Masih Resesi, CIPS: Ekonomi RI Kuartal IV 2020 Beri Sinyal Pemulihan
Ekonomi Indonesia terkontraksi imbas pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2020 menunjukkan sinyal pemulihan. Meski masih mengalami resesi di akhir tahun, ekonomi domestik terus mengalami perbaikan dibanding dua kuartal sebelumnya.
"Walaupun demikian, angka ini menunjukkan adanya perkembangan dari kuartal-kuartal sebelumnya," kata Pingkan dalam keterangan tertulis, Rabu (10/2/2021).
Baca Juga: [BREAKING] BPS: Ekonomi Indonesia 2020 Minus 2,07 Persen
Baca Juga: [BREAKING] Pertumbuhan Minus Lagi, Ekonomi Indonesia Menuju Depresi
1. Ekonomi Indonesia terkontraksi imbas pandemik COVID-19
Sepanjang 2020, ekonomi Indonesia terkontraksi cukup tajam akibat pandemik COVID-19 hingga mengakibatkan resesi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 tercatat positif 2,97 persen.
Namun, pada kuartal II ekonomi domestik mengalami kontraksi yang cukup tajam. Data BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II minus 5,32 persen.
Kemudian, pada kuartal III mengalami kontraksi sebesar minus 3,49 persen. Sedangkan, pada kuartal IV minus 2,19 persen.
"Kemudian angka ini berangsur membaik ke level minus 3,49 persen seiring stimulus ekonomi dan kebijakan jaring pengaman yang digelontorkan oleh pemerintah dalam merespons disrupsi ekonomi bagi masyarakat," ucap Pingkan.
Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah Tak Dilanjut, CIPS: Pemulihan Ekonomi Terhambat
Dari sisi konsumsi, pengeluaran masyarakat masih mengalami kontraksi di level minus 3,61 persen (YoY). Pada kuartal IV 2019, angka ini berada pada level 4,97 persen. Penurunan terjadi di sepanjang 2020 dan diperparah oleh situasi pandemik yang mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran maupun kelompok masyarakat rentan. Meski demikian, tampak ada perbaikan secara perlahan dari kuartal II (minus 5,52 persen) dan kuartal III (minus 4,05 persen).
Menurut Pingkan, penghentian Bantuan Subsidi Upah untuk pekerja dapat memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat di 2021. Untuk meminimalisir dampak menurunnya daya beli tersebut, Pingkan mengatakan pemerintah perlu memastikan ketersediaan kebutuhan pokok supaya tidak terjadi kelangkaan yang memicu kenaikan harga.
"Beberapa komoditas pangan mengalami kenaikan sejak awal tahun 2021, seperti daging sapi dan kedelai,"
Baca Juga: 3 Strategi Utama Pemerintah Genjot Pertumbuhan Ekonomi