TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Afghanistan Kacau Balau, Mata Uang Jatuh ke Rekor Terendah

Kekacauan di Afghanistan pengaruhi juga pasar Pakistan

Anggota Pasukan Khusus Afghanistan pergi setelah misi tempur melawan Taliban, di provinsi Kandahar, Afghanistan, Selasa (13/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui.

Jakarta, IDN Times – Mata uang Afghanistan melanjutkan pelemahan ke rekor terendah pada hari Selasa (17/8/2021). Pelemahan ini berlanjut karena penjabat gubernur bank sentral Afghanistan Ajmal Ahmady pergi meninggalkan negara itu, menambah gejolak politik yang membebani sentimen investor.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, nilai Afghani turun sebanyak 4,6 persen pada Selasa menjadi 86,0625 per dolar. Ini merupakan penurunan hari keempatnya.

Sebelumnya bank sentral negara telah diberitahu bahwa tidak akan ada lagi pengiriman dolar pada Jumat. Melalui akun Twitternya, Ahmady pun mengatakan hal ini akan membatasi kemampuan bank untuk memasok mata uang dan menyebabkan lebih banyak kepanikan.

“Mata uang melonjak dari stabil 81 menjadi hampir 100 kemudian kembali ke 86,” tulisnya. “Saya telah mengadakan pertemuan pada hari Sabtu untuk meyakinkan bank dan money changer untuk menenangkan mereka.”

Baca Juga: Taliban Kuasai Afghanistan, NATO: Bukti Ashraf Ghani Gagal Memimpin

1. Ahmady meninggalkan Afghanistan

Tentara Pakistan berjaga saat warga menyeberang ke Afghanistan, di pos penyeberangan Friendship Gate di kota perbatasan Paksitan-Afghanista, Chaman, Pakistan, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Abdul Khaliq Achakzai/FOC/djo

Menurut Al-Jazeera, Ahmady telah meninggalkan Afghanistan dengan menaiki pesawat militer di bandara Kabul, di mana ribuan orang berusaha untuk pergi dari negara tersebut karena Afghanistan kini dikuasai Taliban.

Dalam postingannya, Ahmady mengatakan tidak ada rencana evakuasi yang akan dilakukan, dan kepergian Presiden Ashraf Ghani tanpa menciptakan pemerintahan transisi telah berkontribusi pada kekacauan yang terjadi.

Ahmady meninggalkan negara itu pada Minggu. Ia mengatakan bahwa ada lebih dari 300 penumpang yang diangkut dalam penerbangannya, meskipun tidak memiliki bahan bakar atau pilot.

“Itu tidak harus berakhir seperti ini. Saya muak dengan kurangnya perencanaan oleh kepemimpinan Afghanistan,” tulisnya.

Baca Juga: Taliban Menjamin Afghanistan Tidak Akan Menjadi Sarang Teroris

2. Gejolak di Afghanistan meluas ke pasar di Pakistan

Warga berusaha memasuki Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC/djo

Kondisi di Afghanistan memengaruhi pasar negara tetangganya. Obligasi dolar negara yang jatuh tempo 2031 untuk Pakistan, turun 1,8 sen pada Senin, penurunan terbesar sejak pemerintah menetapkan harga pada uang kertas pada Maret lalu.

Obligasi dolar Pakistan tercatat yang paling parah penurunannya di Asia pada Senin, menurut indeks Bloomberg Barclays. Sementara nilai uang kertas naik 0,4 sen terhadap dolar pada Selasa menjadi 100,9 sen.

“Investor khawatir atas dampak apa pun pada hukum dan ketertiban di Pakistan, dan apakah kekuatan global akan mencoba mengisolasi Pakistan karena dugaan dukungannya terhadap Taliban,” kata Abdul Kadir Hussain, kepala manajemen aset pendapatan tetap yang berbasis di Dubai, Arqaam Capital.

Baca Juga: Potret yang 'Menghantui' Keputusan AS Hengkang dari Afghanistan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya