defisit Minyak dan Gas

Banyak gembar-gembor mobil listrik hemat energi, apa iya?

IDN Times/Nindias Khalika

Jakarta, IDN Times – Selama ini banyak gembar-gembor kalau mobil atau kendaraan listrik akan jadi solusi defisit minyak dan gas (migas). Bahkan banyak produsen otomotif berlomba-lomba berebut menciptakan kendaraan listrik yang diklaim hemat dan ramah energi.

Tapi, para ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) tidak setuju kalau kendaraan atau mobil listrik bisa maksimal dalam mengurangi defisit migas. Kenapa demikian?

Baca Juga: Insentif Pajak Mobil Listrik, Sri Mulyani: Masyarakat Diedukasi Dulu

1. Belum efektif karena harga jual kendaraan listrik mahal

IDN Times/Auriga Agustina

Ekonom Indef, Ahmad Tauhid mengatakan kendaraan atau mobil listrik belum tentu akan efektif menjadi solusi defisit migas, lantaran harga jualnya yang masih mahal.

“Ketidakefektifan tentu saja harga vehicle yang ditawarkan masih terlampau mahal, seperti halnya produk Motor Gesit,” kata Tauhid dalam diskusi daring Indef, Minggu (28/7).   

2. Bahan baku kendaraan listrik masih mahal

IDN Times/Auriga Agustina

Masih berkaitan sama nomor satu, mahalnya kendaraan atau mobil listrik juga karena mahalnya sejumlah barang baku pembuatan kendaraan. Sebut saja seperti baterai yang masih impor dan infrastruktur yang dibangun juga mahal.

“Sisi lain, secara administrasi juga belum dimasukkan dalam aturan pengenaan pajak daerah atau provinsi,” ujar Tauhid.

3. Indonesia punya sih bahan bakunya, tapi bukan untuk mobil listrik

Antara FOTO/Sigid Kurniawan

Tauhid mengatakan Indonesia punya bahan baku nikel sebagai bahan baku baterai, namun diperuntukkan untuk ekspor ketimbang untuk pemenuhan dalam negeri.

“Di sisi lain, belum banyak perusahaan domestik, termasuk BUMN, melakukan investasi pionir untuk industri secara masif. Masih butuh waktu,” ungkapnya.

4. Pedang bermata dua mobil listrik

IDN Times/Ilyas Listyanto Mujib

Sementara itu, ekonom senior Indef Faisal Basri mengatakan mobil listrik akan berdampak positif untuk menekan defisit migas, tapi bisa saja meningkatkan defisit impor mobil dan baterai.

“Namun, bagaimana pun kita mendukung mobil listrik. Sekalipun demikian, dominasi pengganaan fossil fuels akan tetap besar,” katanya.

Baca Juga: Jonan: Ada Menteri yang Kontra dengan Kebijakan Mobil Listrik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya