TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Startup Rusia Airome Buat Software untuk Keamanan Transaksi Perbankan

Indonesia rawan kejahatan siber

IDN Times/Shemi

Jakarta, IDN Times - Di tengah masifnya digitalisasi perbankan di Indonesia, startup asal Rusia bernama Airome Technologies yang bergerak di pengembangan solusi keamanan siber kini mengembangkan software teranyar mereka bernama PayConfirm. CEO Airome Technologies Denis Kalemberg menilai masifnya digitalisasi juga berdampak pada munculnya ancaman keamanan siber, seperti hacker dan lainnya.

"Indonesia adalah negara ketiga terlemah yang menjadi sasaran cyber security setelah Amerika Serikat dan India," kata Denis di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (7/11).

Airome menyediakan perangkat lunak client-server yang aman untuk mengkonfirmasi atau menandatangani secara digital segala bentuk operasi, termasuk konfirmasi transaksi atau penandatanganan dokumen elektronik di smartphone.

Baca Juga: Menkominfo: Banyak Startup Gagal di Indonesia

1. Airome sudah terbukti di Rusia

IDN Times/Shemi

Denis mengatakan Airome sudah terbukti mampu memberikan solusi bagi 70 perbankan di Rusia. Sekitar tujuh tahun lalu, terjadi 'ledakan' perbankan digital dan perbankan Rusia menjadi nomor dua terbesar di dunia.

"Ledakan ini selalu dekat dengan kejahatan siber. Airome kemudian menjadi yang terdepan dalam pengembangan keamanan perbankan digital di Rusia," kata Denis.

2. Airome menargetkan bank Indonesia sebagai klien

IDN Times/Shemi

Keberhasilan Airome di Rusia membuat Denis percaya diri melirik pasar Asia seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Ia menilai perkembangan internet, smartphone dan fintech di Indonesia menjadi alasan utama Denis menargetkan bank di Indonesia menjadi kliennya.

"Pengalaman kami bekerja dengan bank kelas menengah. Kami menargetkan 5-10 bank kelas menengah dan selanjutnya 10 bank teratas di Indonesia," kata Denis.

Denis juga menyebutkan perusahaannya telah menjalin komunikasi dengan tiga bank di Indonesia, namun ia enggan mengungkapkannya dengan alasan adanya Non Disclosure Agreement (NDA).

"Ada tiga bank tapi gak bisa kami berita tahu karena ada NDA," imbuhnya.

3. Indonesia masih rawan kejahatan siber di bidang perbankan

Unsplash

Denis menambahkan, perbankan Indonesia memiliki tantangan dalam mengelola keamanan dunia maya khususnya kemampuan untuk mendeteksi dan merespons secara efektif terhadap kebocoran data pada waktu yang tepat.

"Kami menyediakan klien dengan tingkat keamanan tinggi dan cara mudah untuk melindungi pembayaran, yang dihasilkan melalui saluran digital, seperti perbankan Internet, perbankan seluler, operasi CNP, perbankan swasta, dll. Solusi ini dapat diintegrasikan baik ke dalam perangkat seluler dan internet banking atau digunakan sebagai solusi yang berdiri sendiri," papar Denis.

Baca Juga: Gojek Xcelerate Latih 10 Startup untuk Dorong Kepemimpinan Perempuan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya