Afghanistan Kacau Balau, Mata Uang Jatuh ke Rekor Terendah
Kekacauan di Afghanistan pengaruhi juga pasar Pakistan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Mata uang Afghanistan melanjutkan pelemahan ke rekor terendah pada hari Selasa (17/8/2021). Pelemahan ini berlanjut karena penjabat gubernur bank sentral Afghanistan Ajmal Ahmady pergi meninggalkan negara itu, menambah gejolak politik yang membebani sentimen investor.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, nilai Afghani turun sebanyak 4,6 persen pada Selasa menjadi 86,0625 per dolar. Ini merupakan penurunan hari keempatnya.
Sebelumnya bank sentral negara telah diberitahu bahwa tidak akan ada lagi pengiriman dolar pada Jumat. Melalui akun Twitternya, Ahmady pun mengatakan hal ini akan membatasi kemampuan bank untuk memasok mata uang dan menyebabkan lebih banyak kepanikan.
“Mata uang melonjak dari stabil 81 menjadi hampir 100 kemudian kembali ke 86,” tulisnya. “Saya telah mengadakan pertemuan pada hari Sabtu untuk meyakinkan bank dan money changer untuk menenangkan mereka.”
Baca Juga: Taliban Kuasai Afghanistan, NATO: Bukti Ashraf Ghani Gagal Memimpin
1. Ahmady meninggalkan Afghanistan
Menurut Al-Jazeera, Ahmady telah meninggalkan Afghanistan dengan menaiki pesawat militer di bandara Kabul, di mana ribuan orang berusaha untuk pergi dari negara tersebut karena Afghanistan kini dikuasai Taliban.
Dalam postingannya, Ahmady mengatakan tidak ada rencana evakuasi yang akan dilakukan, dan kepergian Presiden Ashraf Ghani tanpa menciptakan pemerintahan transisi telah berkontribusi pada kekacauan yang terjadi.
Ahmady meninggalkan negara itu pada Minggu. Ia mengatakan bahwa ada lebih dari 300 penumpang yang diangkut dalam penerbangannya, meskipun tidak memiliki bahan bakar atau pilot.
“Itu tidak harus berakhir seperti ini. Saya muak dengan kurangnya perencanaan oleh kepemimpinan Afghanistan,” tulisnya.
Baca Juga: Taliban Menjamin Afghanistan Tidak Akan Menjadi Sarang Teroris
Baca Juga: Potret yang 'Menghantui' Keputusan AS Hengkang dari Afghanistan